14. Pembalasan

Rose sengaja mendorong pintu tersebut dengan kasar. Dia merasa tidak rela bila harus satu tempat istirahat dengan Elsa. Pintu didorong dengan kasar membuat Elsa menjadi sangat terkejut.

"Kau, Nona Figuran! Pergi dari ruangan ini! Ini adalah tempatku" gertak Rose.

Elsa yang tadinya dalam keadaan terkejut langsung berdiri dan menyugar rambutnya ke belakang telinga. Elsa seketika menjadi gugup mendapat perlakuan seperti itu dari seorang artis.

"Si-silakan duduk!" ucapnya tertunduk.

Rose bergerak masuk dengan penuh percaya diri. Duduk dengan sangat elegan, menyilangkan kakinya dan memberi aba-aba agar sang asisten mengambilkan minuman yang tersedia di atas meja.

Beberapa hiruk pikuk tampak mulai mendekat ke arah ruang tersebut. Ini menandakan bahwa akan ada orang penting yang sedang mendekat ke ruangan tersebut. Gisel mengintip apa yang sedang terjadi dan segera melaporkannya kepada Rose.

Rose langsung berdiri tegak, saat melihas Presdir Vena berada tepat di depan pintu. Dia merasa heran saat melihat Elsa berdiri tertunduk di pojokan, sementara seorang aktris sedang berdiri di dekat meja yang sudah disiapkannya untuk Elsa.

"Elsa, kenapa kamu di pojokan gitu?"

Rose dan Gisele sikut-sikutan saat mengetahui bahwa Elsa adalah orang yang dikenal oleh Presiden Direktur Rivena Claudya. Mereka sangat mengenal sosok wanita ini. Dia orang yang sangat ditakuti dan disegani dalam bisnis home production.

"Kamu? Sedang apa di sini?" tanya Laura kepada kedua orang tersebut.

"Ka-kami sedang beristirahat," ucap Rose gugup.

Laura mengusir kru yang tadinya mengikuti dia. Setelah yakin tak ada lagi orang di sisinya, Laura masuk dan bersidekap dada menatap kedua orang tersebut. "Apa kalian tidak tahu, ini adalah ruang kusus untuk saya?" ucapnya dingin.

Rose menyikut Gisele yang salah memberikan tempat untuk beristirahat. "Ma-maafkan kami Presdir Vena. Kami sangka ini adalah ruang peristirahatan tempat artis melepas penat." Rose melirik ke arah Elsa yang masih tertunduk.

"Kalau begitu, kami pergi dulu." Rose dan Gisele siap-siap untuk pergi. Dia tidak ingin memiliki masalah dengan seorang Presdir Vena.

Laura menutup jalan yang akan mereka tempati. Dia akan merasa kecewa jika kedua orang itu pergi dengan begitu saja dari ruangan ini. Laura menatap nanar kedua orang ini yang tampak ketakutan.

"Kenapa kalian pergi begitu cepat?" Laura bersandar pada kunzen pintu dan mengangkat satu kakinya menjadi penghalang.

"Maafkan kami Presdir Vena. Kami akan segera meninggalkan tempat milik Anda." Rose memasang wajah memohon agar Presdir Vena yang terkenal dengan kekejamannya dan berharap segera memberikan jalan untuk mereka keluar.

Rose takut jika dia memiliki masalah dengan Presdis Vena. Hal ini tentu akan membuat karier keartisannya menjadi rusak akibat kekuasaan yang dimiliki Predir Vena.

"Saya mohon Presdir Vena, maafkan kami dan tolong izinkan kami keluar dari ruang ini. Kami akan segera mencari ruang istirahat yang lain."

Laura tersenyum penuh arti. Memberi kode kepada Elsa agar gadis lugu itu segera mendekat kepada mereka. Laura melihat Elsa masih dengan wajah ketakutan kepada kedua orang ini.

"Apa yang mereka lakukan kepadamu?" tanya Laura.

Elsa menggelengkan kepalanya. Namun, dia terlihat gugup dan tidak mau melihat Rose dengan matanya secara langsung. Hal ini tentu menimbulkan kecurigaan Laura, bahwa Rose telah melakukan sesuatu yang jahat.

Laura memperbaiki posisi berdirinya. Mengelilingi Rose dan Gisele beberapa kali. "Coba, kalian ulangi lagi, apa yang telah kalian perbuat terhadapnya!"

Rose mengayunkan tangannya gugup. "Kami tidak berbuat apa-apa Bu Presdir."

