Yasmine beranjak dari duduknya, menerjang Alfin yang masih berdiri di depan pintu. "Minggir!" Kesal Yasmine sembari mendorong tubuh Alfin ke samping.
"Lif! Buka nggak! Aku nggak terima ya! Kamu apa-apaan sih! Buka Nggak!" Teriak Yasmine.
Alfin yang ada di sebelahnya sampai nyengir karena berisik, ia bahkan sampai menutup kedua telinganya. "Benar-benar bar-bar," gumam nya yang masih bisa di dengar oleh Yasmine.
Tapi, Yasmine tidak perduli. Ia tetap menggedor pintu itu.
Yasmine dan Alifa memang berbanding terbalik. Jika Alifa lembut, maka, Yasmine kasar. Jika Alifa dewasa, kalem, maka Yasmine kebalikannya. Yasmine adalah perempuan manja, dan kekanak-kanakan.
Maka dari itu jarang sekali pemuda yang mau dengan dirinya. Karena setiap pemuda menginginkan wanita yang baik, Sholehah dan dewasa. Pintar masak juga tentunya. Tapi, tidak dengan Yasmine, ia bahkan tak tahu caranya masak air.
Yasmine adalah sosok perempuan penuh kasih sayang, semua kasih sayang ia dapatkan, jadi jangan salahkan dia jika sampai kini masih begitu manja.
Terlepas dari pergi nya Reyhan, dua lelaki sebelumnya adalah lelaki yang kenal lewat media sosial dengan Yasmine. Jadi tidak mengerti dengan jelas seperti apa sebelumnya mereka. Lagi pun Yasmine tidak ingin pacaran, akhirnya semuanya jadi berantakan karena sebelumnya tidak saling mengenal dan keluarga pun tak tahu asal-usul calon suami sebelumnya.
Kembali ke kamar.
Alfin lantas duduk di ranjang, menunggu Yasmine yang masih setia menggedor-gedor pintu.
"Percuma, kamu gedor-gedor Yas." Ujar Alfin.
"Terus. Pasrah aja gitu, di sini, sama kamu?! Ogah!" Ketus Yasmine.
"Udah nggak sedih ya?! Udah kembali tuh jutek nya." Seloroh Alfin.
Yasmine mengembuskan nafas kasar lantas melepas rok mukenah nya, tapi tidak dengan mukenah atasannya. Ia tidak mau membuka jilbabnya di depan Alfin. Padahal Alfin adalah suaminya.
Keduanya memang tidak pernah terlibat dalam obrolan, sekali nya ngobrol sekilas saja. Dan ya ... Yasmine memang jutek orang nya, ia selalu saja seperti itu pada setiap laki-laki.
Bahakan sampai sama Reyhan pun sama, namun Reyhan yang dewasa mampu mempertahankan Yasmine sampai mau berjalan menuju pelaminan. Yang akhirnya peran nya harus di gantikan oleh Alfin.
Yasmine melipat rok mukenah dan sajadahnya, lalu di taruh nya di atas meja. Ia berdiri di depan jendela, menyibak gorden dan menatap ke arah luar sana. Yang menampakan sebuah halaman depan rumah Alfin. Ya, rumah Alfin dan Alifa.
Alfin menatap dari tempat duduknya, memandang punggung berbalut mukenah yang menatap ke luar jendela.
Ia tersenyum, ia tahu kalau Yasmine sama seperti dirinya. Bingung dan malu. Karena keduanya memang tidak pernah berada di keadaan berdua saja. Inilah kali pertama mereka berdua dalam satu ruangan.
"Kamu, nggak lapar Yas?! Kamu makan terkahir pagi-pagi 'kan?!" Tanya Alfin.
Yasmine diam tak menjawab.
"Kadang ... apa yang kita kira baik, belum tentu baik menurut Allah. Begitupun sebaliknya, apa yang menurut kita buruk, belum tentu buruk bagi Allah." Ujar Alfin.
Yasmine masih diam, namun ia mendengarkan.
"Allah lah sebaik-baiknya perencana Yas, kita tidak bisa berbuat apa-apa, saat Allah menetapkan yang lain sementara itu bukan ingin kita. Kita hanya perlu bersyukur dalam setiap hal." Sambung Alfin.
"Sudah ceramahnya Pak Ustadz, aku mau tidur." Kata Yasmine dengan membalik badannya.
"Silakan," Alfin mempersilakan Yasmine untuk ke ranjang.
Yasmine mendekat dan mengambil bantal, ia lalu menaruhnya di atas permadani yang terbentang di sebelah ranjang. Alfin hanya melihat tanpa menegur. Percuma saja ia mengatakan apapun. Jelas tidak akan di dengar dan di pakai oleh Yasmine untuk saat-saat ini.
Jadi, yang Alfin lakukan hanya diam membiarkan.
...***...
