“Ya, ampun. Kau ingin aku menjadi perantaramu dengan si Rubah Tua?” Irina terkekeh. Tawanya terdengar meremehkan.
“Kenapa memangnya?” Feliks menggeleng tanda tak mengerti akan sikap Irina.
“Bukannya apa-apa, tapi Boris sudah sangat anti dengan agen pemerintah,” jawab Irina.
“Ini terdengar aneh sekali bagiku. Boris dulu adalah bagian dari pemerintah dan sekarang dia sangat membencinya. Tidak masuk akal,” sanggah Feliks.
“Cukup masuk akal bagiku. Semua karena Fyodor putranya yang meneruskan karier sang ayah dalam bidang politik. Fyodor jauh lebih tegas, idealis, dan keras daripada Boris. Fyodor lah yang menguak rahasia terbesar bahwa ada salah satu pejabat pemerintah yang korup. Pejabat itu bekerja sama dengan Viktor demi kepentingan pribadi dan organisasinya. Itulah kenapa kami selalu gagal setiap kali melakukan operasi khusus untuk membasmi titik-titik markas rahasia Serigala Merah,” jelas Irina.
“Boris merasa kecewa karena pemerintahan tempatnya bekerja dulu tak sebersih yang dia duga. Apalagi pejabat korup itu berhasil menyuap sepertiga dari agen pemerintah. Karena hal itulah, Boris menjaga jarak dari kami. Dia menganggap bahwa semua orang dalam biro ini adalah pengkhianat,” lanjut wanita itu sambil terus mengisap rokok.
“Lalu, bagaimana? Aku sangat membutuhkan nomor kontak Boris. Ini antara hidup dan mati,” desak Feliks penuh harap.
“Aku tak bisa memberikanmu nomor kontak Boris, tapi aku bisa memberikan informasi tentang Fyodor. Putranya.” Irina mejepit rokok dengan jemari lentik berhiaskan kuku indah dan runcing.
“Baiklah, tak apa. Siapa tahu dia bisa menghubungkanku dengan Boris,” putus Feliks pada akhirnya.
“Tunggu sebentar.” Irina mematikan sisa rokoknya di dalam asbak. Dia lalu merogoh sakunya lagi. Kali ini untuk mengambil ponsel. Dengan cekatan, wanita itu mengusap layar dan mengirimkan salah satu nomor kontak ke ponsel Feliks. “Setelah kau berhasil menghubungi pria itu, jangan sekalipun menyebut namaku di depan Fyodor. Dia dan ayahnya sama saja, tak menyukai keberadaan kami sebagai agen federal,” tegas wanita yang masih melajang tersebut.
“Tenang saja. Aku pandai menyimpan rahasia,” sahut Feliks. Saat itu, dia bermaksud untuk kembali berbicara. Namun, harus segera dia hentikan, ketika pandangannya menangkap sesosok gadis yang dia kenal. “Nona Miabella?” gumam pria itu sambil berdiri dan meninggalkan Irina begitu saja.
Sementara Irina mengikuti langkah pria tadi dengan tatapannya. Seutas senyuman yang lebih pantas disebut sebagai sebuah cibiran, muncul di sudut bibirnya. "Tua bangka sialan!" Wanita itu menggeleng pelan.
Feliks menghampiri gadis muda yang terpekur sendirian di salah satu meja kafetaria yang kosong. “Nona Miabella,” sapanya. “Apa yang Anda lakukan di sini?”
Gadis cantik bermata abu-abu yang awalnya menatap lekat layar ponsel dengan mata menerawang, segera menoleh ke asal suara yang memanggil namanya. “Kau?” desis gadis itu saat melihat Feliks berdiri tak jauh dari tempat dia berada.
“Sedang apa Nona di tempat ini?” Feliks mengulangi pertanyaannya.
“A-aku … aku hanya mencari informasi tentang negara Rusia, karena aku belum pernah ke sana,” jawab Miabella terbata.
"Untuk apa?" tanya Feliks lagi. Namun, dia juga sudah dapat memahami maksud dari Miabella.
"Maaf, aku tidak mengenalmu." Sekilas, Miabella menatap sinis kepada Feliks. Sesaat kemudian, gadis itu pun kembali pada layar ponselnya. Miabella tengah sibuk membalas pesan yang berasal dari Romeo.
"Mampirlah ke kantor tuan Grigori. Dia mengetahui tentang seluk-beluk Rusia. Aku rasa, dia akan memberitahu Anda seberapa luas negara itu dan segala hal serta kemungkinan yang akan Anda temui andai pergi ke sana," ujar Feliks memberikan sebuah saran kepada gadis cantik tersebut.
"Siapa yang mengatakan bahwa aku akan pergi ke Rusia?" Miabella berdiri dari duduknya. "Aku masih memiliki urusan yang jauh lebih penting di sini," ucapnya kemudian. Setelah berkata demikian, gadis bermata abu-abu itu pun berlalu begitu saja. Dia meninggalkan Feliks yang berdiri terpaku sambil menatap kepergiannya.
