*Karya ini belum menghasilkan cuan, yuk tebarkan kebaikan dengan bantu author nonton iklan seiklasnya*
Laura membaca pesan tersebut yang masih datang dari Edward. Pria yang menginginkan investasi dari perusahaannya. Kali ini, Laura menerima undangan tersebut. Ada hal yang telah memenuhi isi kepalanya.
Mengingat taruhannya pada ayah Vena, dia berencana akan menerima tawaran investasi tersebut. Edward masih gigih untuk memintanya agar memberikan perusahaannya investasi akan perusahaannya yang masih membutuhkan dukungan tersebut.
Kali ini Edward meminta investasi untuk pembuatan film yang akan dirilis oleh perusahaannya. Laura berpikir bahwa kali ini adalah kesempatan bagus untuknya mengembangkan uang tersebut.
Tanpa pikir panjang, Laura keluar dari ruangannya. Dia masih melihat Fernando Jose berada di tempat ini. Laura berjalan memasang wajah angkuh yang selalu menghiasi wajah Vena. Dia berdiri tepat di samping aktor tersebut.
"Kau, masih belum pergi?" Laura bersidekap dada mengangkat dagu.
Fernando Jose melirik Vena di ujung matanya. "Aku akan selalu menunggu kabar darimu!" Lalu dia pergi tanpa menoleh sedikit pun kepada Vena.
Laura menatap Fernando Jose hingga hilang dari matanya. Setelah itu mengetuk pintu tersebut. "Elsa, apa kamu ada di dalam?"
Elsa mendengar panggilan tersebut, segera bangkit dan membuka pintu. Wajahnya tampak gugup, tertunduk bewarna merah. "Maaf, Bu ..." lirihnya.
Elsa mengangkat dagu Elsa. Elsa tampak sayu tak bergairah. Laura seketika teringat akan skandal yang baru saja merebak antara dia dan Fernando Jose.
"Sudah lah! Kamu jangan terlalu memikirkan masalah itu. Semuanya pasti akan baik-baik saja." Laura bergerak meninggalkan ruangn tersebut. Jemarinya memberi kode kepada Elsa untuk mengikuti arah langkahnya.
Elsa mengangguk dan mengikuti Presdir Vena menuju ruang kerjanya. Vena berdiri tepat di hadapan jendela lebar, yang memampangkan pemandangan di luar gedung kerja ini. Elsa berdiri tak jauh dari sisi Presdir Vena.
Beberapa waktu berlalu, Presdir Vena belum juga mengatakan apa pun. "Apakah ada yang bisa saya bantu, Bu?"
"Saya akan memenuhi undangan Edward untuk acara Launching Film yang akan dibuat oleh perusahaannya." Laura memberi kode kembali agar Elsa duduk di sofa tamu yang ada di ruang kerja tersebut.
Dengan patuh, Elsa mengikuti perintah yang diberikan oleh sang penguasa wanita ini. Laura duduk menyandarkan tubuhnya santai di sofa tersebut. Kedua tangannya direntangkan dan menengadahkam kepala bertopang pada pucuk sandaran sofa.
Elsa masih dalam diam memperhatikan gerak-gerik wanita tersebut. Dia masih merasa heran atas sikap Presdir Vena yang akhir-akhir ini sangat berbeda dengan yang sebelumnya. Namun, perasaannya masih tegang karena dia belum sedekat itu dengan sang Presdir.
Vena menegapkan kembali kepalanya. "Apa kamu mau menemaniku ke acara pembukaan perusahaan Edward?"
Elsa mencoba berpikir sejenak. Ini adalah kali pertama dia mendapat tugas langsung dari Presdir Vena. Tentu pastinya ini menjadi kesempatan yang baik juga bagi Elsa untuk mengembangkan kariernya.
Karena tidak ada jawaban dari Elsa, Laura kembali menanyakan hal yang sama. Elsa tampak gelapan, hal ini berarti bahwa Elsa baru saja melamun memikirkan sesuatu.
"Apa yang kamu pikirkan? Apakah kamu merasa keberatan untuk menemaniku?"
Elsa menggeleng dengan cepat. "Tentu saya mau menemani Anda, Bu. Kenapa tidak?"
"Bagus, nanti akan saya menjemputmu. Sekarang kembali lah ke mejamu!"
Elsa bangkit dan menundukan kepala hormat. "Saya keluar, Bu."
