20. Kencan Buta

Setelah mengami kondisi yang turun tersebut, Laura berencana mengurangi aktifitasnya hingga kondisinya benar-benar pulih.

Laura mencoba kembali menjalani aktifitas seperti sebelum memulai mengonversi novel menjadi film. Semua jadwal rapat dan mengisi acara talk show di televisi, dibatalkan.

Elsa sudah bekerja kembali di tempal Presdir Vena bekerja. Semua seakan stabil tanpa gerakan yang berarti. Namun, salah satu televisi memaksa agar Presdir Vena tampil sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

Produser acara talk show tersebut memaksa untuk bertemu Presdir Vena. Namun, ditolak oleh Cindy sang sekretaris. Sang produser murka dan memarahi Cindy.

"Kenapa dibatalkan? Bukan kah kita sudah melakukan perjanjian sedari awal." Produser tersebut menggebrak meja kerja Cindy.

"Cepat beritahu atasanmu itu! Saya ingin bertemu dengan dia saat ini juga!"

Cindy pun menatap produser tersebut dengan tajam. "Jika Anda begini terus, Anda akan membuat Tuan Adam marah. Dia tidak ingin putrinya kembali masuk ke rumah sakit demi memenuhi permintaan Anda!"

Produser tersebut menyunggingkan senyum sinisnya. "Kau jangan berbohong! Tuan Adan telah memberikan saya izin untuk menampilkan putrinya dalam tayangan tersebut."

Dengan berani dia menantang Cindy dan menjepit kasar dagu wanita yang dipercayai oleh Rivena Claudya itu."Kamu jangan main-main denganku! Bahkan Tuan Adam pun ingin ikut berpatisipasi dalam acara itu!"

Cindy terdiam mendengar ancaman produser tersebut. Akhirnya dia mundur dan meminta waktu untuk menyampaikan berita ini kepada sang big boss.

tok

tok

tok

"Masuk!" ucap seseorang yang berada di dalam ruangan tersebut.

Cindy masuk dan memberikan informasi bahwa ada produser dari salah satu acara talk show memaksa untuk bertemu. Dengan terpaksa Presdir Vena memberikan izin kepada produser tersebut agar tidak selalu mengganggu Cindy.

Produser telah diizinkan masuk, dan berjalan menuju ruangan kerjanya. Berjalan dengan percaya diri dengan mata liar melihat ke segala arah. "Hahaha, akhirnya kamu mengizinkanku masuk juga Nona Vena."

Mata Produser tersebut melihat wajah Presdir Vena terlihat sangat layu. "Apa yang terjadi denganmu?"

Laura berpindah posisi yang tadinya duduk di kursi putar, beralih pada meja. Wajah pucatnya bisa ditutupi oleh make up. Namun, gerakan lemahnya tak bisa ditutupi karena dia masih merasakan kondisi yang belum fit seperti biasa.

"Apa yang kamu inginkan?"

Produser melihat ke arah Presdir Vena. Kali ini dia menganggap gadis yang di hadapannya ini bertingkah seperti kucing manis yang minta dibelai. Produser tersebut mencoba membelai pipi Presdir Vena.

plaaak

Dengan tegas Presdir Vena menepis tangan pria itu dengan kasar. "Kamu jangan main-main dengan saya!"

"Kamu terdengar menggodaku!" ucap pria itu cuek.

Laura berisdekap dada. Mencoba memasang wajah segarang mungkin. "Cepat katakan apa yang kau inginkan, dan segera pergi dari tempat ini!"

"Kamu jangan menggunakan jurus pura-pura tidak tahu lagi! Sudah berapa kali aku minta dengan baik-baik, untuk tampil sebentar saja pada acara tersebut, kamu masih saja menolak."

Laura merasa geram mendengar ucapan dari pria ini. "Kau bahkan tidak muncul saat aku masuk rumah sakit! Sekarang dengan beraninya menuntutku untuk memenuhi permintaanmu! Kau jangan bermimpi!"

Produser itu tamoak terheran. "Apa kamu sedang dalam kondisi yang tidak baik?"

Laura mengedikan bahunya. Dia membuang muka dan membiarkan pria itu mondar-mandir tak jelas di hadapannya. "Cepat katakan dan pergi!"

"Kamu harus setuju untuk tampil! Aku akan membayar mahal untuk itu!"

Laura menatap pria itu sekilas, lalu membuang muka kembali. "Sudah selesai?"

Pria itu hanya memberi kode dia sudah selesai. "Kau boleh pergi! Saya masih punya banyak pekerjaan!"

