"Dari mana?" papi Ridho masih baca buku, dia menyadari kehadiran istrinya, Reva.
"Dari bawah misahin anjing sama kucing," mami Reva naik ke atas tempat tidurnya.
"Emang anjing siapa yang berani masuk ke rumah?" papi Ridho nyautin tanpa melepaskan matanya dari buku yang dipegangnya.
"Maksudnya itu loh Rion sama Thalita, mereka berantem mulu kalau ketemu, kepalaku jadi nyut-nyutan!"
"Ya nggak jauh beda sama kamu, kan? yang ribut kalau ketemu sama Ravel," papi Ridho melepaskan kacamatanya, dia melihat ke arah istrinya yang udah mleyat-mleyot bibirnya.
"Dan sekarang kamu bisa ngerasain kan gimana rasanya jadi mama Ivanna?" lanjutnya.
"Ck, Tauk ah!"
Dan beberapa saat setelah mereka terdiam, dia mulai menanyakan sesuatu pada suaminya, "Oh ya, kamu yakin Mas? mau ninggalin Rion sendirian di rumah?"
"Makanya kamu di rumah aja, biar aku yang---"
"Aku yang apa? pergi sendirian dan ngebiarin kamu lirik sana-sini? apa jangan-jangan kau mau ketemuan sama Karla? aku denger kan dia becereee kan ama suaminya," mami Reva menatap suaminya penuh segala tuduhan.
"Dih, emangnya aku mata keranjang? emang kamu pernah liat aku kegenitan? cinta aku udah kepentok sama kamu, Sayang! Lagian, jaman dulu aja aku nggak ada rasa sama Karla, apalagi sekarang?" gombal papi Ridho.
"Halah, alasan! dulu aja perhatian banget sama dia, sampai-sampai di mobil aja aku jadi kacang goreng! oh ya, waktu itu juga kaleaaan main ciprat-cipratan air di balong, sampe kacamata kuda si karet nasi padang ngejeplak kemana-mana. Giliran ditembak Karla, jawabannya nggak ada perasaan, cuma nganggep temen aja nggak lebih, dasar kang PHP!" mami Reva ngungkit kejadian masa lalu.
"Kenapa juga yang dibahas yang nggak penting kayak gitu sih, Sayang? Itu udah lebih dari 20 tahun yang lalu, masih aja kamu inget-inget? lagian dia yang ke GR-an kenapa aku yang disalahin? aku kan cuma mau nolongin kamu aja waktu itu supaya terlepas dari kutukan cincin bertuah. Aku cuma sekedar bersikap baik," entah sudah berapa kali papi Ridho menjelaskan ini, tapi selaaaaluuuu ajaaa diungkit sama istrinya.
"Karena hati aku kan udah milik kamu semua, Sayang!" papi kedip-kedip genit.
"Preeet lah! Emang hati kamu ada berapa?mulut kalau ngegombeeel, bisaaa aja ya, bisaaaaaaa!" mami Reva ngeruwes bibir suaminya.
"Ya ampun, Va! kamu tuh hobi banget ngruwes bibir, semoga aja jurus kamu ini nggak nurun sama anak kita, Rion! kan kasian temen-temennya kalau dia main dikruwes aja kalau temennya salah ngomong," ucap Papi Ridho.
"Udah ah aku mau tidur sekarang," lanjutnya pundung. Dia gletakin buku dan kacamatanya di nakas dan tarik selimut, tiduran membelakangi wanita yang sudah dinikahinya 22 tahun yang lalu
"Dih, dasar ngambekan!" ledek mami Reva.
Terkadang Ridho juga lelah harus menjadi pria dewasa yang selalu menawan dan bijaksana. Dia juga pengen bersikap kekanak-kanakan, biar ditayang-tayang dan dibujuk Reva.
"Oh ya, katanya kamu masak kok nggak ada makanan di meja?" tiba-tiba papi Ridho balik badan.
"Ya gimana, kangmasku katanya nggak pulang. Jadi aku nyuruh Rion makan,"
"Terus sisanya? masa iya kamu masak cuma buat satu kali orang makan?" papi Ridho menatap istrinya serius.
