"Jadi, apa rencana Anda, Tuan?" tanya Igor kembali menegakkan tubuh tinggi besarnya. Dia masih melayangkan tatapan kepada sang pewaris tahta Klan Serigala Merah.
"Hal pertama yang akan kita lakukan adalah menghubungi para pengikut setia ayahku, kemudian mengumpulkan mereka kembali," jawab Carlo dengan yakin.
"Oh, aku rasa itu mustahil, Tuan muda," bantah Igor tak setuju dengan ide dari Carlo.
"Memangnya kenapa?" tanya pria berambut gelap itu seraya memicingkan mata.
"Para pengikut setia tuan Nikolai, rata-rata sudah berusia lanjut saat ini. Contohnya adalah aku dan juga Grigori. Mana mungkin Anda akan memaksa kami untuk berperang, apalagi sudah sekian lama kami tak memegang senjata," jelas Igor terdengar ragu.
"Begitukah? Itu menurutmu. Kita belum tahu seperti apa pendapat mereka," bantah Carlo. "Aku rasa, kemampuan dan bakat seseorang tak akan sirna termakan usia," pikir mantan pengawal pribadi Miabella tersebut mencoba meyakinkan pria di sebelahnya.
Igor tak segera menanggapi. Pria yang kini berusia hampir sama dengan Grigori tersebut mengusap kasar mulut serta janggutnya. "Aku memang masih berkomunikasi baik dengan beberapa teman lama. Sebagian dari mereka ada yang masih berada di Rusia. Namun, tak sedikit pula yang telah merantau ke luar negeri dan mencari penghidupan yang layak serta aman di sana," tutur pria dengan mata cokelat terang itu.
"Kalau begitu, cobalah kau hubungi mereka yang masih berada di wilayah Rusia. Aku hanya ingin mengetahui seberapa besar loyalitas dari orang-orang itu terhadap Klan Serigala Merah," titah Carlo dengan tenang, tanpa mengubah posisi duduknya.
"Jika mereka sudah terkumpul, maka kita bisa menyusun rencana dengan menggunakan taktik yang aman. Kita pakai cara pintar dalam menghabisi lawan, tanpa harus mengandalkan adu fisik tentunya," cetus Carlo terdengar begitu meyakinkan.
"Ya, masuk akal juga. Tuan Nikolai memiliki beberapa anak buah yang merupakan penembak jitu. Sebenarnya, sebagian besar dari kami memang dilatih untuk menembak dengan baik. Selain itu, kami juga mahir dalam menggunakan belati," terang Igor.
"Itu lebih bagus kedengarannya," sahut Carlo. Pria tampan tersebut mengempaskan napas panjang. "Jika bisa, maka aku tak akan membebani siapa pun juga. Namun, sayangnya aku tak mengenal baik sosok Viktor dan segenap kekuatan yang berada di belakangnya. Itu berarti aku tetap membutuhkan kalian sebagai penasihat."
"Baiklah. Aku akan mencoba menghubungi beberapa rekan lama yang masih berkomunikasi baik hingga saat ini. Setelah itu, aku akan mengumpulkan mereka semua. Aku yakin bahwa mereka pasti ingin melihat seperti apa sosok keturunan langsung dari tuan Nikolai Volkov,” sahut Igor setuju.
“Sekarang kusarankan Anda sebaiknya beristirahat saja dulu. Saya tahu jika Anda pasti sangat lelah,” ujarnya ketika salah satu pegawai penginapan yang tadi dia tugaskan datang menghampiri mereka. Gadis muda itu menunduk sopan kepada Igor.
“Kamar untuk Anda sudah siap, Tuan,” lapor gadis itu seraya mengarahkan Carlo untuk menaiki tangga untuk menuju ke lantai atas. "Kamar untuk Anda berada di lantai tiga," ucapnya lagi.
Carlo mengangguk. Dia lalu berpamitan kepada Igor. Carlo pun segera mengikuti gadis muda tadi menaiki beberapa undakan anak tangga, berhubung di sana tak dilengkapi lift.
“Silakan, Tuan,” pegawai yang tampaknya masih seumuran Miabella tersebut, membuka pintu kamar lebar-lebar. Dia mempersilakan Carlo untuk masuk.
“Terima kasih,” ucap Carlo sopan. Dia lalu masuk dan melemparkan ranselnya begitu saja ke atas sofa. Carlo sempat mengangguk kepada gadis itu pintu tertutup.
Berada sendirian di ruangan yang cukup luas, membuat Carlo semakin tak karuan. Mungkin dengan melihat pemandangan di luar, akan membuatnya merasa lebih baik. Tanpa berlama-lama, pria itu membuka jendela kamar dan membiarkan angin laut menerpa wajah tampannya.
Carlo memejamkan mata untuk sejenak sambil menikmati belaian angin pada sore yang cukup cerah itu. Dia membuka mata kembali dan memandang lautan lepas yang memang terletak tepat di depan penginapan milik Igor. “Miabella.” Carlo menyebut nama itu lagi. Seakan-akan semua hal dan orang yang dia temui, tak bisa mengalihkan pikiran dia dari gadis itu.
Namun, angan Carlo seketika buyar, ketika dia mendengar ponselnya berdering. Dengan segera, Carlo merogoh ke dalam saku jaket. Nama Grigori tertera di layar. “Pronto,” sapanya setelah menerima panggilan.
