"Nggak usah bertele-tele," ucap Rion.
"Aku dan kamu itu sama-sama----"
Drrrrrrttt drrrtttt
Ada telepon yang masuk ke hape Rion.
"Halo? Rion?" suara mami Reva.
"Kenapa, Mam?"
"Tolongin Mami bawa Thalita ke rumah sakit, dia demam!" mami Reva panik.
"Suruh supir aja sih, Mam!"
"Hehhhhhhhhhh! KALAU MAMI BILANG PULANG YA PULAAAAAAAAAAANG!" Mami Reva merepeeeeeet.
Rion menjauhkan hape dari kupingnya, "Ya Allah, gini amat punya Emak!" batin pemudaaa yang ganteng dan menawan hati.
"Iya iya, Rion pulang sekarang..." jawab Rion patuh.
Seketika dapet perintah dari sang mami, Rion pun lupa dengan obrolannya denga Lorenza.
"Kamu itu salah satu dari golongan Jiwa Murni, Rion. Sesuatu yang buruk mengintaimu dan aku nggak boleh membiarkan 'dia' mendapatkanmu dengan mudah!" batin Loren.
Rion mengantongi hapenya lagi, dia melanjutkan membalut lengan Loren.
"Dah selesai!" ucap Rion.
"Terima kasih," sahut Loren.
"Gue ada urusan mendadak, gue ---"
"Aku bisa pulang sendiri, terima kasih atas bantuannya..." Loren langsung buka pintu mobil dan keluar.
Sedangkan Rion hanya melihat Loren berjalan menjauh dari nya.
"Kan kan kann! dia lagi gue introgasi! haiiishhhh, gara-gara mami nelfon nih, semuanya jadi buyaaaaaar!! padahal udah dapet moment yang pas loh!" Rion gregetan.
drrrtttt!
"Haloooo? ada apa lagi, Mam?" Rion angkat telepon dati mami nya.
"KAMU UDAH NYAMPE MANAAA? KOK LAAMAAAAAAA?"
"Rion lagi mau ke rumah," Rion cari aman.
"Kok nggak ada suara mesin mobilnya? jangan bohong kamu, Rion!" mami nggak percaya.
"Masa sih? ada kok, Mam!" ucap Rion yang menginjak pedal gasnya dan melaju menuju rumahnya.
"Udah ya, Mam! bahaya nyetir sambil nelfon!" Rion menutup panggilan.
"Dan gue jadi semakin yakin, kalau papi orang paling syabar sedunia!" gumam Rion.
Sementara dari belakang, Loren menggambar pola yang sama.
"Itu akan melindungimu, Rion!" gumam Loren melihat mobil Rion pergi.
"Sepertinya, instingnya mulai bekerja!" ucap Loren.
Cahaya merah itu milik Loren, dia sengaja membuat itu untuk menguji Rion. Ternyata tanpa Rion sadari, dia sudah menarik dan memeluk Loren beberapa detik sebelum cermin-cermin itu pecah nggak bersisa.
Loren melihat lengan kanannya, "Awwwwhhhkkh, perih juga ternyata!" desis Loren. Dia berjalan ke arah mobilnya.
.
.
.
Sesampainya di rumah, Rion segera naik ke lantai atas, ke kamar yang ditempati Thalita.
Tok!
Tok!
Ceklek.
Rion mengetuk pintu sebelum membuka pintu.
"Maaaam?!" seru Rion.
"Syuuuutttttttt!" mami Reva menyuruh Rion untuk diam.
"Katanya----"
"Sssyyyyyyyyyt!!!!" mami Reva mendesis seperti siluman ular.
"Ngomongnya jangan kenceng-kenceng," lanjut mami, Lalu dia mendorong badan jangkung anaknya buat keluar dari kamar keponakannya, "Kita ngomongnya di luar!"
Mami Reva menutup pintu dengan hati-hati, "Mbak Rina tolong tungguin Thalita! mbak Rina satey aja di dalem!" ucap mami Reva saat melihat mbak Rina, ART mereka mendekat.
"Stayyy, Mam, Staaaay!" Rion ngingetin emaknya.
"Iya iya, Stay!" mami Reva meralat ucapannya.
"Udah, kamu ikut mami aja sini!" perintah mami Reva.
Sementara ada ART yang menjaga Telolet. Mami Reva mengajak Rion turun ke lantai bawah.
"Lah, nggak jadi ke rumah sakit?" tanya Rion setelah mereka sampai di meja makan.
"Nggak jadi!"
"Aturan kalau nggak jadi, Rion nggak balik kesini, Mam!" Rion kesyeeeel.
