Yasmine menatap kesal pada pria yang kini berdiri di depannya. Wajahnya biasa saja, tidak ada senyum ataupun apa di sana. Tapi kehadirannya sukses membuat Yasmine terkejut sekaligus kesal.
"Ngapain, ke sini?!" Tanya Yasmine kesal.
"Aku belum sempat ke sini, jadi sekarang aku baru sempatkan." Ujar Alfin. Ya, yang berdiri di depan Yasmine adalah Alfin.
"Enggak sama Alifa?!" Tanya Yasmine heran.
"Tidak. Dia nanti sama Umi dan Abi, juga Mama dan Papa." Jelas Alfin.
Yasmine mengangguk, ia tak tahu kalau dari lama padahal Alfin berada di sana. Bahkan Alfin mendengar segala curhatan Yasmine pada makam Reyhan.
"Ya sudah. Silakan, aku mau berangkat." Yasmine melangkah melewati Alfin begitu saja.
"Tunggu, Yas!" Yasmine menghentikan langkahnya.
"Kita, perlu bicara." Ujar Alfin menoleh ke arah Yasmine.
"Tapi, aku sudah kesiangan." Ujar Yasmine.
"Ya, sudah. Nanti sore saja di rumah." Alfin pasrah. Yasmine memang beda dari Alifa. Dia jelas akan lebih susah dan tidak selalu menuruti apa perkataan nya.
Yasmine mengangguk, "assalamu'alaikum," pamit Yasmine. Lantas ia melanjutkan langkahnya.
"Wa'alaikumsallam," jawab Alfin sembari menatap perginya Yasmine dengan langkah yang cepat.
Alfin tersenyum, lantas memutar tubuhnya dan berjongkok di samping pusara Reyhan. Alfin mendoakan juga mengatakan beberapa hal. Yang jelas Alfin meminta maaf karena telah menjadikan Yasmine sebagai istrinya. Walaupun itu jelas bukan keinginan nya.
...***...
Yasmine sampai di Sekolah, mobilnya sudah terparkir rapi di parkiran khusus para Guru. Lalu ia keluar dengan santai, tak ingin terburu-buru karena sejujurnya ia belum ingin kembali. Tapi, jika di pikir-pikir dari pada di rumah dengan keadaan canggung. Jadi lebih baik ia kembali ke Sekolah bukan?! Menikmati hari-hari kelabu ini. dengan anak-anak didiknya.
"Pagi, Bu Yas. Loh kok sudah berangkat, aku pikir Bu Yas masih libur," sapa Ibu Zahra. Guru kelas dua, dia juga teman Yasmine. Karena mereka tak beda jauh usianya.
"Pagi, Bu Zahra. Nggak jadi lah, sudah rindu aku sama anak-anak." Jawab Yasmine dengan senyum yang terpaksa sekali.
Bu Zahra yang sama-sama baru keluar dari mobil itu mendekat ke arah Yasmine. "Gimana? Sudah sembuh 'kan?! Aku sama temen-temen sampai nggak di temuin sama kamu," tanya Bu Zahra.
"Iya, maaf ya?!" Ujar Yasmine.
"Iya, nggak papa sih, yang penting sekarang kamu sudah baik-baik saja. Suami kamu juga, pakai masker segala 'kan kita jadi tidak bisa lihat secara jelas wajahnya." Ujar Bu Zahra.
"Iya. Hehe," jawab Yasmine dengan tertawa yang di buat-buat. Sekarang ia beruntung karena dalam undangan pernikahan nya tidak ada foto dirinya ataupun Reyhan. Hanya saja mungkin orang-orang akan bertanya pasal nama nya. Nama di undangan dan di waktu ijab berbeda.
"Padahal aku sempet takut loh Bu Yas, soalnya pas awal Ayah kamu menikah kan kamu tiba-tiba mikrofon mati," Yasmine melebarkan matanya saat mendengar kenyataan yang baru saja ia ketahui.
"Mereka benar-benar pintar dalam mengatasi masalah, rencana yang benar-benar matang. Kamu hebat Alifa, terimakasih atas semua yang kau rencanakan. Semoga tidak membuat aku bermasalah di masa depan." Ujar Yasmine dalam hati.
Entah bagaimana jika nanti semua teman-teman nya tahu kalau ternyata Ustadz Reyhan sudah meninggal dalam kecelakaan, yang pasti ia akan di penuhi pernyataan yang begitu banyak. Yang jelas ia bukan hanya akan di sudut kan tapi juga di bicarakan. Entah kata apa yang akan di sematkan padanya jika semua orang tahu, kalau yang menikahi dirinya adalah suami dari sahabatnya.
"Ayo, Bu Yas. Kita masuk. Malah bengong lagi." Ajak Bu Zahra sembari sedikit menyeret lengan Yasmine.