“Tuan muda, apakah anda sudah bertemu dengan Igor?” tanya Grigori yang terdengar cemas.
“Ya. Aku bahkan diperbolehkan bermalam di salah satu penginapannya,” jawab Carlo santai. “Memangnya ada apa?”
“Syukurlah.” Grigori mengempaskan napasnya pelan. “Anak buah Czar kembali bergerak, tuan muda. Mereka menyisir Italia, mulai dari sepanjang perbatasan Austria hingga Slovenia. Dari yang kudengar, pengikut Czar sudah berhasil menguasai organisasi kecil di Slovenia,” terangnya.
“Apa yang mereka cari?” tanya Carlo sambil menautkan alis.
“Anda, tuan. Mereka berusaha mencegah anda agar tidak keluar dari Italia. Sepertinya mereka tidak tahu bahwa anda sudah sampai di Rusia. Rupanya keputusan anda untuk secepatnya keluar dari negara ini ada benarnya juga,” sahut Grigori.
“Mereka tak segesit yang kukira,” cibir Carlo dengan senyum menyeringai.
“Oh, satu hal lagi, tuan muda. Aku mendengar dari mata-mata yang mengawasi area sekitar Casa de Luca. Kabarnya, ada seorang ahli IT yang disewa oleh Czar, untuk meretas sistem keamanan software di sana dan menyadap seluruh peralatan komunikasi yang ada di tempat itu,” beber Grigori.
“Aku yakin mereka tak akan berani berbuat macam-macam dengan klan de Luca, setelah kekalahan telak yang mereka alami tempo hari,” ucap Carlo dengan pasti.
“Aku juga berpikir seperti itu. Akan tetapi, aku yakin jika mereka melakukan hal demikian hanya untuk mendeteksi keberadaan anda. Akan sangat berbahaya jika anda masih berhubungan dengan nona Miabella. Mereka akan dapat mengetahui keberadaan tuan muda,” terang Grigori.
“Lalu, apa yang harus kulakukan? Bagaimana dengan Miabella?” tanya Carlo ragu-ragu.
“Nona muda baik-baik saja, tuan. Aku juga sudah berhasil menyusupkan salah satu dari pegawaiku untuk melamar sebagai pelayan. Kemarin dia diterima wawancara dan tadi pagi adalah hari pertamanya bekerja di sana,” jelas Grigori. “Menurutku, nona Miabella bukanlah kekhawatiran yang utama, sebab dia sudah berada dalam penjagaan dan pengamanan yang ketat,” lanjutnya.
“Seharusnya, andalah yang mesti waspada. Saranku, janganlah menghubungi nona Miabella atau siapa pun di Italia, untuk sementara saja sampai keadaan memungkinkan. Buang nomor anda dan gantilah dengan nomor baru yang belum terdeteksi oleh siapa pun. Jika anda ingin menghubungiku atau ingin mengetahui kabar orang-orang tercintai di Italia, anda bisa melakukannya lewat Igor. Dia memiliki telepon satelit khusus yang tak akan bisa disadap oleh siapa pun. Igor akan meneleponku dan menyampaikan pesan anda. Intinya, jangan sampai anda menghubungi secara langsung. Ini semua demi keamanan dan keberhasilan segala rencana kita,” jelas Grigori panjang lebar.
“Jadi begitu.” Carlo mengangguk sambil tersenyum samar. Dalam hati, dia membenarkan saran dari Grigori. Akan lebih baik baginya jika ‘menghilang dan tak terlihat’ untuk sementara, sampai apa yang dirinya cita-citakan dapat tercapai. Walaupun harus dengan cara berpisah dari Miabella.
“Telepon kemarin adalah suara merdu yang akan kudengar untuk terakhir kalinya,” gumam Carlo.
“Telepon siapa, tuan muda?” ulang Grigori tak mengerti.
“Ah tidak. Tidak apa-apa. Baiklah, aku mengerti. Aku akan membuang nomor ini. Terima kasih atas saranmu. Sampai jumpa lagi, Grigori.” Dengan perasaan berat, Carlo mengakhiri panggilannya. Sambil menggenggam ponsel, mata biru indah itu menerawang ke laut lepas. “Semoga kau bersabar menungguku, Bella.”
Carlo menunduk, lalu mengarahkan perhatiannya pada ponsel dalam genggaman. Dia kembali mengoperasikan benda pipih itu. Carlo mengusap layar dan membuka galeri yang penuh dengan foto Miabella dalam berbagai pose. Setelah itu, dia mematikan ponselnya dan mengeluarkan kartu SIM yang sudah dirinya gunakan selama bertahun-tahun.
Carlo mematahkan SIM card tadi menjadi dua bagian, kemudian melemparkannya jauh-jauh ke luar jendela. “Arrivederci, Miabella. Semoga kau akan tetap bersabar menunggu kedatanganku,” ucapnya lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Umi Patmi
lanjut
2023-01-09
0
Enneng Kartini
jangan lama" kabar ngilang ny Carlo...takut ny Bella d jodohkn sama dengan yg lain oleh Adriano 😥😥😥
2023-01-08
2
Verawati Verawati
bacanya nya jdi sedih ...takut Bella mikir yg engga" kalau gak komunikasi
2023-01-08
1