3. Mengelak dari Sistem

Laura sampai di perusahaan dan tengah berbicara dengan Cindy, sekretaris Vena. Ucapan sistem kembali terdengar untuk memberikan peringatan kepadanya.

"Sesaat lagi protagonis wanita akan datang kepada Anda. Buatlah dia untuk segera meninggalkan perusahaan ini!"

Laura tercekat mendengar ucapan Sistem tersebut. Akhirnya, Laura merasa marah dan mendengus kesal karena perintah Sistem yang selalu bertentangan dengan batinnya ini. Akhirnya Laura mulai menjawab ucapan dari Sistem tersebut.

"Mimpi! Protagonis adalah tokoh kesayanganku!"

Sistem kembali menjawab ucapan dari Laura.

"Jika kamu masih tidak patuh, apakah kamu akan merelakan kembali kesempatan hidup yang telah diberikan kepadamu?"

"Jika kamu masih ingin hidup, permalukan lah dia, sebagaimana antagonis Vena membuat protagonis Elsa menangis meninggalkan perusahaan ini."

Laura hanya bisa termangu, apa yang dikatakan oleh Sistem memang  benar. Dia sendiri yang menginginkan kesempatan kedua ini. Meski kesempatan yang diharapkan bukan lah yang seperti ini.

Laura tidak membalas pesan dari Sistem. Dia memilih mempelajari materi meeting yang akan dilakukan. Karena itu di luar bidangnya yang hanya berprofesi sebagai seorang penulis.

Dari arah luar, Elsa muncul membawakan kopi yang dipesankan oleh Cindy, sang sekretaris Presdir Vena. Melihat sosok yang tiga hari lalu tidak hadir telah muncul, Elsa merasa sangat bersemangat berjalan lebih cepat ke arah pimpinan tertinggi perusahaan ini.

Namun, akibat terlalu buru-buru dan ceroboh, membuat Elsa terjatuh dan menuangkan semua minuman yang dibawanya membasahi tubuh Presdir Vena. Semua mata memandang ke arah Presdir Vena yang telah kuyup mendapatkan siraman kopi ini.

Laura tak menyangka, kejadian ini tetap terjadi. Padahal dia sudah berusaha menghindari untuk tidak hadir selama tiga hari. Elsa buru-buru bangkit dari posisinya yang masih tengkurap di atas lantai.

Elsa sedikit memahami karakter Vena berdasarkan rumor yang telah santer dibicarakan oleh seluruh karyawan di perusahaan ini. Dengan perasaan takut, Vena mencari tissue untuk mencoba membersihkan pakaian Presdir Vena tersebut.

Sistem kembali memperingatkan Laura segera melaksanakan misi berdasarkan apa yang seharusnya.

"Segera permalukan dan buat Protagonis Elsa pergi meninggalkan perusahaan ini!"

Laura dengan wajah dingin khas Vena, melirik Elsa sejenak. Lalu dia masuk ke ruang kerja mengambil bungkusan pakaian bersih yang telah ia siapkan. Tak beberapa lama, Laura telah berganti pakaian dan kembali ke tempat di mana semua orang tadi berkumpul.

Elsa tampak baru saja dimarahi oleh rekannya yang lain. Melihat wajahnya yang pucat, paling tidak karyawan lainnya baru saja menakut-nakuti Elsa. Wajah Elsa tampak kuyu ketakutan. Dia memainkan jemari karena hatinya terasa sangat kacau.

Elsa mendekat berjalan dengan tertunduk. Setelah tinggal beberapa senti, Elsa berlutut menangkupkan kedua tangan.

"Maafkan aku, Bu. Aku sungguh tidak sengaja. Tadi tiba-tiba saja kakiku keseleo karena tidak terbiasa menggunakan high heels. Maafkan saya, Bu. Saya tak akan mengulangi kesalahan ini."

Elsa berkali-kali mengucapkan hal yang sama karena ketakutan. Laura menarik lengan Elsa untuk segera berdiri. Laura mengajaknya duduk di sofa yang tak jauh dari sana.

"Cindy, tolong bawakan air putih untuk Elsa!"

