Tak beberapa lama setelah semua orang kebingungan, pintu kamar Yasmine lantas terbuka. Semua orang berdiri tegak seolah tengah menunggu hadirnya sang idola. Yasmine keluar dengan mata yang sembab. Bajunya sudah berganti dengan gamis dan jilbab hitam, matanya menelisik satu persatu orang yang berdiri di depan kamarnya.
"Aku, mau ke makam Mas Rey," ucap Yasmine.
Semua orang saling pandang, lantas, Yahya mendekat. "Ayo, kakak antar ya," ucap nya.
Yasmine mengangguk.
"Aku, ikut Yas." Kata Alifa.
Yasmine berhenti tanpa menoleh ia menggeleng. Lalu menyeret kakaknya untuk segera pergi dari sana.
"Mas, kenapa kamu membiarkan istrimu pergi?!" Tanya Alifa.
Alfin menoleh tak mengerti pada Alifa yang biasa saja, tidak ada rasa cemburu kah di hati Alifa, jika suaminya pergi dengan madunya?!
"Lif, Alfin juga butuh waktu. Sama seperti Yasmine. Ini jelas tidak mudah bagi mereka." Ujar Mama Widia.
"Tapi, Al. Harusnya kamu tahu 'kan, seperti apapun alasannya kalian sudah sah menjadi suami-istri." Ujar Abi Sofyan.
"Sudah, kita juga harus istirahat," ucap Ibu Radiah yang lantas meninggalkan semua orang. Ia menuruni tangga menuju lantai bawah. Ibu Radiah merasa begitu lelah dengan drama hari ini.
"Al, Ayah ingin bicara." Ujar Ayah Ilyas yang masih di sana.
Alfin lantas memutar tumitnya dan duduk di sofa, di depan sang mertua. Sungguh membuat Alfin bingung. Selain istri yang kini dua, mertua nya pun jadi dua pasang. Yang mana mereka adalah sahabat.
Sedangkan Orang tua lain seperti Mama Widia, Papa Zaenal, Umi Fitri dan Abi memang masih di sana, duduk di sofa kembali setelah Yasmine dan Yahya pergi.
Sementara itu, Alifa berdiri di belakang sofa yang di duduki Mama nya, Mama Widia.
"Ayah, tahu. Kamu begitu terpaksa. Begitu juga Yasmine. Tapi, sekarang, semua sudah beres, jika memang tidak bisa di lanjutkan tidak apa-apa, kita bisa merahasiakan keberadaan suami Yasmine dengan mudah." Ujar Ayah.
"Maksudmu gimana, Ilyas?! Saya bingung?!" Tanya Abi.
"Begini, Bi. Pernikahan keduanya hanya agar Yasmine dan kami tidak malu, tiga kali sampai gagal melakukan pernikahan. Jadi, jika memang mau di sudahi kami ikhlas." Jelas Ayah.
"Tidak, bisa seperti itu, Yah?!" Alifa bersuara. "Pernikahan bukan untuk main-main, iya 'kan Bi, Umi?!" Tidak hanya Umi dan Abi, tapi semua mengangguk terkecuali Alfin. Ia bahkan tetap diam tak mengatakan apapun.
"Tapi, Lif_" Ucap Ayah lagi-lagi tertahan.
"Kita, akan jalani ini. Semoga kita bisa bersama. Lagian Lifa yakin, seiring berjalannya waktu, kita pasti akan terbiasa, ya 'kan Mas?!" Tanya Alifa pada suaminya.
"Sudah. Semua sudah selesai, Aku mau beresin baju Yasmine, nanti sesudah dari makam, aku dan Mas Alfin akan membawa Yasmine pulang bersama kami." Alifa tersenyum, seolah begitu bahagia akan pernikahan yang di lakukan suaminya hari ini.
Ayah menarik napas kasar, "Nak, Alfin ... jika nanti, selama bersama, Yasmine hanya bisa mengecewakan mu, tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Tolong, jangan marahi dia, bilang saja sama Ayah. Dan jika sudah tidak bisa bersama nya, kembalikan ke Ayah dengan baik, walaupun kebersamaan mu dengan Yasmine adalah keterpaksaan, tapi, jangan sampai kamu melampiaskan kekesalan mu padanya." Kata Ayah pada menantunya itu.
Alfin mengangguk. "Maaf, juga Yah. Jika nanti Alfin masih kurang untuk menyayangi putrimu, selayaknya ayah menyayangi nya, karena jujur saja ini masih terasa mimpi bagi Alfin. Apalagi kalian semua tahu, begitu ijab pertama Alfin lakukan saat menikahi Alifa, Alfin sudah berjanji tidak akan bisa mencintai wanita lain lagi, walaupun ajal memisahkan kami."
