Yasmine kembali berdiri di depan jendela. Ia membuka gorden agar taman di luar sana bisa terlihat. Ia mengusap kasar pipinya yang basah. Berkali-kali mengembuskan napas kasar. Berharap lega di dalam dadanya.
Ceklek! Pintu kamar Yasmine terbuka, lantas terdengar di tutup kembali. Yasmine merutuki dirinya yang lupa tidak mengunci pintu kamarnya.
Sekarang ia yakin kalau Alifa lah yang masuk ke kamarnya, dulu setiap ia marah pada Alifa, Alifa pasti akan membujuk dirinya seperti tengah membujuk anak kecil.
"Sudah malam Lif, kamu tidur saja sana! Aku masih pengin sendiri. Lagian nanti kamu di cari sama suami bucin kamu lagi." Ujar Yasmine tanpa tahu kalau yang di belakangnya adalah Alfin.
Alfin menggaruk dahinya yang tidak gatal sama sekali, jangan lupakan ekspresi wajah nya terlihat bingung. Sekarang, apa perlu Alfin membalik badan Yasmine dengan pelan lantas memeluknya?! Entah lah Alfin bingung. Akhirnya ia hanya diam di belakang Yasmine. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Takut salah dan Yasmine kembali marah.
Yasmine masih diam juga di sana, melihat taman milik Alifa yang bercahaya kan remang-remang. Namun begitu indah saat beberapa helai daun dan beberapa bunga mendapat sedikit cahaya dari lampu ujung taman yang berwarna kekuningan.
Akhirnya Alfin turut berdiri di sebelahnya, namun Yasmine belum sadar kalau yang berdiri di sebelahnya adalah Alfin. Karena pandangan Yasmine tertuju pada satu titik, jadi tak terganggu sama sekali dengan keberadaan Alfin yang ikut memandang taman di luar sana, terhalang jendela kaca.
Alfin lalu menoleh ke arah Yasmine. Memandang wajah Yasmine dari samping. Bulu mata nya yang lebat juga lentik begitu terlihat dari arah samping, hidungnya yang mungil terlihat imut jika di lihat dari samping, bibirnya yang tipis semakin terlihat saat Yasmine sedikit membuka mulutnya. Jangan lupakan dagunya yang runcing, rasanya gemas sendiri jika tidak mencubit gemas dagu itu.
Alfin tersenyum sinis, apa yang ia pikirkan?! Apakah ia sudah mulai tertarik dan lupa akan janji cinta nya?! Alfin menggeleng, bukan. Ini bukan tertarik hanya mengagumi. Begitu hati Alfin berbicara.
"Kenapa masih di sini Lif?!" Yasmine menoleh namun seketika ia melebarkan matanya. "Alfin. Kamu yang di sini?!" Tanyanya penuh keterkejutan. "Sorry, aku pikir Alifa." Sambung Yasmine. Ia kembali menghadap ke depannya.
"Kamu, tahu?!" Tanya Alfin. Yasmine yang mendengar itu mengedikan bahunya. Lalu, Alfin melanjutkan apa yang mau ia katakan. "Kadang kita perlu waktu untuk sendiri. Menenangkan hati yang kadang saat ada masalah atau menerima takdir yang tidak sesuai suka sesak dan sakit. Bahkan kadang untuk bernafas saja sesak." Sambung Alfin.
"Tapi, apa kamu tahu?! Kalau berdamai dengan keadaan nyatanya bisa membuat hati lebih tenang. Lebih damai." Tutur Alfin masih memandangi wajah istri ke duanya dari samping.
Dalam hatinya mengatakan, "jika nanti aku jatuh cinta padanya. Itu bukan salahku, tapi salah Alifa yang membawanya kepadaku."
"Tapi, itu semua tidak mudah Al. Kamu tahu sendiri, aku sama kamu itu hanya teman. Teman yang jauh. Jika aku tidak bersahabat dengan Alifa maka aku tidak akan mengenalmu 'kan?!" Yasmine melihat ke arah Alfin.
Alfin membuang pandangannya ke arah jendela. "Ya ... tapi, kalau tidak di coba. Selamanya akan susah untuk di jalani Yas."
Yasmine mengangguk membenarkan.
"Aku dan Alifa juga, dulu tidak saling mengenal." Ujar Alfin lagi.
"Tapi, beda konsep Al." Sela Yasmine tak terima.
"Ya, aku tahu. Tapi, kita bisa mulai dengan berteman 'kan?!" Ujar Alfin.
Yasmine dan Alifa sama-sama menoleh, mereka berada di pandangan yang sama. Ke tiga kalinya mereka kembali saling melihat. Menatap netra masing-masing yang menampilkan bayangan mereka.
"Berteman??" Tanya Yasmine.