Wajah Cindy terlihat heran. Namun, dia tetap patuh mengikuti perintah dari sang presdir. "Baik, Bu." Cindy melangkah cepat menyiapkan air untuk Elsa. Setelah itu, Laura segera menyuruh Elsa untuk meneguknya.

"Bagaimana Elsa, apakah perasaanmu sudah baikan?"

Mata Elsa terlihat berbinar karena terharu. Sebelumnya dia memang sudah merasakan amarah Presdir Vena secara langsung. Namun, semenjak mendapatkan parcell berupa kue kering, membuat pandangannya kepada Presdir wanita yang terlihat ganas itu berubah dengan seketika.

Kali ini Elsa beranggapan bahwa Presdir Vena sebenarnya orang baik. Hanya saja, karena banyak tuntutan, membuat karakternya aslinya ditutupi oleh ketegasannya. Ini sungguh-sungguh di luar dugaannya.

"Sa-saya baik-baik saja, Bu. Seharusnya saya yang bertanya, Bu. Apa Anda baik-baik saja? Saya sungguh-sungguh tak sengaja."

Laura menganggukan kepalanya. Karena ini adalah kesengajaan dia sendiri dalam menulis hal ini. "Kamu tenang lah! Saya baik-baik saja. Kamu tidak perlu takut, karena saya sudah mempersiapkan semuanya. Kebetulan tadi saya membaca sebuah ramalan yang memaksa saya untuk membawa pakaian ganti."

"Jika kamu merasa kurang sehat, kamu boleh izin untuk pulang dan beristirahat!"

"Saya baik-baik saja, Bu. Anda jangan mengkhawatirkan saya," ucap Elsa gugup.

Laura bangkit dari posisinya. Menepukkan kedua tangannya agar semua karyawan yang menonton kejadian ini kembali bekerja seperti semula.

"Kamu juga Elsa! Silahkan untuk melanjutkan pekerjaanmu!"

Elsa mengangguk dengan mata berkaca karena sangat terharu diperlakukan dengan sangat baik oleh pemimpin yang terkenal dengan kekejamannya. Sementara Laura kembali menuju ke ruang kerjanya. Kembali dia merasakan gejolak pada dirinya.

Nafas sesak dan kepalanya terasa sangat pusing. "Uhuuuk ... uhuuuk ...."

Laura kembali memuntahkan darah. Tubuhnya terhuyung lemas tanpa daya. Dia terduduk di lantai mulai merasa ketakutan. Sistem kembali memberikan peringatan untuknya.

"Nona Laura Marrie, kenapa Anda tidak mau patuh pada apa yang diperintahkan oleh Sistem?"

"Bukan kah Sistem sudah memerintahkan Anda untuk mengikuti alur novel yang Anda tulis sendiri?"

"Jika begini, Anda akan mengalami kematian untuk kedua kali. Kesempatan yang telah diberikan untuk menjalani kehidupan kedua ini, telah Anda sia-siakan!"

Laura menangkupkan pipi dengan kedua tangannya. Dia tak menyangka, hanya singgah sesaat saja dalam menjalani hidup yang kedua. Laura bangkit melepas sepatu, hak tinggi yang terpaksa digunakan karena tidak memiliki sepatu tepleks.

"Jika memang akan mati juga, lebih baik mati dengan cepat. Tak perlu menjalani misi-misi yang diberikan oleh Sistem tersebut. Jika mati lebih cepat, aku tak perlu merasakan mati dieksekusi oleh pengadilan."

Laura melangkahkan kakinya secara perlahan menuju balkon. Laura menggeser pintu balkon, seketika angin kencang menerpa rambut panjangnya yang hitam.

Laura melihat ke arah bawah. Ternyata membuatnya pusing karena gamang. Namun, dikuatkan hati untuk melanjutkan rencana sebelumnya.

"Lebih baik mati saat ini juga. Aku tak bisa hidup dalam ancaman Sistem. Toh, kenyataannya aku ini sudah mati."

Laura mulai memanjat pagar pembatas balkon. Dia mengambil posisi duduk dengan kaki mengambang di udara. Matanya dipejamkan, untuk meneguhkan hatinya agar tidak takut.

Laura melepaskan diri dan terjun dari gedung itu...

Terpopuler

Comments

Nirwana Asri

Nirwana Asri

berarti ini sejenis isekai gt y

2023-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!