Setelah jam mengajar selesai, Yasmine masih duduk di kantin Sekolah. Ia ditemani Bu Zahra dan Bu Intan. Kedua temannya itu duduk di depan Yasmine.
"Yas?!" Panggil Ibu Intan, guru kelas tiga.
"Ya," Yasmine menatap wajah guru cantik yang sudah memiliki tiga orang anak itu.
"Suami kamu, Ustadz Reyhan bukan sih?!" Tanya nya.
"Ukhuk-ukhuk-ukhuk," Yasmine tersedak jus tomat yang tengah ia seruput.
"Ya, ampun Bu Yas. Pelan-pelan," Bu Zahra menepuk pundak Yasmine sembari berdiri membungkuk ke arah Yasmine.
Yasmine lantas menyingkirkan tangan Bu Zahra dari punggungnya.
"Kenapa, memangnya Bu Intan?!" Tanya Yasmine penasaran.
"Ini," Bu Intan menunjukan ponselnya, "Ustadz Reyhan kecelakaan dan meninggal di perjalanan beberapa hari lalu, mana mau nikah lagi, kasihan banget ya?! Seketika itu aku inget kamu, terus baca ulang undangan yang dari kamu itu. Tapi, untungnya bukan calon suami kamu ya, Bu Yas. Buktinya kamu sudah menikah." Ujar Ibu Intasn panjang lebar.
Deg ... deg ... deg ... deg.
Dada Yasmine berdebar-debar. Ia menelan ludahnya dengan susah payah. Senyum nya bahkan sangat kaku.
"Iya, Yas. Aku malah lihat pas hari di mana kamu menikah, beritanya." Ujar Ibu zahra.
Yasmine menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan nya perlahan, lantas meminum kembali jus tomat miliknya.
Hampir saja ia jantungan. Untung saja, ia tak pernah mengumbar siapa calon suaminya. Hanya tahu mamanya saat di undangan sajam Bayangkan jika Yasmine ataupun Almarhum Ustadz Reyhan memasang wajah mereka di sosmed masing-masing, jelas akan ketahuan kalau Yasmine menikahi pria lain. Bukan pria yang tercantum di undangan pernikahan.
"Padahal ya, Ustadz Rayhan itu ganteng banget ya?!" Seloroh Bu Intan lagi.
"Iya, bener. Mana dua mobil yang kecelakaan ya ... dan Umi Naila kabarnya masih di rumah sakit sekarang." Sambung Ibu Zahra.
Ya, Umi Naila, Umi dari Ustadz Reyhan masih dalam perawatan karena ada tulang tangannya yang patah, serta wajah yang terkena pecahan kaca. Namun Yasmine memang belum sempat menengok. Bukan karena tidak ingin, tapi ia malu.
Calon suaminya meninggal malah dirinya di nikahi pria lain, mana pria itu beristri, jadi, Yasmine masih enggan untuk bertemu. Walaupun jujur saja ia juga khawatir dan rindu pada Umi Naila. Perempuan baik setelah Ibu, Mama, Alifa dan Mbak Fifi.
Jadi, yang menengok hanya Alifa dan yang lain saja.
...***...
Yasmine pulang dengan taksi, ia sudah menghubungi Kakaknya. Namun sang Kakak tengah berada di Bandung, berangkat tadi pagi. Ada urusan pekerjaan di sana. Yasmine juga sudah mengabari Alifa dan Alfin kalau ia pulang ke rumah Ibunya.
Ia tengah merindukan pelukan sang ibu. Ia ingin tiduran di pangkuan sang ibu sembari mengatakan apa yang tengah ia rasakan.
Begitu sampai di rumahnya, ternyata Ibunya tengah ada pengajian di Masjid komplek perumahan nya. Sedang Ayah tengah ke Kantor karena Kak Yahya sedang ke Luar Kota.
Hanya ada Mbak Fifi yang menyambut nya di rumah.
"Mbak Yas, aku kangen sekali Mbak," begitu ucap Mbak Fifi saat baru saja Yasmine sampai di teras rumahnya.
Yasmine langsung memeluk erat ART kesayangan nya itu. "Aku juga kangen banget sama Kamu Mbak Fi ...," ucap Yasmine.
"Sekarang, Mbak Yasmine mau makan apa, Mbak Fifi siapkan apa pun yang Mbak Yas mau." Ujar Mbak Fifi setelah Yasmine mengurai pelukan nya.
"Enggak deh, Mbak Fifi. Aku mau istirahat saja ya," ucap Yasmine lesu.