Alifa meneteskan air matanya mendengar apa yang di ucapkan suaminya. Tapi, ia memang harus melakukan ini.
Ya. Semua orang tahu, bagiamana cinta Alfin pada Alifa. Alfin langsung jatuh cinta pada istri nya, padahal mereka tidak pernah bertemu, karena mereka menikah karena di jodohkan, tapi ternyata Alfin langsung jatuh cinta pada Alifa setelah ijab qobul di lakukan, apalagi Alifa adalah orang yang begitu dewasa. Bisa dalam semua hal urusan rumah, walaupun saat itu mereka menikah masih menjadi mahasiswa. Tapi nyatanya cinta mereka berdua tumbuh setiap detiknya.
...***...
Di tempat lain, Yasmine duduk di samping tanah yang masih basah. Diam dengan air mata yang terus saja keluar. Sesekali tangannya mengusap kasar pipinya juga hidung nya yang terasa tersumbat.
Sedangkan Yahya hanya bisa melihat dari kejauhan, Yasmine minta waktu untuk sendiri, dia tidak ingin ditemani. Jadi, setelah Yahya mendoakan Reyhan ia langsung menyingkir dari sana.
Yasmine menutup wajahnya dengan dua telapak tangannya, meluapkan kembali emosi yang muncul begitu saja. Amarah yang entah harus ia tunjukan pada siapa. Rasanya jika boleh, ia ingin teriak sepuasnya. Sekeras nya. Agar bisa sedikit saja melegakan sesak yang ada di dadanya.
"Kenapa?!" Ucap Yasmine tertahan saat ia kembali menatap kayu yang di tancapkan di atas tanah bertuliskan nama seseorang yang harusnya menjadi suaminya.
"Kenapa, Mas tega ninggalin aku. Kalau memang Mas mau pergi, harusnya Mas ajak aku, jangan seperti ini." Lagi-lagi kata-katanya tersendat karena sesak di dadanya.
"Kamu, tahu ... gara-gara kamu ninggalin aku, aku jadi istri ke dua. Kamu tahu 'kan?! aku pernah bilang sama kamu, kalau nanti kita sudah jadi suami-istri kita bakal lebih romantis di banding mereka! Lalu, sekarang?! Apa!! Aku bahkan malah berada di antara dua manusia bucin itu! Kamu jahat tahu nggak Mas?! Kamu jahat!" Yasmine mere mas kelopak bunga mawar yang ada di atas gundukan tanah itu, mencengkeram erat mengeluarkan rasa sesak yang tak berkurang sedikitpun.
"Dan ... ini semua gara-gara kamu! Kamu penyebab nya. Coba saja kamu nggak pergi, sekarang kita pasti bisa bermesraan, kita bisa ngobrol tanpa harus saling menunduk, kita bisa bicara dengan saling memandang, kita bisa ...," Yasmine menunduk, "kita bisa bersama selamanya." Sambungnya dengan lirih.
Kini Yasmine memeluk lututnya, menenggelamkan wajahnya di sana. Memejamkan mata, menikmati kesedihan yang menyesakkan dada.
Yahya yang berada tak jauh dari Yasmine pun tak kuasa menahan air mata. Ia merasa kan kesedihan sang adik. Tapi, apa yang ia bisa selain menemani nya?! Kini bahkan ia tak mampu berkata-kata, sekedar memberikan saran agar sabar. Karena nyatanya begitu susah berada di Yasmine saat ini.
...***...
Akhirnya setelah merasa begitu lama Yasmine duduk di samping pusara sang pujaan hati, kini saatnya Yasmine mengajak Kakaknya untuk pulang. Walaupun jujur saja, rasanya begitu enggan. Tapi, mau bagaimana kenyataan di depan mata tengah menunggunya.
Di dalam mobil yang di kendarai Yahya, Yasmine membisu. Bahkan sampai di rumah ia diam. Hanya saja ia begitu terkejut saat akan menaiki tangga dan dirinya melihat koper nya sudah di sana. Berdiri tegak di samping tangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Mamah Kekey
apakah aliva dan Alvin blm di karuniai anak menikah sudah 9 THN.
2024-07-23
0
Bidan Simba
kira kira Alifa mungkin punya rahasia yg dia sembunyikan apakah sakit mungkin . Jd menyuruh saahbtnya dan suaminya nikah
2023-03-12
1
Noviyanti
semangat yasmin senoga kau bisa memulai rumah tanggamu dengan alfin.. bunga mendarat
2023-02-15
1