018 - PISTOL TOKAREV.

“Hahahaha. Astaga, Joko. Ayolah. Kau sangat kaku sekali. Kami harus mendiskusikan secara internal apa yang harus dilakukan denganmu.”

“Dokter yang pernah merawatmu bilang, kau masih perlu istirahat yang cukup, jadi aku memutuskan untuk menempatkanmu dan bekerja dengan tim yang berada di pinggiran kota untuk sementara.”

Aji berencana segera kembali menugaskan Joko di salah satu cabang ARN yang terletak di pinggiran kota dengan gedung yang masih berjarak cukup dekat dari gedung pusat.

Sekotak besi berwarna putih diberikan oleh Aji kepada Joko. Kotak itu terlihat seperti koper dengan berukuran kecil.

“Bukalah.”

Tanpa banyak memikirkan, Joko pun membuka kotak itu karena Aji yang memintanya untuk membuka.

Joko sangat terkejut saat melihat isi di dalam koper kecil itu adalah Tokarev miliknya sendiri yang sering ia rawat saat masih bertugas bersama kedua koleganya yang telah meninggal.

“Kami mengambilnya di TKP tempat kau menghilang dan akulah yang menyimpannya secara pribadi,” ucap Aji.

Joko pun mengambil pistol itu dan teringat kepada kedua orang bawahannya yang selalu bertengkar mempermasalahkan hal yang sepele.

“Aku sangat mengerti dan memahami apa yang kau alami. Akan tetapi, kau harus tahu bahwa kami bisa melakukan apa yang kami bisa. Bukannya aku tak percaya padamu, Joko.”

“Ini sudah tepat 3 tahun setelah kau menghilang. Menurutmu, apa yang bisa kau lakukan disana sendirian?” tanya Aji.

Sepertinya Aji pun sudah tahu bahwa Joko berniat pergi ke China dan mencari tahu apa penyebab kematian dua orang koleganya.

“Jangan terpaku pada menemukan jawabanmu di luar, Joko. Bisa jadi, kau mungkin dapat menemukannya di tempat yang sangat dekat dan tak terduga olehmu.”

“Kau juga tak perlu terlalu gegabah. Biarkan alam yang menentukan dan membantumu menemukan teka-teki dari semua ini.”

Joko menghela nafas panjang dan berkata,

“Berjanjilah satu hal padaku, setelah aku melakukan semua perintahmu, tolong izinkan aku untuk menyelidiki insiden itu sendirian.”

“Tentu. Aku akan membicarakannya dengan Direktur Utama soal ini.”

Aji mengangkat secangkir kopi dengan tangan kanannya dan menikmati secangkir kopi itu.

Joko melihat tangan Aji yang masih terbalut dengan perban itu, ia pun teringat bahwa luka itu disebabkan olehnya, saat Joko berusaha mencungkil matanya sendiri.

“Seperti yang kau tahu, organisasi kita telah mengurangi orang banyak untuk proyek anti komunis. Beginilah keadaan jika sudah berubah. Tak ada lagi yang bisa kita salahkan untuk ini.”

“Jadi, kami sudah membentuk tim lain untuk menangani perubahan ini. Namanya adalah Pusat Investigasi Kriminal. Astaga itu nama yang sangat keren.”

“Kami hanya menggabungkan narkotika, anti terorisme, dan kejahatan tim siber, lalu memberinya nama baru untuk tim itu.”

 “Kau akan bekerja dengan tim itu dan membantu tim pusat. Saat mereka membutuhkan bantuan, kau bisa bergabung dengan mereka dan memberikan bantuan.”

“Kau tak boleh meremehkannya hanya karena terdengar tidak penting. Sementara memulihkan kondisi fisikmu, kau bisa sedikit membantu tim yang berada di cabang itu.”

“Aku berjanji, saat tiba waktunya dan kau telah pulih sepenuhnya, aku akan membawamu kembali.”

Aji terus berusaha meyakinkan Joko agar ia mau bekerja di salah satu cabang kantor dengan tim yang telah dibentuk.

“Oh aku lupa. Ketua tim untuk tim satu di pusat itu adalah seseorang yang cukup kau kenal. Aku hanya mengatakan ini karena sangat mencemaskanmu. Kau harus menghindari masalah sebisamu, Joko.”

Ketua Tim untuk tim satu yang berada di kantor pusat itu adalah Tri. Entah apa maksud Aji mengatakan hal itu kepada Joko.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***