Produser itu menggunakan tangannya membuat kode pis tol. Pura-pura me nem bak Presdir Vena dan pura-pura meniup ujung pis tol itu.

Presdir Vena memberi aba-aba agar pria itu segera pergi. Produser itu keluar dan melirik Cindy dengan ujung mata dan senyum tipis terulas di bibirnya.

*

*

*

Tuan Adam sedang menikmati berita tentang putrinya di televisi. Bahkan Tuan Adam tidak tahu bahwa sang putri baru saja dirawat di rumah sakit. Tuan Adam masih merencanakan rencana perjodohan dengan putrinya.

Karena baginya Rivena Claudya tetap lah hanya sebagai seorang perempuan yang harus dijaga oleh seorang pria. Tuan Adam mencari kontak sang putri dan langsung menghubunginya.

"Ada apa, Pa?"

"Nanti kita harus bicara! Ayo kita makan malam bersama di luar?

Tanpa jawaban, putrinya Vena menutup panggilan tersebut. Sementara orang yang diajak makan malam bersama tadi, seketika merasa gusar. Dia seakan telah tahu apa yang akan terjadi. Dia memanggil Cindy untuk segera menghadap.

"Ada apa, Bu? Ada yang bisa saya bantu?"

Presdir Vena tampak menganggup mantap. "Saya memang sangat membutuhkan bantuanmu."

"Kira-kira apakah itu, Bu?"

Presdir Vena menyandarkan diri pada kursi putarnya. "Saya merasa tidak bisa memenuhi ajakan Papa untuk makan malam. Saya membutuhkan bantuanmu untuk menggantikan saya datang ke sana."

Cindy menyipitkan mata dan menggeleng cepat. "Bu, Tuan Adam itu orang tua Anda, bukan orang tua saya."

Di tempat lain, Tuan Adam telah memilah-milah foto beberapa pria yang dianggapnya cocok untuk mendampingi putrinya. Tanpa pengetahuan sang putri, Tuan Adam mengatur kencan buta dengan salah satu pria yang menurutnya sebagai pilihan yang terbaik. Dengan senyum puas dia tak sabar menunggu bertemu dengan putrinya.

Tuan Adam pun menghubungi Cindy. Dengan berat hati Cindy memjawab panggilan itu. "Selamat siang, Tuan Adam. Ada yang bisa saya bantu?"

"Hmmm, begini Nona Cindy. Sebelumnya saya sudah menghubungi Vena. Namun, kamu tahu bagaimana watak dia bukan? Saya harap kamu membantu saya untuk mau mengikuti permintaan saya untuk mengikuti acara makan malam nanti."

"Makan malam biasa atau ada pesan yang lain, Tuan?"

"Saya ingin mengatur perjodohan juga untuknya."

Sebuah senyuman terulas di bibir Cindy. "Baik, Tuan. Akan segera saya sampaikan."

Panggilan ditutup, Cindy langsung bergerak menuju ruang kerja Presdir Vena dan mengetuk pintu. Setelah terdengar sahutan dari dalam, Cindy langsung memberitahukan apa yang baru saja dia dapat.

Mendengar kata perjodohan, Presdir Vena langsung merasa enggan dan menolak dengan tegas. "Tidak mau! Kamu saja yang ikut!"

"Kata Tuan Adam, jika Anda ikut makan malam itu, maka beliau akan memberikan Anda uang sebesar lima puluh juta." ucapnya bohong.

Telinga Laura langsung berdiri mendengar dana yang diturunkan tanpa usaha yang begitu keras. Dia langsung menyetujui untuk untuk hadir pada acara makan malam tersebut. Cindy menyunggingkan senyuman karena merasa lucu. Dia membayangkan saat orang yang diidolakannya ini memgikuti kencan buta.

Pada waktu yang telah dijanjikan, Laura hadir ke restoran yang telah mereka sepakati. Tanpa basa-basi, Laura langsung menagih janji dari Papa Vena ini.

"Saya sudah datang. Mana uang yang Papa janjikan?"

Tuan Adam merasa heran. Dia sama sekali tidak mengatakan hal demikian. "Uang apa?"

Laura langsung merasa geram menyadari telah dibohongi oleh Cindy. "Ya udah, aku balik lagi." Laura hendak bergerak, tetapi ditahan oleh Tuan Adam.

"Baik lah, Papa akan memberikanmu uang lima puluh juta, asal kamu melakukan kencan buta dengan pria yang akan Papa kenalkan."

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!