"Udah aku angetin tapi kamu kan pulangnya jam 10 an, Mas! Jadi ya aku suruh mbak Rina bagi makanan ke satpam kompleks!"
"AAPAAAAAAAA???"
"Kamu kenapa sih?" mami Reva heran.
"Gimana-gimana????? tadi kamu bilang apa, Va? kamu bilang kalau kamu suruh mbak Rina ngasih masakan kamu itu ke satpam jaga?" papi Ridho mastiin lagi apa yang ditangkap pendengarannya
"Iya, cuma masakan dagingnya, kalau capcaynya nggak tau diapain. Aku lagi diet jadi nggak makan nasi," mami Reva mengelus perutnya yang rata.
"Kamu cicipin nggak? masakan daging kamu?"
"Nggak sempet soalnya aku dapet telfon dari Ravel yang nanyain anaknya, makanya saking nggak konsennya aku masak agak gosong dikit. Tapi beneran gosongnya cuma dikiiiit banget..." mami Reva nunjukin ujung kelingkingnya.
Seketika papi Ridho buka selimut, "GAWAAAAAATTTTT!!!!" dia lanjut buka laci dan gratakan ngambil sesuatu.
Dan setelah itu Ridho yang cuma pakai kolor pendek, lari sekenceng-kencengnya ninggalin istrinya yang bertanya-tanya, "Emang apanya yang gawat?"
Daripada pusing, mami Reva rebahan dan tarik selimut bersiap tidur.
Sedangkan papi Ridho kedebag-kedebug turun dari tangga yang lantainya terbuat dari parket, sampai Rion kira ada gempa dadakan.
Rion, dan telolet pun segera menuju sumber suara.
"Ada apa, Pih?" tanya Rion mendekati tangga.
"Ada apa, Om?" Thalita ikutan nanya.
"Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang dangdut!" papi Ridho sempet-sempetnya ngelawak di situasi genting.
"Nanti aja papi jelasin!" lanjutnya yang ngibrit keluar.
"Piiiihh .... Papiiihhh!" Rion mengejar papi nya
Tapi dia balik lagi lupa nutup pintu, "Aduuhhhhh, bikin repot aja nih pintu! besok gue ganti elu sama yang otomatis!"
Selesai ngomel, kemudian Rion lari lagi.
"Piiih, tunggu, Piiiiihhhhhhh..." teriak Rion.
Sedangkan Thalita nggak ikut ngejar, dia naik ke kamarnya, "Salah banget guweh nginep disiniiihh," ucapnya, melihat keluarga tantenya sungguh luar biasa. Dia kagak nyadar aja, suasana rumahnya juga nggak jauh beda dengan rumah Rion, cuma ketolong Bapaknya aja yang agak kalem jadi nggak begitu pengeng denger orang ribut mulu.
Rion yang sedang ngejar papinya yang keluar berbekal koloran doang, ngeliat lagi cahaya biru, bak neon yang nyangsang di langit.
"Nggak ada waktu buat mikirin itu," gumam Rion.
"Astagaa, gini amat jadi pria menawan, bukan cuma diuber cewek dari dunia manusia dan ghoib. Cahaya dari negeri antah berantah juga ikutan suka sama gue! cobaanmu begitu berat ya Allah," batin Rion.
Sedangkan dari kejauhan ada banyak makhluk malam yang menonton bapak dan anak lari-larian menuju pos satpam.
Rion yang masih muda tentu dari segi stamina lebih unggul daripada papi Ridho yang sudah kepala 4 lebih sekian sekian sekian.
Sesampainya di pos, papi Ridho nyariin pak satpam. Tapi nggak ada.
"Ya ampun, papi kenapa sih, Pih? hhhh ... hhh," Rion mengatur napasnya, bajunya basah keringat. Karena jarak antara rumah dan pos satpam lumayan jauh.
"Hhhh, Rion. Kamuh carih yang jaga malem ini, cepeth!" Ridho ngambil kursi dan duduk.
"Yah, tapi kenappah?" Rion nggak kalah ngos-ngosannya.
