Setelah ngobrol lama, akhirnya Umi masuk ke kamar Yasmine. Ia ingin membangunkan Yasmine. Namun saat ia masuk ternyata Yasmine tidak tertidur melainkan tengah berdiri menghadap ke jendela.
Yasmine bergeming di tempatnya, tak perduli pada pintu yang di buka lantas di tutup kembali. Tidak ingin tahu siapa yang masuk ke kamar nya.
Tadi, saat Yasmine bangun dari tidurnya, ia keluar. Tak sengaja dirinya mendengar segala yang di obrolkan. Ia lantas kembali masuk ke kamar nya, tak jadi keluar. Yasmine mendengar apa yang di ucapkan Umi, Yahya sampai Alifa.
Ia tahu semua orang begitu menyayanginya, ia sampai bingung harus berbuat apa. Ia seolah hanyalah perempuan tak berdaya, yang harus benar-benar di jaga.
"Assalamu'alaikum, Yas," sapa Umi.
Yasmine menoleh, "wa'alaikumsallam. Umi ...," ucap Yasmine. Lantas ia mendekat dan salim.
"Bagaimana, kamu baik-baik saja 'kan?!" Tanya Umi dengan senyum teduhnya.
Yasmine mengangguk.
"Keluar yuk, sarapan. Kamu belum sarapan 'kan?!" Ajak Umi.
Yasmine menggeleng, "Yayas belum lapar Mi, nanti saja ya." Ujar Yasmine.
"Kenapa?! Apa kamu mau sakit?!" Tanya Umi. Yasmine menggeleng.
"Kamu, tahu? Hidup itu terus berjalan Nak, jadi kamu tidak boleh tetap seperti ini. Apa yang ada di depan kamu ini, jalani. Hadapi. Penuh dengan kesabaran dan keikhlasan," sambung Umi.
"Umi, tahu. Untuk menerima semua ini sangatlah susah. Tapi, di sini Yayas tidak sendirian. Ada Umi, Abi, Ayah, Ibu, Kakak, ada juga Mama Diana dan Papa Zaenal. Jangan lupa, Ada Alfin yang kini jadi suami kamu, kamu boleh cerita sepuasnya pada nya sekarang. Masih ada Alifa juga, dia begitu menerima mu Yas, Alifa begitu baik, mau berbagi segalanya dengan mu. Ayo, kita jalani hari-hari yang masih di berikan oleh Allah dengan sebaik-baiknya, jangan sia-siakan kesempatan yang hanya sekali ini." Ujar Umi panjang lebar.
Yasmine tersenyum. Ya. Benar apa yang Umi katakan. "Makasih, ya Mi. Kalian semua baik banget sama Yayas." Ujar Yasmine.
Umi tersenyum dan memeluk erat sang menantunya itu. Ya, kini Yasmine menantunya juga bukan?!
Lalu setelahnya, Yasmine keluar dengan Umi. Yasmine melingkarkan tangannya di lengan Umi seperti biasa.
Semua orang yang ada di ruang keluarga menoleh ke belakang, begitu pintu kamar Yasmine terdengar di buka. Semua tersenyum saat melihat Yasmine keluar dengan Umi, bahkan Yasmine terlihat tersenyum walaupun sekilas.
"Yas," panggil Alifa. Alifa lantas berdiri dam mendekat ke arah Yasmine.
Yasmine melepas gandengan tangannya dari Umi, lalu mendekat ke arah sahabatnya dan memeluk erat sahabatnya itu. "Kenapa kamu sangat baik Lif?!"
Alifa tersenyum, mengusap punggung sahabat nya itu dengan sayang, "kenapa harus jahat, kalau kita masih bisa berbuat baik?!" Tanya balik Alifa.
"Makasih, atas semua pengorbanan kamu." Ujar Yasmine masih memeluk Alifa.
Alfin yang masih duduk di sana tersenyum lebar, bukan karena Yasmine yang sudah terlihat baik-baik saja. Tapi karena kebaikan Alifa yang menurutnya luar biasa.
Yahya pun mendekat, menepuk pundak sang adik. Lantas Alifa dan Yasmine mengurai pelukan mereka. "Kakak?! Mana Ayah dan Ibu? Aku kangen," ucap Yasmine manja.
"Mulai deh," ucap Yahya sembari mencubit hidung Yasmine dengan gemas. "Ibu sama Ayah nggak bisa ke sini, masih ada beberapa keluarga yang datang." Sambung Yahya.
