Alifa dan Alfin sudah siap-siap untuk Sholat. Namun, Alifa bolak-balik menoleh ke belakang tak kunjung datang Yasmine ke arah mereka. Mereka berdua sholat di Mushola kecil yang ada di rumah mereka, berada di lantai satu. Yang letaknya tak jauh dari kamar tamu, yang di tempati Yasmine.
"Mas, apa ... Yasmine tidak akan sholat bersama kita?!" Alfin menggeleng tidak tahu.
"Sebentar ya, Lifa panggil dulu." Ujar Alifa.
"Tidak, usah, Sayang. Mungkin Yayas mau sholat sendirian. Biarkan saja." Ujar Alfin mencegah perginya sang istri ke kamar madu-nya.
Alifa lantas mengangguk. Ya, mungkin Yasmine masih belum bisa menerima. lagi, mana bisa menerima kejadian seperti ini dalam waktu beberapa jam saja.
Akhirnya keduanya sholat tanpa Yasmine. Dan Yasmine pun memang menginginkan sholat sendiri saja.
Setelah sama-sama sholat dalam waktu yang sama, namun di tempat yang berbeda. Mereka pun dalam keadaan sama-sama menengadahkan tangan, tentunya dengan Do'a yang berbeda namun dengan kebaikan yang sama.
"Ya, Allaah ... Tolong lembut kan hati Yasmine, agar secepatnya menerima hubungan ini. Semoga kita berdua berada di hati yang sama-sama bisa menerima kalau kita berada di dalam satu imam, yang akan menuntun kami menuju jannah Mu Yaa Rabb .... Aamiin," doa Alifa.
"Ya, Allaah jika memang ini yang terbaik, untuk hamba, tolong tumbuhkan lah rasa sedikit untuk hamba pada istri kedua hamba, agar hamba tidak hanya mendekatinya karena kewajiban saja, sabar kan lah hati hamba dan hati kedua istri hamba, agar kami sama-sama bisa sabar dalam menjalani hari-hari berikutnya, tuntun lah hamba agar bisa menjadi suami yang bisa berlaku adil pada dua istri hamba. Hamba serahkan segalanya kepada Engkau Ya Rabb, Engkau lah Yang Maha Mengetahui." Alfin mengusap dua telapak tangan yang menyatu pada wajahnya.
"Ya, Allaah...hamba serahkan segalanya kepada Engkau. Maafkan hamba yang sudah tidak terima akan takdir yang terjadi hari ini. Ampuni hamba Yaa Allah, semoga hamba bisa mejalani semua ini dengan hati yang lapang serta sabar. Semoga hamba tidak akan menyakiti mereka. Aamiin." Doa Yasmine. Ia masih duduk bersimpuh, lantas untuk menambah tenang dalam hatinya ia melanjutkan mengaji Al-Qur'an.
Sementara Alfin dan Alifa kini keluar dari mushola kecil yang ada di rumah mereka.
"Mbak, Ina?!" Panggil Alifa pada asisten rumah tangganya.
"Iya, Mbak." Jawab Mbak Ina yang baru akan ke dapur, Mbak Ina pun baru selesai shalat.
"Apa, Mbak Ina melihat Yasmine keluar dari kamar?!" Tanya Alifa.
"Belum, Mbak. Kamarnya masih tertutup rapat, tadi saat akan magrib saya ketuk-ketuk tidak ada jawaban." Ujar Mbak Ina.
Alifa mengangguk dan Mbak Ina pun berlalu.
"Bagaimana ini, Mas?!" Tanya Alifa pada Alfin suami nya.
"Coba, kita lihat." Jawab Alfin.
Keduanya lantas berjalan menuju kamar Yasmine. Sampai di depan kamar Yasmine keduanya saling tatap setelah mendengar suara mengaji Yasmine.
"Tidak, apa-apa, ternyata dia lagi ngaji." Ujar Alfin.
"Iya, syukurlah Mas, Lifa takut kalau Yayas masih diam saja." Ujar Alifa.
Alfin menarik tangan istrinya itu agar sedikit menjauh.
"Sekarang, kamu takut. Tadi siang kamu tidak memikirkan segalanya sampai sini bukan?!" Alifa mengangguk dengan apa yang di katakan suaminya.
"Aku, hanya memikirkan kalau sampai gagal, bagiamana Yasmine menghadapi harinya." Ujar Alifa menunduk.
"Tapi, kalau seperti ini, apa kamu tidak takut dia semakin di jadikan bahan cerita? Kamu tahu, bagi sebagian orang yang tahu, jelas Yasmine akan di cap sebagai pelakor." Ucapan Alfin kini baru masuk di pikiran Alifa.
Dari tadi ia hanya berpikir kalau pernikahan Yasmine gagal kembali, Yasmine akan jadi bahan omongan. Bukan hanya Yasmine tapi semua keluarganya. Tanpa Alifa tahu, jika seperti ini sebagian orang yang mengenal tanpa tahu kejadiannya, pasti akan mengira Yasmine adalah pelakor, pagar makan tanaman dan kata lain lagi yang menjurus ke sana.