Laura mengangguk sekilas menatap seorang yang menjadi protagonis wanita dalam cerita ini. Dia semakin menyadari bahwa kisah yang saat ini dijalaninya, benar-benar telah berbeda dengan alur yang dia tulis. Laura pun berdebar membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
💖
Seperti yang telah dijanjikan pada waktu yang telah ditentukan, Laura datang menjemput Elsa ke rumah yang dia sewa. Lalu dalam acara tersebut, Laura menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan Edward. Mereka akan membuat film dan meminta Vena untuk memberikan satu aktris baru yang bisa berakting di dalam film tersebut.
"Saya akan mengutus Elsa untuk memerankan peran tersebut."
Laura melihat wajah Elsa yang gugup. Dia menggeleng menggoyangkan tangannya dan menolak. "Saya tidak bisa akting, Bu." Dia menggeleng takut.
"Saya rasa itu hanya masalah waktu. Wajahmu sangat cantik. Saya rasa gambaran peran yang ditawarkan cukup mewakilkan sifat dan watakmu."
Tangan Elsa masih bergerak memberi isyarat penolakan ditambah dengan gelengan kepala. "Saya tidak berani, Bu. Ini sungguh sangat tiba-tiba."
"Coba aja dulu! Ini kesempatan bagus bagi kamu lho? Jika karier kamu melejit, saat tamat kuliah nanti kamu tidak perlu pusing lagi mencari kerja."
"Tapi, Bu---"
"Tak ada tapi-tapian!"
Elsa akhirnya terlihat pasrah. "Baik lah, Bu."
Laura mengangguk mantap lalu beralih kepada Edward. "Bagaimana Edward? Apa Anda setuju jika dia yang saya utus sebagai perwakilan perusahaan kami?"
Edward melihat Elsa dari atas hingga ke bawah. Dia mengangguk dan wajahnya sedikit miring. "Terserah Nyonya besar."
Maka, pada malam itu telah terjadi kesepakatan antara perusahaan Vena dengan Edward. Usai acara, Laura mengajak Elsa jalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaannya. Dia ingin menilai apa yang sangat disukai oleh Elsa.
Dia ingin menjalin hubungan yang baik dengan Elsa. Lalu mereka memutuskan untuk duduk di sebuan kafe yang nyaman. Laura mengajak Elsa membicarakan tentang kesehariannya saat di kampus dan di rumah.
Elsa mulai merasa nyaman dengan Presdir Vena yang menurutnya semakin hari bersikap semakin ramah. Membuat dia menceritakan hal-hal yang disukainya secara gamblang kepada Presdir Vena.
Hal ini lah yang dibutuhkan oleh Laura. Karena dia tidak tahu akan berada di dalam dunia novel ini entah sampai kapan. Tentunya dia ingin mengubah takdir Vena yang tragis, menjadi ke arah yang lebih baik.
Dari hari ke hari, hubungan Laura berjalan semakin baik dan akrab. Suatu malam saat di rumahnya, tiba-tiba terdengar suara SISTEM memerintahkan agar Vena mengatakan, "Wanita, anda membuat saya memiliki pikiran untuk tidur dengan kamu!" Kepada Elsa.
Laura menggelengkan kepala. "Tuan Sistem? Apa maksudmu menyuruhku mengatakan hal-hal aneh seperti itu?"
"Ini adalah misi berikutnya. Jika Anda berhasil melakukannya, maka SISTEM akan memberikan hadiah untuk Anda."
Laura menggarukan kepalanya dengan kasar. "Kira-kira, hadiahnya apa? Apakah aku bisa kembali hidup ke duniaku?"
"Itu rahasia. Jika Anda berhasil menuntaskan misi tersebut, akan ada satu hadiah istimewa untuk Anda, nantinya."
Meskipun Laura merasa kesal, akhirnya Laura melakukan panggilan pada Elsa malam itu juga. Dari seberang terdengar suara Elsa yang telah menjawab panggilannya.
"Selamat malam, Bu. Ada yang bisa saya bantu?"
"Elsa, kamu membuat saya memiliki pikiran untuk tidur denganmu!"
Kening Elsa langsung berkerut. Mencoba menerka arti apa yang telah diucapkan oleh atasan tertinggi tempat dia magang. "Maksud Ibu?"
"Saya membutuhkan bantuanmu. Kamu harus menolong saya malam ini juga!"
Elsa tertunduk pasrah. Mau tak mau dia terpaksa mengikuti perintas Presdir Vena. "Baik, Bu. Saya akan ke sana malam ini juga untuk menyelesaikan masalah Anda."
Laura menutup mulutnya. Dia merasa bingung sendiri atas apa yang baru saja diucapkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments