“Harapan terakhir kita untuk menyelamatkan kita dari masalah ini adalah dia. Hanya dia harapan kita satu-satunya.”
Aji pun hanya diam dan masih memikirkan, apa maksud omongan Rina.
“Semuanya sudah tenang di pikirannya. Kita tidak bisa diam saja dan menunggunya hingga ingatannya pulih. Aku hanya bisa menyarankan, agar kau segera menugaskan kembali Joko.”
Aji pun sontak langsung berdiri dari sofanya saat mendengar Rina yang malah menyuruhnya untuk kembali menugaskan Joko.
“Tapi, Bu. Bukankah ini terlalu….”
“Segera putuskan divisi dan departemen mana yang akan ia tempati, dan kau tak perlu mengirimnya kembali ke lapangan, agar ia mempunyai banyak waktu untuk memulihkan kondisinya. Bagaimana menurutmu?”
Rina sepertinya ingin memindahkan Joko dari agen lapangan menjadi agen kantor biasa yang sangat sedikit berinteraksi dengan aktivitas fisik lainnya.
Aji masih berdiri dan terdiam, tak bisa menjawab atau memberi pendapat lainnya tentang usul Rina soal itu.
“Katakanlah pendapatmu yang sebenarnya, Aji, bukan pendapatmu secara propesional.”
“Aku tahu kamulah yang merekrutnya saat ia masih berada di militer, karena ia memiliki bakat dan kemampuan yang luar biasa.”
“Bahkan ia juga pernah mendapatkan julukan sebagai Anjing Pemburu terhebat di kalangan para agen lainnya.”
“Apa kau sungguh berpikir bahwa Joko benar-benar kehilangan ingatannya?”
Rina pun malah masih ragu dengan diagnos dari dokter yang menyatakan bahwa Joko telah kehilangan ingatannya.
Akhirnya, Aji pun hanya bisa menuruti saran dari Rina untuk segera memulangkan Joko dari ruangan medis ke apartemennya dan segera kembali bekerja.
Sebelum kembali ke apartemen tempat Jok tinggal, Aji memanggil salah satu tukang cukur untuk merapikan rambut kumis dan jenggot Joko yang sudah sangat panjang dan terlihat sangat tak terurus.
Setelah merapikan potongan rambut kumis dan jenggot, Joko pun kembali terlihat gagah dan tampan dengan model gaya rambut Two Block, yang sedang sangat tren di masa itu.
Sebelum Aji benar-benar memulangkan Joko, ia menyempatkan untuk membawa Joko kembali ke dokter psikolog untuk memeriksa kondisi Joko yang kedua kalinya.
Begitupun dengan Joko yang hanya menuruti apa yang dilakukan oleh Aji untuk segera membuat dirinya pulih kembali.
Di sebuah ruangan, terlihat Joko yang sudah duduk dengan pakaian dan potongan rambut yang sangat rapi, dengan dokter Psikolog yang duduk di hadapannya.
Dokter itu mengeluarkan beberapa kertas lukisan bergambar, lalu mulai bertanya pada Joko dan menunjukkan lukisan itu satu persatu padanya.
“Apa yang kau lihat dari gambar ini, Tuan?”
Dokter Psikolog itu meletakkan kertas lukisan diatas meja yang menunjukkan sebuah pemandangan gunung dan pantai yang sangat indah.
“Gunung,” jawab Joko.
“Lalu, bagaimana dengan ini?”
Dokter itu kembali menunjukkan sebuah lukisan hewan serigala kepada Joko.
“Singa,” jawab Joko.
“Kalau yang ini?”
Setelah memberikan beberapa kertas berlukis itu, Si Dokter memberikan sebuah foto kepada Joko yang memperlihatkan kedua koleganya yang mati terbunuh, saat mereka menjalankan tugas bersama.
Sontak Joko pun kembali mengingat semua candaan Al dan El yang selalu memperdebatakan masalah kecil, saat mereka bekerja bersama membantunya.
Joko mengulurkan tangannya dan mengambil salah salah satu foto yang berada di meja dan melihatnya. Joko melihat foto itu dan menunjukkan rasa penyesalan yang sangat mendalam dari wajahnya.
Air mata Joko pun menetes saat ia terus memandangi foto itu.
Setelah Si Dokter sudah merasa cukup dengan memeriksa kondisi Joko, ia pun keluar dari ruangan dan melaporkannya kepada Aji.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments