4. Misi Memalukan

Bukan kah aku sudah melompat? Kenapa aku kembali ke balkon?

Laura mengecek setiap inci pada tubuhnya. Tak satupun ada yang lecet. Laura kembali memanjat dinding pembatas balkon tersebut. Dia lebih rela ma ti bu nuh diri dibanding ma ti dieksekusi. Laura melompat kembali dari gedung itu.

Kali ini dia merasakan tubuhnya ditarik oleh sesuatu. Mengembalikan dirinya pada posisi sebelum dia melompat. Dia mulai naik kembali ke pagar pembatas tersebut, lalu melompat.

Hal yang sama dirasakannya kembali ... seolah waktu mengembalikannya pada saat dia belum melompat. Hal ini terus dicoba dan dicoba kembali. Namun, hasilnya masih tetap sama.

"Apakah ini ulah Kau, Tuan Sistem?" rutuknya.

"Kau tak akan bisa mati, sebelum Sistem berkehendak!"

"Pokoknya aku tidak mau jadi antagonis yang ada di dalam novel. Aku tak mauuu!"

Laura kembali memanjat pagar dan melompat dari gedung. Sistem menariknya kembali ke waktu sebelum dia melompat. Aura terus mengulang hingga belasan kali percobaan bu nuh diri. Hal ini membuat Sistem merasa lelah karena telah menghabiskan banyak energi mengembalikan posisi pada kejadian sebelum melompat.

"Baik lah Nona Keras Kepala, jika Anda masih tidak mau mengikuti perintah, kali ini Sistem menyerah!" ucap Sistem terdengar pasrah.

"Apa pun yang kau perintahkan, aku tak sudi untuk melakukannya. Elsa sudah kuciptakan memiliki hubungan romantis dengan Fernando Jose. Mana mungkin, aku sebagai penulisnya tega, merusak hubungan indah itu?"

Laura bergerak mondar-mandir dengan wajah tegang. Bagaimana pun dia kukuh untuk tidak akan menyakiti tokoh utama yang dia ciptakan. Laura sangat menyayangi tokoh Elsa dan Fernando Jose ini selayaknya anak sendiri. Bagaimana pun dia menginginkan kedua protagonis ini hidup bahagia tanpa adanya siksaan yang diberi antagonis Vena.

"Whel ... whel ... jika Anda tidak mau menjadi antagonis kejam, bagaimana jika kita ubah sedikit alurnya?" ucap Sistem dalam pikirannya.

"Maksudnya?" Laura yang menggunakan wajah Vena itu, mengerutkan keningnya.

"Jika Anda tidak mau jadi kejam, bagaimana jika Anda menjadi CEO wanita yang dingin dan arogan?"

"Tergantung ..." Laura mencabik mendapat penawaran baru. "Kalau terlalu arogan, tentu tak akan aku ikuti," tambahnya.

"Baik lah, kali ini Sistem akan memberi misi yang baru kepada Anda." Laura mendengarkan pengarahan dari Sistem dengan seksama.

"Kali ini, Sistem akan meminta Anda agar mengucapkan satu kalimat dialog kepada protagonis Elsa."

Laura membuka matanya lebar-lebar. Meski lawan bicaranya tak kasat mata, dia tetap berbicara selayaknya ada orang di hadapannya. "Kalimat apakah gerangan?"

"Anda cukup mengatakan satu kalimat berikut! 'Nona, kamu berhasil menarik perhatianku!"

"Whaaat? Kalimat apaan itu? Kau membuat aku seolah menjadi seorang les byan? Aaah, tak mau! Aku menyayangi tokoh protagonis Elsa, bagai anakku sendiri. Bukan bagai kekasihku!"

"Coba pikirkan kembali! Anda pasti bisa melakukannya. Jika misi Anda sukses, kita bisa masuk ke bagian berikutnya!"

Laura duduk di kursi kerja milik Vena. Dia mencoba berlatih mengucapkan kata-kata tersebut. Namun, sebelum dia memulai, dia merasa malu sendiri. Ucapan tersebut bagai menyatakan cinta kepada orang yang baru saja dia temui.

tok

tok

tok

Ketukan pintu membuyarkan lamunan Laura. "Masuk!" titahnya kepada orang yang ada di balik pintu.

Sekretarisnya, Cindy masuk dengan langkah percaya diri. Wajah cantik dengan polesan make up yang pas, membuat daya tariknya semakin terpancar. Cindy menganggukan kepalanya sebagai tanda meminta izin untuk berbicara.

"Silakan!"

"Bu, seluruh mitra kerja yang menginginkan investasi dari perusahaan kita, telah hadir di ruang rapat."

Laura kembali memikirkan, di dalam cerita ini berkisah mengenai bisnis apa. Sejenak Laura berpikir, namun teralih pada misi yang telah diberikan oleh Sistem.

"Oh, baik lah. Tolong minta mereka untuk menunggu beberapa saat. Sebelumnya, saya ingin berbicara dulu dengan seseorang."

Cindy menganggukan kepalanya. "Baik, Bu. Anda ingin berbicara dengan siapa?"

Laura merasa sedikit gelisah. Namun, dia harus berhasil dalam melaksanakan misi kali ini. Sementara, Cindy yang melihat kegelisahan pada wajah Presdir Vena membuat dia sedikit tertarik untuk bertanya.

"Apakah ada yang mengganggu pikiran Anda?"

Laura menatap Cindy, sang sekretaris yang dibuatnya sebagai pekerja keras yang terampil. Dia selalu bisa membuat tokoh Vena merasa percaya bahwa dia adalah pegawai terbaik yang dipilih sebagai orang kepercayaan seorang Rivena Claudya.

"Hmmm, kebetulan lagi banyak pekerjaan yang mengganggu pikiran saya," ucap Laura.

"Bagaimana dengan rencana Anda sebelumnya? Anda ingin bicara dengan siapa?"

Laura menjentikan jemarinya yang lentik. "Panggil anak magang itu! Saya ingin bicara dengan Elsa."

Cindy menganggukan kepalanya. "Baik, Bu. Saya pastikan dia akan menemui Anda dengan segera." Cindy menganggukan kepalanya sekali lagi.

Laura sedang mengeja dialog yang diperintahkan oleh Sistem. Meski tak ada yang melihat pun, tetap dia merasa malu untuk mengatakannya.

Aaaahh, apa aku berhasil dalam misi kali ini? Misinya tidak terlalu kejam kok ya? Hanya saja bagiku itu bukan kata yang pantas untuk aku ucapkan kepada seorang perempuan muda. Apalagi kami ini sesama wanita. Dia pasti berpikir buruk terhadapku.

tok

tok

tok

Terdengar kembali suara ketukan pintu. Laura bersiap-siap mengatakannya. "Masuk!"

Tampak Elsa masuk dengan perasaan ragu. Di luar ruangan tengah menanti penikmat berita hangat, yang ingin tahu kelanjutan tragedi siraman kopi tadi. Mereka semua mengira sang Presiden Direktur ke jam ini akan menghajar anak magang yang bernama Elsa.

"Selamat siang, Bu. Saya mendapat kabar Anda membutuhkan saya? Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap Elsa dengan sedikit ragu dan takut. Namun dia memiliki keyakinan bahwa, Presdir Vena adalah seorang yang baik dan perhatian. Dia pasti tak akan menyakiti dirinya.

Laura memejamkan mata, mengeja dialog yang disuruh oleh Sistem tadi. "Nona, kamu berhasil menarik perhatianku."

Wajah Elsa tampak menegang. Dia berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh seorang presiden direktur kepadanya. "A-apa maksud Anda, Bu?"

Laura mengibaaskan tangannya. "Sekarang kamu boleh pergi."

Elsa menjepit bibirnya bingung atas sikap sang Presiden Direktur ini. Elsa melangkahkan kaki dengan perasaan yang sedikit ragu.

"Selamat! Kamu berhasil menjalankan misi yang telah Sistem berikan!" Suara itu terdengar dalam pikiran Laura. Laura menghela nafas yang panjang.

Sementara di luar ruangan, para penanti berita telah menunggu Elsa dengan penasaran. Mereka langsung mengerubungi Elsa, mencari informasi terhadap sumbernya secara langsung.

"Apa yang dikatakan Presdir Vena?" tanya salah satu dari mereka.

Dari arah pintu ruang Presdir, terdengar suara handle pintu yang ditarik dari dalam. Sejanak mereka segera membubarkan diri. Sementara Elsa yang masih bingung, tidak tahu harus bergerak ke mana.

"Elsa, kenapa kamu terlihat bingung seperti itu? Kembali lah bekerja di tempatmu!" ucap Laura memberi kode kepada Cindy untuk mengikutinya.

"Baik, Bu." Elsa bergerak ke arah meja kerjanya.

Laura dan Cindy bergerak menuju ruang rapat, di mana para mitra kerja mengharapkan inverstasi dari seorang Presdir Rivena Claudya.

"Apa yang dikatakan Bu Presdir kepadamu?" tanya para pegawai lain yang melanjutkan aksi penasaran mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!