...***...
Hari ini di sekolah aman. Tapi tidak dengan di Kantor Alfin. Desas-desus Alfin menikah dengan sahabat istrinya pun ramai di bincang kan para karyawan nya.
Dan itu semua sampai ke telinga Alfin. Hanya saja, ia tetap diam. Tidak menanggapi sama sekali. Karena mau seperti apapun dirinya mengelak, atau mengatakan apapun. Pada kenyataannya memang seperti itu. Jadi Alfin hanya menanggapi dengan diam.
Tak perlu ia menjelaskan segalanya pada semua orang bukan?! Kalau itu bukan keinginannya.
Yang terpenting sekarang adalah istrinya bahagia dan dirinya bahagia. Tunggu! Istri yang mana? yang bahagia?! Jelas-jelas tadi pagi ia melihat dan mendengar sendiri bagaimana Yasmine istirnya itu, curhat dengan makam mantan calon dari suaminya. Lantas, apa kah sekarang ia bisa mengatakan kalau istrinya bahagia?!
Alfin mengembuskan napas kasar, lantas istighfar. Sungguh ternyata keinginan istrinya tercintanya itu tidak mudah untuk dia lakukan dan jalani.
"Pak, Alfin. Ruang rapat sudah siap." Alfin kaget dengan suara Beni-sekertaris nya. Ya. Alfin memiliki sekertaris dan asisten yang keduanya adalah laki-laki. Agar tidak menggangu pandangannya dan memudahkan dirinya untuk bertanya-tanya.
"Ah, ya Ben." Jawabnya yang lantas berdiri dari duduknya. Ia kembali menarik napas kasar dan berjalan menyusul Beni menuju ruang rapat. Hari ini ada rapat bulanan di Kantornya.
...***...
Selepas mengajar Yasmine memutuskan untuk pulang, sebenarnya ia ingin pulang ke rumah Ibunya. Namun, saat di sekolah tadi ia menelepon ibunya dan mengatakan kalau dirinya ingin ke sana, Ibu malah menyuruhnya untuk bilang terlebih dahulu pada Alfin. Akhirnya Yasmine tidak jadi, ia lebih memilih pulang dari pada harus pamitan pada Alfin.
Mobil Yasmine sampai di halaman rumah mewah Alfin dan Alifa. Ia lantas turun dan mendapati Mbak Ina yang tengah mengelap kaca jendela.
"Eh, Mbak Yayas sudah pulang." Ujar Mbak Ina.
Yasmine tersenyum, entah kenapa pada Mbak Ina juga ia merasa canggung. "Iya, assalamu'alaikum, Mbak In." Ujar Yasmine akhirnya. Mencoba biasa-biasa saja.
"Wa'alaikumsallam, Mbak Yasmine mau makan?!" Tanya Mbak Ina lagi.
Yasmine menggeleng, "Alifa sedang apa?!" Tanya Yasmine lagi.
"Mbak Alifa pergi dengan Umi dan Abi, katanya ke makam lanjut ke Rumah Sakit, begitu." Tutur Mbak Ina menjelaskan.
Yasmine mengangguk, "ya sudah aku masuk ya Mbak."
"Iya, Mbak Yas. Silakan, nanti kalau mau makan panggil saja ya, nanti saya siapkan." Kata Mbak Ina lagi.
Yasmine tersenyum lagi, lantas masuk ke dalam rumah.
"Dua istri yang berbeda," ucap Mbak Ina yang menghentikan langkah Yasmine, ia belum terlalu jauh berjalan jadi masih bisa mendengar apa yang Mbak Ina ucapkan.
"Yang satu, dewasa, cantik, perhatian, shalehah dan segalanya, yang satunya lagi, kekanak-kanakan, manja tidak bisa apa-apa bisa nya cuman ngajarin nggak bisa ngelakuin. Mas Alfin, Mas Alfin ... takdir mu." Sambung Mbak Ina yang masih di dengar kan dengan seksama oleh Yasmine.
Yasmine tersenyum miring. "Bahkan Mbak Ina saja tidak menyukai ku, pantas saja ya sampai gagal dengan tiga calon dan berakhir dengan keterpaksaan. Miris sekali takdirku." Yasmine menarik napas panjang dan menghembuskan nya dengan kesal. Lantas melanjutkan jalannya menuju kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Mom Dian
setiap orang bisa komentar apapun mengenai tapi yang paling mengenal kamu ada dirimu Yas cuekin aja
2023-02-18
1
Be___Mei
biarkan sajalah, toh mereka sedang mentransfer pahala padamu alfin 🤭
2023-02-14
1
Be___Mei
jalan hidup kita adalah rahasia ilahi, semoga kalian berbahagia
2023-02-14
3