"Aaarrghhhhhhhhh!!!!" pekik Rion.
Dia menyangka akan jatuh, namuuun tidak semudah itu buldoseerr!
Rion sekarang mengambang di udara.
Dia mengangkat dagunya ke atas, dia melihat Slamet menjadi patung dengan ekspresi kaget, tangannya menjulur ke bawah seakan ingin meraih Rion yang akan terjatuh.
Rion menggerakkan tangannya, dia menggenggam kemudian membuka telapak tangannya beberapa kali.
Plaaaaakkkk!
Rion menampar wajahnya sendiri
" Aakh, Ini beneran nyata?! gue beneran nggak lagi ngimpi? tapi kok? apa yang terjadi? kok pada diem kayak gini?" Rion kali ini bingung.
Rion merasakan badannya perlahan seperti diturunkan dengan pelan-pelan hingga ia bisa menyentuh bumi, tanah maksudnya, paving lebih tepatnya.
Nggak ada luka apapun di tubuh pria jangkung dengan rambut depan yang sedikit terlepas dari ikatan rambutnya.
Dan seketika waktu seakan berjalan seperti semula.
"Riooooooooin....!" teriak Slamet.
Buru-buru Slamet turun dari ketinggian. Namun dia melihat sahabatnya itu duduk dengan tatapan orang bingung.
Sreeettt!
Rion merasa ada seseorang yang tengah bersembunyi. Laki-laki itu melihat ke sekelilingnya.
"Rion? lu nggak apa-apa kan?" tanya Slamet.
"Nggak," Rion masih celingukan.
Merasa nggak menemukan yang dia cari, tatapan Rion beralih pada tali pelindung yang dia pakai.
Tali itu seperti diputus karena terbakar oleh api, bukan karena talinya rapuh terus putus gitu.
"Aneh..." batin Rion.
Tanpa Rion sadari, ada satu sosok yang beberapa waktu ini selalu mengikutinya. Dia sedang mencoba kekuatannya apakah bisa menembus sebuah perlindungan yang selama ini melindungi Arion dari makhluk jahat.
Percobaanya kali ini hampir berhasil, namun ada kekuatan lain yang menghalangi dan mengagalkan rencana jahat tersebut.
"Rion, lu nggak gegar otak kan?" tanya Slamet.
Rion menghela napas sejenak, "Sejak kapan jatuh dengan posisi duduk kayak gini bisa jadi gegar otak, Met? tulang ekor gue harusnya yang lu tanyain!" ucap Rion.
"Talinya putus apa gimana? perasaan kemarin nggak ada tuh pengaman yang rusak," Slamet mencoba mengingat.
Namun karena menurut Rion kejadian ini bukan sesuatu kejadian yang biasa, Rion pun menyembunyikann bagian tali yang terputus. Dia buru-buru melepaskan tali pengaman yang membelit badannya.
"Nanti coba diperiksa tali pengaman yang kita punya, Met! kalau ada yang rusak cepetan dikumpulin aja, nanti biar gue beli lagi. Jangan sampai ada yang jatuh gara-gara tali nya putus!" ucap Rion.
"Ada apa, Rion?" tanya Adam, dia membawa adik sepupunya.
"Panjang umur lu, Dam!" ucap spontan Rion.
"Panjang umur kenapeee? kalian abis ghibahin gue?" tanya Adam.
"Nggk ada, cuma--" Rion nggak melanjutkan ucapannya.
"Oh ya, Rion gue mau minta tolong. Jadi partner dansa nya Loren! partner dansa tango-nya lagi sakit," ucap Adam.
"Menn?!! yang bener aja, gue tuh jagonya manjat bukan dansa! Coba minta tolong Eza aja, gue yakin dia mah mau mau aja orangnya," Rion jual mahal, padahal dalam hati dia ingin mengiyakan langsung. Tapi Rion menahan dirinya supaya tetap menjadi cowok yang syyuuuulit didapatkan.
Tawaran Adam ini sebenernya membuat Rion dengan mudah bertemu dengan Loreng, eh Loren. Dan dia bisa mencari tau siapa gadis itu sebenernya.
Karena setau Rion, Adam nggak punya sepupu cewek yang usianya terpaut satu tahun.
"Nggak usah, Bang. Nanti aku cancel aja lombanya..."
"Eh, jangan-jangan! ini kan kesempatan yang udah kamu tunggu-tunggu, nggak boleh dilewatin gitu aja," ucap Adam ngikutin bahasanya si Loreng.
"Ayolah, Rion. Ini partner cuma buat latian. Kalau partner Loren yang sebenernya udah sembuh, dia yang bakalan maju lomba..." bujuk Adam.
"Kalau nggak sembuh?"
