"Apa ini?!" Suara Yasmine.
Alifa dan Ibu Radiah mendekat, mereka tadinya tengah duduk di ruang depan menanti Yasmine pulang.
"Yas, kamu 'kan sekarang sudah jadi istri nya Mas Alfin, jadi, kamu harus tinggal sama kita." Jelas Alifa pada sahabatnya.
Yasmine memutar tubuhnya, lagi-lagi air matanya menetes. "Bu," ia menatap sang Ibu. Berharap kalau ibunya tidak mengizinkan dirinya pergi dari rumah ini. Seenggaknya tidak untuk hari ini.
Ibu Radiah balas menatap wajah sang putri, "Sayang ... Maaf, ibu tak kuasa," Ibu lantas memeluk tubuh mungil sang putri.
Yasmine menarik napas dalam-dalam, tak membalas pelukan ibunya sama sekali. Sampai akhirnya ibu Radiah melepas pelukannya pada sang putri.
Alfin, dan Ayah Ilyas juga Yahya mendekat. Menatap tiga perempuan yang tengah berdiri di sana.
"Yah," Yasmine mendekat ke arah sang ayah. Gadis yang walaupun sudah berusia banyak itu memang masih begitu manja. Berharap sang Ayah akan melarang dirinya untuk pergi.
"Kenapa, Nak?!" Ayah menangkup wajah sang putri.
"Yah, aku nggak harus pergi 'kan?! Yah, aku nggak mau." Ujar Yasmine memohon.
"Sayang ... sekarang __" Yasmine buru-buru menggelengkan, melepas kedua tangan ayah nya yang berada di samping pipinya.
"Enggak, Yah. Yasmine masih anak Ayah, kita sudah selesai. Jadi kita bisa selesaikan pernikahan ini juga." Ujar Yasmine.
Yasmine lantas mendekat ke arah Alfin, ia menatap wajah orang yang sudah sah menjadi Suaminya. Dan kali ini lah mereka baru saling menatap.
"Al, kamu nggak mau 'kan sama pernikahan ini, ayo ... sekarang kamu talak aku, kita sudahi semuanya, semua orang nggak akan ada yang ta_"
"Yayas!!!" Bentakan pertama kalinya dari Alifa untuk Yasmine.
Yasmine menoleh, "kenapa, Lif?! Kenapa kamu nyuruh Alfin?! Kenapa nggak kamu biarkan saja, aku gagal." Yasmine terduduk di lantai.
Apa lagi ini?! Kenapa rasanya tidak selesai-selesai. Kenapa sehari ini rasanya begitu lama?!
Alifa mendekat, duduk bersimpuh di depan Yasmine. "Karena aku nggak mau, kamu sampai gagal meraih mimpimu untuk yang ke tiga kalinya. Karena aku pasti akan merasakan sakitnya juga. Yas ... kamu sudah menjadi istri Mas Alfin, dan pernikahan bukan untuk main-main. Tidak akan ada kata cerai Yas, ayo ... kita pulang, kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus kuat. Kamu harus tetap jadi sahabat aku, kakak aku, adik aku." Jelas Alifa panjang lebar.
"Sayang ... Maafkan Ayah, jalani lah jalan yang sudah ada di depan mata. Anggaplah ini jalan yang sudah di tetapkan oleh 'Nya." Ayah menunjuk telunjuknya ke arah atas.
Perlahan Yasmine berdiri, dibantu oleh Alifa.
Yahya mendekat dan menepuk pundak Alfin. "Al," Ucap Yahya. Alfin pun menoleh. "Tolong, jangan sakiti dia. Dia juga sama seperti mu, sama-sama terpaksa, sama-sama tidak menginginkan ini. Jika kamu sudah tak tahan dia ada di antara kalian. Maka, pulangkan lah dia padaku, atau pada Ayah. Adikku masih memiliki kami, jika kamu sudah tak bisa menerimanya."
"Aku tidak bisa menjawab apa-apa, Mas. Hanya In Syaa Allaah yang bisa aku katakan, In Syaa Allaah akan aku coba untuk sabar padanya." Jawab Alfin. Karena jujur saja ia tak tahu harus menjawab apa.
"Kak?!" Yasmine mendekat, Yahya lantas memeluk adik tercintanya itu. "Jalani, Yas, hadapi, bismillah. Semua sudah terjadi, pernikahan bukan sekedar kata sah dan jika tak suka lalu cerai. Jadi, tolong ... sabar lah." Ucap Yahya.