Malam pertama dengan yang ke dua, mengingat ini Alfin tersenyum sedih. Dalam benaknya tidak pernah terpikir akan seperti ini. Tapi pada kenyataannya ....
Alfin tersenyum setelah mendengar suara dengkuran halus dari Yasmine. Ia tak ingin memindahkan Yasmine ke atas ranjang, tapi ia turut tidur di bawah. Alfin mengambil selimut dam menyelimuti tubuh Yasmine.
Lalu, ia mengambil selimut lain untuk alas dirinya tidur. Tidak mungkin 'kan, Alfin tidur di ranjang sementara istri nya tidur di lantai. Ah, lagi-lagi kata istri terasa susah di ucapkan di mulut Alfin. Ia masih merasa tengah bersama orang lain di kamar ini.
...***...
Sementara itu, Alifa kini tengah duduk ditemani Mbak Ina. Minum teh di ruang keluarga. Sebenarnya ia kasihan pada Alfin dan Yasmine yang ada di dalam sana, dengan perut yang kelaparan. Tapi, jika tidak seperti ini, lantas bagaimana keduanya akan bicara?! Begitu pikir Alifa, tanpa tahu yang sebaliknya di dalam kamar.
"Mbak, Lifa kok mau sih, punya madu?!" Tanya Mbak Ina.
Alifa yang baik pada semua, tak pernah membedakan antara majikan dan pekerja. Jadi, Mbak Ina merasa seperti tengah ngobrol dengan seorang Kakak. Karena memang Ina lebih muda dari Alifa.
"Kenapa, tidak mau Mbak In?! Berbagi itu indah 'kan?!" Gurau Alifa.
"Ya, 'kan nggak berbagi suami juga Mbak." Kata Mbak Ina.
"Hehehe," Alifa tertawa lirih, "aku pasti akan rela berbagi suami, apalagi jika berbagi dengan sahabatku yang paling aku sayangi Mbak In, Yasmine itu begitu penting, dialah yang selalu membuatku tertawa dengan segala manja nya." Ujar Alifa jujur.
"Tingkahnya selalu membuat orang-orang di sekitarnya menghangat," sambung Alifa.
"Ya, kalau sudah kenal Mbak. Kalau belum kenal mah kata orang-orang Mbak Yasmine galak." Seloroh Mbak Ina.
Alifa semakin melebarkan senyumnya, "iya. Dia memang galak. Tapi, di balik galaknya, dia juga hanya manusia biasa yang bisa menangis karena sebuah ucapan yang menyakitkan. Aku pernah melihat nya menangis sampai aku sendiri merasakan sakitnya Mbak In. Pernah menemani nya berjalan di jalan yang penuh dengan cemoohan. Ya ... di depan orang-orang ia terlihat bodoh amat, tapi, di belakang orang-orang, ia merasakan sakit yang begitu luar biasa. Sakit hati yang tidak ada obatnya. Jadi, bagaimana bisa aku membiarkan sahabatku kembali merasakan itu untuk yang ke tiga kalinya Mbak In." Curhat Alifa panjang lebar.
Ya, yang tahu tentang segalanya pada Yasmine adalah Alifa.
Mbak Ina mengangguk, "iya. Mbak, aku juga kasihan jika sampai gagal lagi. Walaupun belum bisa menerima juga, kalau ternyata yang menikahinya Mas Alfin. Tapi, ya ... mau bagaiman ya Mbak, semua sudah terjadi. Saya hanya bisa mendoakan agar Mbak Alifa, Mas Alfin dan Mbak Yasmine akur selalu, bahagia selalu, bisa bersama-sama berjalan melewati hari-hari berikutnya tanpa ada perselisihan." Ujar Mbak Ina.
"Aamiin ... Allahuma Aamiin. Makasih doanya Mbak In," ucap Alifa serius.
Alifa lantas menghabiskan teh nya, ia juga tidak makan malam ini. Tidak mungkin dia tidur dalam keadaan kenyang sementara suami dan madu-nya tidur dalam keadaaan lapar. Lagi pun jika makan, pasti lah rasanya jelas tidak akan enak, makan tanpa kehadiran orang-orang tersayang nya.
Setelah habis teh nya, Alifa lantas naik ke lantai atas. Kamarnya. Ia juga ingin istirahat.
Tadi, ia sudah pesan pada Mbak Ina kalau sudah lewat larut malam, kunci kamar Yasmine suruh di buka. Takutnya keduanya kehausan karena di kamar tamu tidak ada stok air minum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Natha
mampir
2023-07-11
1
Uba Muhammad Al-varo
Alifa seorang sahabat yg membuat sahabatnya/Yasmine memasukkan kedalam penderitaan tanpa minta persetujuan dahulu dari Yasmine.
2023-03-31
1
Noviyanti
semoga kamu tidak menyesal ya alifa
2023-02-28
0