Karena memang semua keluarga dekat di beri tahu tentang yang sebenarnya, hanya para tamu yang bersifat tetangga saja yang tidak di beritahu.
"Sudah, Yayas di ajak sarapan dulu itu," perintah Umi yang kini sudah duduk di sofa bersama dengan Abi dan anaknya.
"Ayo, Yas!" Ajak Alifa.
Yasmine dan Yahya membuntuti Alifa yang berjalan menuju ruang makan.
Sementara Alfin hanya memandangi ketiga manusia itu pergi.
"Kamu, tidak ikut Al?!" Tanya Abi.
"Biarkan, Bi. Aku takut nanti Yasmine belum bisa menerima keberadaan ku," ucap Alfin. Padahal dirinya juga belum bisa kalau berada dengan Yasmine. Entah kenapa yang jelas ia merasa lebih canggung gara-gara status ini.
"Iya, biarkan Yasmine pelan-pelan menjalani semua ini. Tapi, kamu harus mengajarinya pelan-pelan Al. Ajari segala yang kamu tahu tentang hubungan suami istri, antara hak dan kewajibannya." Ujar Umi.
Alfin mengembuskan nafas pelan, "aku yakin sih Mi, Yasmine tahu. Dia 'kan bukan anak kecil Mi. Usianya saja sudah mau kepala tiga." Kata Alfin.
"Hehe, iya, yah ... Yasmine itu sudah mau kepala tiga, tapi, setiap melihatnya, Umi selalu merasa dia itu masih kecil." Umi tersenyum lebar, "apa lagi kalau melihat tingkahnya." Sambung Umi.
"Iya, itu karena dia kekanak-kanakan, juga galak." Seloroh pelan Alfin.
"Hush, nggak boleh bilang seperti itu." Tegur Umi.
"Tapi, kenyataan loh Mi." Bela Alfin.
Abi tersenyum melihat istri dan anaknya berdebat, rasanya sudah lama sekali mereka berdua tidak bicara seperti itu. Karena apa lagi, kalau bukan karena kesibukan masing-masing.
Hari ini pun seharusnya Umi dan Abi ikut pengajian di rumah kawan mereka, tapi karena Umi yang khawatir pada kedua menantunya akhirnya Umi dan Abi tidak jadi pergi. Dan meminta maaf pada kawannya itu karena tidak bisa datang.
...***...
Selepas menemani adiknya sarapan, Yahya pun pamitan. Karena ia banyak kerjaan. Apalagi Ayahnya juga tidak bisa berangkat ke Kantor. Begitu juga Umi dan Abi, yang katanya ada acara lain.
Kini di depan rumah mewah itu, dua wanita berusia sama, berstatus yang sama dan bersuami orang yang sama tengah berdiri menatap perginya dua mobil sekaligus. Sampai tak terlihat barulah keduanya saling menoleh dan menatap.
"Ayo, masuk Yas!" Ajak Alifa.
"Kamu, duluan deh. Aku mau ke Taman," Yasmine menunjuk ke arah taman.
"Aku, ikut ya," ucap Alifa.
Yasmine menoleh, lalu menggelengkan kepalanya. "Ikut, ikut saja lah. Itu Taman juga taman kamu!" Kata Yasmine yang sudah kembali ke mode awal.
Sejujurnya Yasmine ingin kembali menyendiri, tapi, ia urungkan demi melihat wajah khawatir di wajah sahabatnya.
Alifa sudah begitu baik, jadi rasanya tidak tega jika dia harus membuat sahabatnya bersedih karena dirinya.
Yasmine lantas duduk di bangku taman, sedang Alifa mencabuti rumput liar yang tumbuh di dalam pot yang berisi tanaman bunga milik nya. Yasmine hanya melihat Alifa yang sibuk. Seperti biasa, Yasmine di sana hanya duduk memperhatikan. Sesekali berbicara. Alifa juga menjawabnya tanpa menoleh ke arah Yasmine.
Rasanya sehari kemarin begitu terasa lama bagi keduanya. Dan hari ini semua sudah kembali lagi seperti biasa walaupun dengan status yang berbeda.
Mengingat kemarin-kemarin, mereka selalu seperti ini. Seperti sekarang. Yasmine biasanya akan bercerita pada Alifa di tempat yang sekarang ia duduki dan Alifa yang mencintai tanaman akan selalu sibuk mengurus tanaman nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Putri Minwa
jangan lupa mampir juga ya thor
2023-04-20
0
Mom Dian
Sudah mulai melunak yaa,
2023-02-18
0