"Hmm, ya sudah deh ... Nanti panggil saya ya ... jangan lesu-lesu gitu, ya ... itu buka Mbak Yasmine banget." Ujar Mbak Fifi yang tak di hiraukan oleh Yasmine.
Yasmine tetap melanjutkan langkahnya menuju lantai atas, di mana kamar nya berada.
"Mbak Yasmine kasihan. Sekarang sudah ndak se-ceria dulu." Gumam Mbak Fifi sembari menatap kepergian anak majikan nya itu.
...***...
Yasmine langsung masuk ke kamar, tak lupa menyapukan kain ke atas ranjang sebelum merebahkan dirinya di sana.
setelah nya baru Yasmine membawa tubuhnya untuk rebahan. Menikmati kasur kesayangan yang baru beberapa hari ini di tinggal tapi rasanya sudah bertahun-tahun. Ah wangi kasurnya begitu membuatnya ingin segera memejamkan matanya. Membuatnya merasakan kedamaian walau sejenak.
Jujur saja hatinya kini tengah sakit. Tengah banyak yang ia rasakan. Sekarang, Yasmine tengah jadi orang yang penuh dengan kebingungan; bingung saat status nya menjadi seorang istri, tapi, nyatanya ia seperti tak memiliki suami. Karena suaminya bukan hanya miliknya, tapi milik orang lain, yang orang lain itu adalah sahabat nya sendiri.
Yasmine menatap langit-langit kamarnya setelah kembali membuka mata. Mengambil guling dan memeluknya. Membayangkan jika saja dirinya jadi menikah dengan Reyhan. Pasti hari-hari ini dirinya tengah bahagia. Tengah bermanja-manja pada suami, tengah jalan-jalan menikmati waktu untuk bersama dengan bergandengan tangan.
Menikmati masa-masa pacaran halal.
Tiba-tiba saja bibir bawahnya maju, guna menahan air mata yang akan jatuh.
"Ck ... Ah ... kenapa se nikmat ini, menikah?! Tak sesuai bayangan," gumamnya lirih.
Ceklek!
Suara pintu terbuka, Yasmine lantas duduk dan menoleh.
"Ibu," gadis berusia 29 tahun itu beranjak dari ranjang dan berjalan menuju sang ibu yang tengah tersenyum padanya dan memeluknya.
"Apa, kabar Sayang ... Maaf ya, ibu nggak nengok kamu ke sana," ucap Ibu di sela-sela pelukannya.
"Nggak papa, bu. Tapi, bagaimana keadaan Umi Bu?!" Yasmine mengurai pelukannya dan menatapnya netra sang ibu.
"Sudah baik-baik saja, Yas. Umi juga mengatakan ingin bertemu dengan mu," ucap Ibu.
"Tapi, aku malu bu." Ujar Yasmine.
"Kenapa malu?! Umi malah bangga dengan kamu, Umi juga mendoakan mu, mendoakan pernikahan mu agar menjadi keluarga yang sakinah, Mawaddah, Warahmah. Umi tidak marah ataupun kesal, ia malah berterima kasih pada Nak Alfin juga, karena mau menggantikan Reyhan. Juga pada Alifa yang sangat berbaik hati." Ujar Ibu Radiah. Ia menatap wajah anaknya yang terlihat dalam matanya kalau anaknya sedang tidak baik-baik saja.
"Iya, In Syaa Allaah besok Yas ke sana." Ujar Yasmine.
Ibu Radiah mengangguk, "kamu sudah makan belum?!" Tanya Ibu Radiah. Yasmine menggeleng. Tadi dirinya hanya memesan minuman saat di kantin Sekolah.
"Ayo, kita makan. Tadi Mama Widia juga telpon kalau tadi pagi ke sana ya?" Ibu merangkul anaknya dan keduanya berjalan keluar kamar.
"Iya. Benar, Mama Widia bawa semur ayam. Enak banget loh bu," ucap Yasmine sembari menuruni tangga dengan sang ibu.
"Wah, ibu perlu belajar nih sama Widia." Seloroh Ibu Radiah.
Sebenarnya ibu sengaja mengatakan itu agar anaknya bisa cerita yang lain. Bisa tersenyum dan bisa kembali menjadi Yasmine yang ceria, yang selalu cerewet yang selalu membanggakan masakan Mama Widia dan Mbak Fifi kesayangan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Putri Minwa
mantap thor
2023-04-21
0
Buna_Qaya
Sabar Yas, semoga kelak bahagia mu senikmat harapan mu yang sempat tertunda
2023-02-08
1