"Ituh, hhhhh, mereka katanya dikasih masakan mami kamuuuuuh!" papi Ridho dalam satu tarikan napas.
"APAAAAAAAAA??!! GAWAAAATTTT, BISA BONJROT MEREKAAAAAA!" Rion nggak kalah terkejyuuut.
Detik itu juga Rion berniat mau nyari tuh kang satpam yang ninggalin pos kosong melompong, namun tertunda karena mendengar panggilan dari papinya, "Rion! Rioooon!"
"Ada apa lagi, Pih? ini aku mau nyari kang Satpam!" Rion balik badan.
"Sini dulu! papi kayak paham wadah makan itu!" papi Ridho nunjuk papper box yang biasa istrinya beli. Dia ngelongok ke dalam pos.
"Jangan-jangan, itu makanan yang dikirim mami, Pih?"
"Bisa jadi," papi Ridho bertatapan dengan Rion.
Mereka sepertinya satu pikiran saat ini, papi Ridho menggerakkan dagunya menunjuk kotak box dan Rion mengangguk paham.
Dan ketika Rion mau masuk, tiba-tiba ada yang menegurnya.
"Pak Ridho? Mas Rion?" suara pak Medi, satpam legend dari Rion belum lahir.
"Eh, pak Medi..." Rion berbalik dengan tampang yang serba salah, kayak kepergok mau maling di pos satpam.
"Pak, tadi mbak Rina kesini bawa makanan? sekarang makananya dimana? sudah dimakan atau belum, Pak?" tanya papi Ridho nggak ada basa-basinya.
"Belum dimakan, masih utuh malah. Memangnya ada apa, Pak?"
"Mau saya ambil lagi. Itu sebenernya makanan kesukaan saya, dan saya pulangnya kemaleman. Jadi biasalah, istri saya ngambek, terus----"
Pak Medi nyerobot saat papi Ridho nggak bisa melanjutkan ucapannya, "Saya paham, Pak! kalau lagi ngambek istri emang suka aneh-aneh ya, Pak! sebentar saya ambilkan!"
"Permisi, Mas," pak Medi minta Rion minggir.
Nggak lama pak Medi keluar dengan membawa dua box makanan yang di kantongi keresek warna bening, "Ini, Paaak..."
"Oh ya, maap ini buat ngopi, Paaak! maaf saya ambil lagi ya, Pak..." papi Ridho ngeluarin selembar duit seratusan, untung aja dia sempet ngambil duit sebelum lari dari rumahnya.
"Terima kasih, Pak. Tapi ngomong-ngomong tumben pak Ridho keluar pakai kolor pendek?" pak Medi setelah menerima uang.
Dan papi Ridho baru sadar dia keluar hanya dengan memakai celana super pendek, yang memamerkan kakinya yang tanpa bulu.
Sedangkan Rion mlengos, nggak kuat nahan malu.
"Oh ini, ini lagi ngetrend Pak, keluar pakai celana begini. Kalau begitu kami permisi," papi Ridho ngangguk sopan terus dia narik anaknya buat ikutan pulang.
"Ya ampun, papi malu-maluin aja!" kata Rion saat mereka sudah menjauh dari pos satpam.
"Diem kamu, Rion! emang kamu kira papih nggak malu? malu banget inih, mana dingin lagi! nih, kamu yang bawa" Papi Ridho ngasih box ke anaknya, sedangkan dia lari marathon lagi sampai ke rumah.
"Astaga, keluarga gue kayaknya jauh dari kata normal!" Rion geleng-geleng kepala, melihat kelakuan emak sama bapaknya yang sama-sama koplak.
Sedangkan dari kejauhan ada seorang gadis yang memperhatikan Rion, "Kenapa kamu nggak peka, Rioooon!" ucap Lorenza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
bisa tepar semua tuh satpam
2023-12-19
0
Euis Yohana
Rido ama Reva meskipun anak udah gede masih aja koplak ..🤣🤣
2023-02-11
0
Rindi ZieVanya ⍣⃝కꫝ 🎸
mungkin rion di bawa cuek y bukan nya g peka lorez
2023-01-16
2