"Semoga tidak seperti itu Mas," ucap Alifa.
"Sebenernya, Mas masih nggak ngerti, Mas yakin kamu pasti punya maksud tertentu kenapa kamu ngebet sekali membawa Yasmine ke dalam rumah tangga kita." Alfin menarik pelan dagu istrinya agar menatapnya.
"Maksudnya sudah Alifa jelaskan, kenapa Mas Alfin masih penasaran?!" Alifa menangkup wajah suaminya.
Dengan posisi berdiri yang tak jauh dari kamar yang tempati Yasmine, mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu kalau, Yasmine kini tengah berdiri di depan pintu. Melihat suami-istri itu. Dalam pandangan Yasmine, keduanya tengah melakukan adegan romantis, karena Yasmine tak mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya melihat saja.
Yasmine tadinya keluar ingin mengambil air minum, tapi, kini urung. ia menarik nafas dalam-dalam dan mengembuskan nya perlahan. Lalu ia lebih memilih memutar tumitnya kembali ke kamar.
Yasmine menutup pintu dengan pelan, ia tidak mau keduanya sadar kalau Yasmine keluar.
Berdiri menyandarkan tubuhnya di pintu, Yasmine kembali meneteskan air mata.
"Apa, ini?! Aku harus berada di keadaan yang seperti ini ...." Yasmine kembali menangis.
Badannya merosot, Yasmine duduk di depan pintu memeluk kembali lututnya, "ternyata hati ku masih belum menerima, hatiku masih begitu berat jika harus menerima keadaan ini."
...***...
Sampai isya selesai sudah begitu lama, nyatanya Yasmine tak kunjung keluar kamar. Membuat Alifa semakin khawatir padanya. Takut sekali terjadi sesuatu yang aneh-aneh pada sahabat sekaligus madu-nya itu.
Padahal dirinya dan Alfin menunggu di ruang makan, juga sofa ruang keluarga. Keduanya bolak-balik dari meja makan, sofa, begitu terus sampai akhirnya Alifa nekad untuk mendatangi Yasmine di kamarnya.
Dengan hati-hati Alifa mengetuk pintu kamar Yasmine, tapi, hening. Tidak ada jawaban apapun dari dalam sana. Akhirnya ia putuskan untuk membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci.
"Ya, Allaah ... ternyata tidak di kunci, kenapa tidak aku datangi saja dari tadi," sesal Alifa.
Dengan langkah perlahan Alifa masuk ke dalam kamar tamu itu, pandangan nya langsung tertuju pada perempuan yang meringkuk di atas sajadah lengkap dengan mukenah nya.
Tiba-tiba, ide aneh nya muncul kembali. Alifa tidak jadi mendekat ke arah Yasmine, ia justru kembali ke ruang keluarga di mana suami nya berada.
"Ada, apa Lif?! Kenapa kamu lari-lari?!" Alfin beranjak dari duduknya.
"Tolong Yasmine Mas," ucapnya dengan wajah khawatir.
"Ada apa?!" Tanya Alfin penasaran.
"Ayo, buruan!" Alifa menggandeng tangan suaminya setengah berlari ke arah kamar Yasmine. Begitu sampai di sana Alifa mendorong Alfin masuk dan ia mengunci kamar itu dari luar.
Alfin yang terkejut langsung menggedor pintu.
"Astaghfirullah! Sayang ... kenapa di kunci?!" Tanpa sadar Alfin membangunkan Yasmine yang tertidur di atas sajadah.
"Pintunya rusak, Mas!" Teriak Alifa dari luar.
Alfin menarik nafas kasar, jelas bukan rusak. Tapi ia di kerjain istrinya. Bukan, bukan di kerjain tapi, di suruh malam pertama dengan istri ke dua nya. Alfin menggeleng kan kepalanya lantas membalik badannya.
Ia terkejut lagi, apa lagi kini yang ia lihat adalah wanita yang duduk dengan mukenah putih.
"Astaghfirullah!" Ujarnya.
"Ngapain, kamu di sini, Al?!" Tanya Yasmine kesal.
Alfin mengedikan bahunya. Lalu, menunjuk ke arah pintu, "Lifa kunci pintunya dari luar." Ujarnya.
"Apa?!" Yasmine kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Suhartik Hartik
jika niat nya lillahita'ala .... insyaallah rumah tangga nya akan mawadah warahmah.... apalagi dasar pribadi mereka baik dan kuat keyakinannya... perlu dicontoh kehidupannya jika memang berumah tangga lebih dari 1 istri... semua akan belajar menjadi lebih baik (alfin-alifa-yasmine)
2023-04-10
1
Uba Muhammad Al-varo
Yasmine yang jadi korban Yasmine juga yang dibenci🤦
2023-03-31
1
linda sagita
sulit mau ngomong apa, ketiganya berada diposisi yg sulit
2023-03-26
0