"Ya pokoknya lu nemenin latian dulu aja! coba lu bayangin---" Adam maksa.
"Nggak mau! ogah banget bayangin!"
"Pokoknya gue minta tolong!" Adam keukeuh.
Sedangkan Loren diem ajah, melihat dua orang itu berdebat.
Pandangan Rion kini tertuju pada gadis itu, "Loren ini tipe-tipe cewek yang nggak banyak omong, atau mungkin dia bakal banyak ngomong sama orang yang bikin dia nyaman, kayak gue misalnya. Eh, kok gue sih?" batin Rion.
"Rion!" Adam ngebuyarin
"Slameet, lu bisa dansa kan, Met?" tanya Rion ke arah Slamet, yang udah pasti bakalan nolak.
"Sorry, ntar cewek gue marah. Nggak brani gue..." ucap Slamet yang sudah sold out diantara mereka berempat.
Slamet selalu sadar diri dengan muka yang pas-pasan susah buat dapet pacar, jadi sebisa mungkin dia akan setia dengan pasangannya dan menghindari sesuatu yang bisa memantik kemarahan pacarnya itu.
"Rion?" Adam meminta tolong lagi.
"Ya udah, jam berapa? ntar gue sesuain jadwal latiannya sama kegiatan gue yang lainnya..." ucap Rion
"Nomor hape gue!" tambah Rion, dia nunjukin hapenya.
"Oh?" Loren mengambil hapenya dan mencatat nomor yang ditampilkan di layar.
Loren mencoba menghubungi nomor Rion.
"Itu nomorku!" ucap Loren.
"Oke!" ucap Rion pasang muka cool.
Hari ini sepulang ngampus Rion berangkat ke restoran cepat saji lagi. Tapi dia nggak di tempatkan di kasir tapi di kitchen. Bukan tanpa alasan, setiap Rion yang berjaga pasti antrian mengular dan kasir yang lain nggak laku.
Kemarin didatangkam layar segede gaban buat mereka milih menu makanan, dan bisa bayar pakai kartu juga. Ya supaya pelayanan lebih efisien. Tapi alih-alih pengen nyuri foto Rion, mereka klik bayar di kasir padahal kartu mereka masih ada saldo yang mencukupi.
"Loh kok kasirnya ganti sih????" suara para gadis.
Ya, dari dalam Rion bisa mendengar keluhan-keluhan penggemarnya.
"Nggak jadi pesan ah.." ucap gadis yang lain.
Dita hanya bisa menghela napas panjang, " Ada apa dengan anak jaman sekarang?"
"Silakan di sebelah sini..." seru Dita, mempersilakan pengnjung yang lain untuk membayar pesanannya.
Sementara manager merasa serba salah.
Kalau Rion di tempatkan di depan, omset naik sih tapi antriannya nggak karuan. Dan sekarang Rion ada di kitchen, pelanggan malah sepi, sebagian pergi lagi. Jadi bisa dibilang, mereka datang hanya untuk mengagumi ciptaan Tuhan, dan Rion hanya bisa menepuk dadanya bangga.
"Aura ku emang beda!" batin Rion.
Dia tetap pada pekerjaannya dan sama sekali nggak urusan dengan ada atau nggak adanya pelanggan. Dia sesekali membantu teman yang berada di pemesanan cepat.
"Rion! kemari sebentar!" panggil pak manager.
"Iya, Pak? ada apa?" tanya Rion.
"Mulai besok kamu di pemesanan cepat! besok kamu ikut briefing!" ucap pak manager.
"Tapi besok saya liburrr,"
"Ya, nanti kalau kamu udah selesai liburnya!" ucap pria yang memakai kemeja biru langit.
"Baik, Pak..." sahut Rion.
Dia memasukkan ayam goreng ke dalam tempat penyimpanan yang membuatnya tetap krispi dan hangat.
Namun matanya tak sengaja menangkap satu sosok gadis yang sedang memesan makanan.
Lorenza!
"Sama Adam? atau sendirian dia?" batin Rion kepo.
"Lagi liatin siapa, Rion?" salah satu teman laki-laki menepuk pundakknya.
"Eh, nggak kok. Nggak ngeliatin siapa-siapa," Rion berkilah.
Dan dia melihat Lorenza duduk di salah satu bangku dengan tenangnya.
"Gue kok ngerasa kalau dia agak aneh ya?" batin Rion yang gagah dengan seragam hitamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
jangan2 Loren yang sengaja mutus tali
2023-12-18
0
Zuhril Witanto
siapa tuh yang jajal ilmu
2023-12-18
0
Ganuwa Gunawan
waaah Rian sakti eeeey..
tapi siapa tadi yg menghenti kn waktu ya..
2023-02-08
0