Laura menatap Elsa kembali. Namun Elsa masih tampak terlihat gugup. "Cepat ulangi apa yang kalian perbuat tadi!"

Rose dan Gisele menggelengkan kepala. Menggoyangkan tangannya petanda mereka tidak mau melakukannya lagi. "Kami tidak---"

"CEPAT ULANGI!!!" Akhirnya terdengar suara lantang sang Predir Garang.

"Ba-baik, Bu ...."

Mereka gugup mencoba mengulang menghardik Elsa dengan ragu-ragu. Rose melirik Presdir Vena yang menatapnya dengan mata tajam. Rose mendekati Elsa.

"Kau-kau-kau---"

"Kau kau apa?" bentak Presdir Vena menyela.

"Baik, Bu." Rose mengulang kembali dialog yang dilontarkannya tadi.

"Kau, No-nona figuran----" Dia mengulang dengan gugup.

"Nona-nona apa? Persis seperti tadi dong!"

Bentakan Presdir Vena membuat Rose menjadi semakin gugup. "Kau, Nona Figuran! Pergi dari ruangan ini! Ini adalah tempatku!" Dia terus menatap ke arah Presdir Vena dengan wajah ketakutan.

"Benar itu yang dikatakannya, Elsa?" Elsa memainkan jemarinya masih dalam keadaan tertunduk.

"Elsa! Jawab pertanyaan saya!" ucap Laura dengan tegas.

"I-iya, Bu."

Laura menatap Rose dengan nyalang. Dia ingin Rose melakukannya dengan lebih tegas lagi. Dia ingin melihat Elsa membalas perlakuan Rose dan bisa membuat Elsa menjadi gadis tegas yang tidak mudah dilemahkan.

"Sekarang coba kamu gertak lagi dia, kalau bisa buat dia sampai menangis!" titah Laura.

"Ta-tapi, Bu?"

"Cepat lakukan!"

Rose kali ini mengeluarkan kemampuan akting yang dimilikinya. Dia menarik pakaian Elsa dan berbicara dengan tautan di gigi.

"Cepat lakukan seperti apa yang dia perintahkan. Cepat! Aku muak dengan kondisi seperti ini!" Rose membesarkan suara, mengeluarkan akting sekaligus membalas Elsa. Karena Elsa lah dia dipermalukan oleh Presdir Vena seperti ini.

Laura menikmati tontonan itu. Dia menunggu Elsa untuk bergerak membalas apa yang dilakukan oleh Rose. Namun Elsa masuk tidak berani melawan apa yang dilakukan oleh Rose.

"Lebih garang lagi!" hardik Laura.

Hal ini membuat Rose terkesiap dan mendorong Elsa hingga terjatuh. Laura sedikit tidak setuju dengan kelakuan Rose. Namun, dia mencoba menahan diri sebagai penonton yang menyaksikan protagonis diani aya oleh sosok antagonis.

Elsa bangkit dan membersihkan pakaian dan tangannya. "Bu, jangan paksa dia seperti ini?" ucap Elsa memohon kepada Presdir Vena.

"Lawan dia!" titah Laura dengan tegas.

"Tidak usah, Bu. Tak ada baiknya melawan kejahatan dengan kejahatan. Mungkin, aku yang salah sehingga membuat dia salah paham." Elsa memandang Presdir Vena dengan wajah memohon.

Duuuh, anakku ... emak jadi meleyot ... batin Laura melihat kebaikan hati Elsa.

Akhirnya Laura bergerak dari pintu memberi jalan kepada kedua orang tersebut. Saat akan bergerak, Laura kembali menghalangi pintu tadi.

Hal ini membuat Rose dan Gisele saling bertatapan dengan heran. Laura memberi kode untuk bicara dulu dengan baik-baik kepada Elsa. Rose meminta maaf kepada Elsa, dan dengan mudah Elsa memberi maaf kepada Rose tersebut.

Laura kembali memberi jalan kepada Rose dan Gisele. Saat tepat berada di hadapannya, Laura mendepat dan membisikan sesuatu tepat di telinga Rose.

"Jika kamu berani meremehkan orang lain lagi, maka dunia keartisanmu akan sirna untuk selamanya. Cam kan itu!"

Rose berjalan dengan tertunduk dengan lemas. Dia merasa hari ini adalah hari yang paling sial baginya. Tanpa mereka sadari, ternyata ada yang merekam kejadian ini secara diam-diam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!