Alfin mengangguk, "ya ... kamu perlu waktu dan aku juga seperti itu, Yas. Jadi kita bisa memulai hubungan di antara kita dengan pertemanan. Anggap saja kita ini adalah teman, teman yang halal. Jadi kalau kamu butuh bantuan aku siap membantu begitu pun sebaliknya. Gimana?! Ujar Alfin.
Entah dari mana, tiba-tiba ide itu muncul begitu saja.
Yasmine memajukan bibir bawahnya, lantas mengangguk. Ah, ya ampun ternyata Yasmine menggemaskan dalam pandangan Alfin. Sampai Alfin tersenyum saat melihat bibir bawah Yasmine maju.
"Baiklah. Tapi, tentang tidur_" Yasmine menoleh ke arah Alfin lagi. Dan lagi-lagi Yasmine mendapati Alfin tengah menatapnya.
"Kita bisa sekamar. Toh kita hanya tidur Yas." Kata Alfin.
"Iya, juga yah?!" Alfin mengangguk. "Tapi, aku canggung lah kalau ada orang lain di kamar aku." Sambung Yasmine.
Alfin mengembuskan nafas kesal. Menghadapi Yasmine benar-benar membutuhkan kesabaran ekstra. Entah bagaimana ceritanya Yasmine yang manja bisa menjadi guru kesayangan semua siswa. Ah, Alfin tak habis pikir. Padahal dirinya, berbicara sebentar dengannya saja butuh kesabaran yang lebih besar daripada menghadapi klien yang begitu cerewet.
Benar-benar sebuah keajaiban.
"Kamu bisa anggap aku tidak ada." Akhirnya kalimat itulah yang keluar dari mulut Alfin.
"Hmm, baiklah. Aku coba." Ujar Yasmine yang lantas menutup gorden dan menuju ranjang.
Alfin memperhatikan gadis mungil berjilbab instan berwarna peach itu. Yang kini tengah membersihkan kasurnya.
Baru Yasmine akan naik ke ranjang, namun seketika Yasmine menoleh. "Tidak untuk malam ini 'kan?!" Tanya Yasmine.
"Hm, tidak. Aku juga mau istirahat di kamar ku. Selamat istirahat, teman." Ujar Alfin.
Yasmine tak menjawab, ia hanya mengangguk dan memperhatikan Alfin yang berjalan dari depan jendela sampai menghilang di balik pintu.
Kini, pintu kayu berwarna putih itu sudah tertutup rapat. Penghuni kamar itu pun kembali hanya Yasmine seorang saja. Lantas, Yasmine menghela nafas dan bersiap untuk istirahat.
...***...
Sementara itu, Alfin berjalan pelan menuju Kamarnya. Kamar dirinya dan Alifa. Sembari memikirkan apa yang baru saja ia katakan pada istri keduanya itu. Entah benar atau tidak. Seenggaknya sekarang ia dan Yasmine bisa memulai semuanya dengan awal pertemanan.
Awalnya padahal ia bingung, jika langsung masuk ke kamar Yasmine. Ia akan mengatakan apa?! Tapi ternyata di luar dugaan. Kalimatnya keluar begitu saja, tanpa harus susah-susah merangkai nya.
Alfin berharap semoga keputusan nya benar. Dengan mengajak Yasmine berteman terlebih dahulu.
Ia berharap seiring berjalannya waktu, mereka berdua bisa menjadi lebih baik lagi. Dan hubungan di antara mereka bertiga semakin baik. Seperti sebelum ini tentunya.
Alfin sampai di depan kamarnya. Ia lantas mengetuk dan mengucap salam. Karena tidak ada jawaban Alfin langsung masuk saja. Lantas menjawab salamnya sendiri.
Dari depan pintu, yang kini sudah tertutup kembali. Alfin dapat melihat istri tercintanya sudah tidur dengan posisi miring dan memeluk guling.
Bibir Alfin tersenyum lebar, kakinya ia bawa melangkah mendekat ke arah ranjang. Lantas naik dan masuk ke dalam selimut dam memeluk dari belakang istrinya itu.
Alifa hanya menggeliat sebentar saat ada pergerakan tangan di tubuhnya. Dan ia tahu siapa dalangnya.
Alifa hanya tersenyum, dan mengeratkan tangan Alfin agar semakin memeluk nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Uba Muhammad Al-varo
kisah hidup menyedihkan banget yang dialami Yasmine 🤧 setiap orang berkedok baik demi padahal membuat hidup Yasmine tambah sakit.🤦
2023-04-02
0
Noviyanti
ya berteman saja dulu, yasmin sebenarnya takut ya.. takut dia mencintai alfin dan membuat alifa sedih juga
2023-03-06
0
Mom Dian
kedok teman untuk agar semakin dekat akhirnya ... hehehe ehem-ehem
2023-03-03
0