Akhirnya dengan berat hati Yasmine pamit pada kedua orangtuanya, kakak nya, sampai Mbak Fifi, Asisten rumah tangga yang selalu meladeni keinginannya.
Ibu Radiah tak kuasa menahan air matanya saat Anaknya masuk ke dalam mobil Alfin dengan ragu, genggaman tangan putrinya seolah tak mau lepas pada tangannya.
Begitu juga Ayah Ilyas, ia bolak-balik mengusap sudut matanya yang basah.
Yahya pun sama, tidak pernah menyangka adiknya akan menikah seperti ini. Menjadi yang ke dua.
Setelah mobil tak terlihat, Yahya mengajak Ibu dan Ayahnya masuk. Ia tak ingin kedua orangtuanya sampai sakit gara-gara hari ini. Lagipula Yasmine di bawa pergi oleh sahabatnya, jadi, mereka bisa bernafas lega.
Karena selama ini, selain keluarga yang mengerti Yasmine, Alifa juga sangat mengerti diri Yasmine. Mengerti segalanya. Keduanya memang tidak terlihat seperti sahabat, tapi lebih ke saudara kembar.
Karena di mana satu nya sakit, yang lainnya pun merasakan nya.
...***...
Di dalam mobil Yasmine tetap saja melihat ke belakang. Sampai orang-orang tercintanya yang ada di depan rumah tak terlihat. Lalu setelahnya, Yasmine melihat ke arah luar jendela. Ketiganya diam tak ada yang bicara. Apalagi Alfin, yang kini ada di kebingungan.
Akan seperti apa nanti, kehidupannya?! Selama ini ia sudah begitu bahagia bisa mendapatkan istri secantik dan sebaik Alifa, lalu kini, ia ada istri lain yang harus sama-sama ia perhatikan. Bahkan keduanya harus sama. Harus adil dalam segala hal.
Alfin benar-benar pusing sekarang. Dan kepusingan ini karena permintaan istri tercintanya.
Akhirnya mobil Alfin sampai di depan rumah mewah berlantai dua, bernuansa putih tulang. Rumah yang tidak di beri pagar itu memudahkan siapa saja masuk ke halaman tanpa perlu membuka pagar.
Alfin yang terbiasa membukakan pintu untuk Istrinya itu buru-buru keluar dan membukakan pintu untuk Alifa.
Alifa menatap Alfin yang kini ada di depannya, ia menyuruh suaminya untuk membukakan pintu juga untuk Yasmine dengan memajukan dagunya.
"Nggak usah! Aku bisa sendiri!" Kata Yasmine ketus.
Yasmine lantas turun dan menutup kembali pintu mobil.
Alifa mengajak Yasmine masuk ke dalam rumah. "Ayo, Yas." Ajak Alifa.
"Kalian, duluan. Aku ingin duduk di sana." Kata Yasmine menunjuk taman yang ada di samping rumah.
"Jangan, lama-lama ya. Aku taruh koper kamu di kama_"
"Kamar, yang biasa aku tempati." Yasmine buru-buru memotong kalimat yang akan di ucapkan sahabatnya.
"Iya," ucap Alifa pasrah.
Yasmine lantas pergi ke taman. Sementara Alfin dan Alifa lalu masuk ke kamar mereka.
Kini Yasmine duduk di bangku taman. Ia menatap indah bunga-bunga yang masih segar. Mungkin baru tadi pagi mereka bermekaran. Di sini lah tempat biasanya Yasmine curhat apapun pada Alifa. Sahabatnya itu.
Setiap kadang-kadang main, bahkan menginap saat kedua orangtuanya harus pergi dengan urusan mereka. Pun sama, jika Alifa tengah di tinggal Alfin ke luar kota, maka Alifa akan menginap di rumah Ayah Ilyas dan tidur dengan Yasmine.
Lalu sekarang?! Apa masih bisa mereka bersahabat?? Sementara mereka sekarang bukan hanya berbagi keluh kesah, tapi juga suami. Tidak. Yasmine menggeleng. Dia tidak mencintai Alfin. Jadi tidak perlu berbagai suami, karena Yasmine dan Alfin sama-sama tidak ada rasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Mamah Kekey
nasib dan jodoh tidak ada yang tau.. mungkin takdir mu bermadu dengan sahabat mu Yasmin
2024-07-23
0
Uneh Wee
sabar yah yasmin jlni aja dngn iklas
2023-05-03
0
linda sagita
dimana suami berada, disitulah istri berada
2023-03-10
1