Mami mengerutkan keningnya, "Sebentar, sebentar. Kamu diem aja, Rion! jangan gerak," Reva mendekat pada anaknya.
Mami Reva mengambil sesuatu di rambut anaknya, "Ini apa, Rion?
"Kaca?" mami Reva memperlihatkan serpihan kaca itu pada anaknya
"Kok ada pecahan kaca di kepala kamu? kamu habis latian debus apa gimana?" mami Reva mencecar Rion dengan pertanyaan.
"Masa sih kaca sampai ke kepala Rion, Mam?" Rion pura-pura nggak tau. Kalau dia cerita pasti mami nya akan khawatir. Awperti biasanya, dia bakal overthingking.
"Udalah, lupain aja! mungkin pas kamu jalan, ada burung yang bawa kaca terus jatuh dan nyelip ke rambut kamu!" mami Reva dengan segala pemikirannya yang absurd.
"Makanya, kalau mami bilang potong rambut ya potong rambut! jadi kan nggak ada tuh benda kayak gini nyangkut di rambut segala!" mami Reva merepet lagi.
"Nanti Rion nggak jadi sakti lagi!" Rion ngeles.
Daripada ditanya yang cem-macem, akhirnya Rion mengambil serpihan kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah.
"Harusnya mami bilang kalau Telolet udah turun demamnya! jadi kan Rion nggak buru-buru juga nyetirnya," kata Rion, dia balik lagi duduk di meja makan setelah memastikan nggak ada serpihan kaca di baju atau rambutnya.
"Kan katanya nggak boleh terima telfon kalau lagi nyetir?" mami Reva ngambilin Rion piring.
Rion hanya bisa manyun menghadapi tingkah aneh mami nya itu.
"Sekarang makan, ini masakan mami! mami khusus masak buat papi, tapi katanya papi kamu lagi ada rapat mendadak. Jadi berhubung kamu yang pulang, sekarang kamu aja yang makan!" mami meletakkan daging yang nggak tau dimasak model apa. Tapi ada coklat-coklatnya gitu.
"Siapapun tolongin gue, dong!" batin Rion meronta.
"Kamu kan laki-laki, jadi kamu butuh makan yang banyak, biar kuat!" mami memberi Rion nasi yang metungtung segunung.
"Rion puasa hari ini, Mam!" Rion menyelamatkan dirinya.
"Puasa gimana? tadi pagi kan kamu sarapan! nggak usah ngadi-ngadi kamu, ya..." mami Reva mendelik.
"Nanti Rion makannya bareng sama papi,"
"MAKAN S-E-K-A-R-A-N-G!" mami menunjuk piring yang ada di hadapan Rion.
"Bentar, Mam!" Rion menunjukkan telspak tangannya.
"Rioooon...?" suara mami meninggi.
"Iya iya iya, Maam!" Rion menyendokkan nasinke dalam mulutnya.
"Kok nasinya aja? sama dagingnya dong! nih, sama capcaynya juga!" Reva menambahkan masakan lain di piring Rion.
"Mami gue kenapa pake acara masak segala siiih!" Rion ngedumel dalam hati, dia takut perut dan lidahnya konslet.
Rion memaksakan makan makanan yang luar binasaaaah, bukan luar biasa ya. Inget, BINASAAAAAAH.
Dan inilah yang membuat Rion mengakui kesaktian papi nya. Sekonslet apapun perutnya nanti, papi akan tetap makan makanan yang tercipta dari kelihaian maminya dalam hal masak memasak. Walaupun rasanya acakadul bin amburadul.
"Enak kan Rion?" tanya mami pede.
Rion cuma ngangguk dengan air mata yang udah menumpuk.
"Kamu pasti terharu ya, Rion? sampe keluar air mata gitu! nanti mami sering-sering masak buat kamu, biar kamu jadi laki-laki yang kuat!" Reva tersenyum bahagia.
"Mami ke kamar dulu ya? badan mami pegel abis ngompresin Thalita," mami Reva ngeloyor pergi ninggalin Rion di ruang makan.
Dengan susah payah Rion menelan makanan di mulutnya.
Dia angkat piring, berniat mengantongi makanannya dan membuang jauh ke luar kota, canda luar kota.
"Riooooon? kamu tau kan buang-buang makanan itu dosaaaa???!!!" suara mami menggema kembali.
"Yassaaalaaaaaaaammmm! Gue harus telpon dokter setelah ini!" Rion kembali duduk dan makan dengan pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
bukanya terharu yang ada mati kaku😂
2023-12-19
0
Zuhril Witanto
malah nglawak Reva
2023-12-19
0
Euis Yohana
masih saja luchu Thor ....😁😁💪
2023-02-10
0