Sementara Miabella sudah kembali ke dalam mobilnya. Namun, dia tak segera melajukan kendaraan peninggalan Matteo tersebut. Miabella memilih untuk berdiam diri sesaat, sambil menyandarkan kepala. "Sampai berapa lama aku harus menunggumu, Carlo?" ucapnya lirih. Gadis itu pun kembali termenung. Namun, getaran dari ponsel yang dia letakkan di atas pangkuan, telah membuyarkan segala renungannya.
Nama Romeo tertera di layar sebagai pemanggil. Meski malas untuk berbicara, tapi Miabella tak tega jika harus membiarkan panggilan tadi. Dia pun menggeser ikon telepon berwarna hijau untuk menjawabnya. "Pronto," sapa putri sulung Mia tersebut.
"Kamu di mana? Apa sudah pulang?" tanya Romeo tanpa berbasa-basi terlebih dulu.
"Aku masih di luar. Ada apa?" Miabella balik bertanya. "Aku sedang tak ingin membahas masalah Carlo."
"Astaga. Jadi, hubungan kalian benar-benar mendalam," decak Romeo tak percaya. Namun, Miabella tak ingin menanggapinya sama sekali. "Oxana juga sudah berangkat ke Rusia. Ayahku yang membantu mengurus segala sesuatunya," ucap Romeo terdengar lesu.
"Lalu? Kau ingin mengikuti gadis itu ke sana?" tanya Miabella dengan nada bicara yang terdengar biasa saja, dan bahkan terkesan dingin.
"Kenapa aku harus mengikutinya?" pikir Romeo.
"Jangan berpura-pura, Romeo. Aku tahu jika kau sebenarnya menyukai gadis berambut pirang itu," sahut Miabella. "Sudahlah. Aku harus kembali ke Casa de Luca," tutupnya.
Namun, sebelum dia benar-benar mengakhiri sambungan telepon tadi, Romeo kembali berbicara. "Apakah paman Adriano masih berada di Italia?" tanya pemuda itu.
"Memangnya kenapa?" Miabella balik bertanya.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin sedikit berbincang dengannya. Lagi pula, tak lama lagi ayah dan ibuku hendak mengadakan pesta. Mereka akan memperingati hari ulang tahun pernikahan yang ke ... um ... aku lupa yang keberapa." Romeo terkekeh dengan ucapan konyolnya sendiri.
"Lalu?" tanya Miabella masih dengan nada bicara yang sama. Gadis itu tak berniat menanggapi sikap konyol sang sepupu, yang sepertinya tengah mencoba untuk menghibur dia.
"Ya, aku rasa ayahku akan mengirimkan undangan secara langsung untuk paman Adriano dan juga bibi Mia," jawab Romeo seadanya.
"Astaga! Kenapa kau menghubungiku jika tak memiliki bahan obrolan yang jauh lebih penting!" dengus Miabella seraya menutup telepon begitu saja. Dia melemparkan ponsel ke jok sebelah, lalu menyalakan mesin mobil. Miabella pun menginjak pedal gas. Seperti biasa, jeep antik milik mendiang Matteo de Luca akan selalu dibawa lari kencang oleh si pemilik mata abu-abu itu. Jarak antara Milan dan Brescia pun hanya dia tempuh dalam waktu yang sangat singkat.
Setibanya di Casa de Luca, Miabella segera memarkirkan jeep tadi dengan begitu saja. Dia lalu melemparkan kunci mobilnya kepada Vincent, orang yang biasa memarkirkan kendaraan ke dalam garasi. Setelah itu, gadis cantik tersebut melenggang dengan tak acuh ke dalam bangunan Casa de Luca.
"Kau dari mana, Sayang?" tanya Mia yang tengah duduk berdua dengan Adriana.
"Mencari angin," jawab Miabella. Tatapan gadis itu kemudian tertuju pada sosok tegap, dengan rambut hitam yang telah dihiasi beberapa lembar uban. Adriano baru muncul di sana. Dia segera duduk, tanpa memedulikan Miabella yang masih berdiri sambil menatapnya tajam
"Marco baru saja menghubungiku. Rencananya, dia dan Daniella akan mengadakan pesta ulang tahun pernikahan mereka di Palermo. Mereka mengundang kita untuk hadir di sana," ucap Adriano. Sang ketua Tigre Nero mengarahkan perhatian sepenuhnya kepada Mia.
"Selagi kita masih berada di Italia, aku rasa tak ada salahnya untuk hadir. Lagi pula, sejak dulu aku ingin pergi ke Sicilia. Kata orang, pulau itu sangat indah," balas Mia menanggapi dengan antusias.
"Apa kita akan sekalian berlibur di sana?" Adriana tampak jauh lebih antusias.
"Hmm, bukan ide buruk," sahut Adriano. "Setelah banyak hal yang terjadi, aku rasa kita semua membutuhkan liburan dan bersantai."
"Kalian saja. Aku tidak ikut," ucap Miabella. Gadis itu membalikkan badan. Dia bermaksud untuk berlalu dari sana.
Namun, langkah Miabella seketika terhenti, ketika Adriano kembali bicara.
"Undangan ini untuk seluruh anggota keluarga. Tanpa terkecuali," tegas pria bermata biru tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Lina Erlawati
MB Thor, yg JD visualisasi Adriano itu namanya sapa wkwk
2023-01-11
1
Lina Erlawati
adrianooooooooo
2023-01-11
0