Rion nggak bisa berbuat banyak, dia hanya sesekali mencuri pandang.
"Lorenza itu beneran sepupunya Adam bukan sih? gue tuh ngerasa kalau nih orang kayak apa ya ... bikin gue pengen ngeliatin mulu! eh, nggak nggak nggak! nggak boleh! sadar Rion sadar!" Rion menggelengkan sambil tepok-tepok pipinya.
"Kenapa Rion?" tanya teman kerjanya sesama pria.
"Oh, nggak cuma agak ngantuk aja..." Rion berbohong.
"Dosa gue lama-lama segunung, kerjaannya ngebohong terus! astaaagaaaaaaaaa!" teriak Rion dalam batinnya.
Dan seketika dia keinget sama adik sepupunya.
"Mammmpussss! telolet kan di rumah, udah pasti nggak aman ini gue pulangnya!" Rion mendadak cemas, dia pegangin dadanya sendiri.
Waktu bergerak cepat, apalagi buat para manusia yang banyak kegiatannya seperti Arion. Nggak kerasa udah waktunya pulang.
Awalnya dia akan menghubungi Eza seperti biasa, tapi dia mengurungkan niatnya itu. Setelah melihat Lorenza di depan sebuah mobil ngeliatin jalan.
"Ngapain tuh bocah jam segini masih keluyuran?" gumam Rion.
"Rion?" panggil Dita.
"Eh, ya...?" Rion menautkan alisnya.
"Belum pulang?"
"Ini mau pulang," sahut Rion alakadarnya.
"Aku liat kemarin kamu dijemput ojeg, kamu nggak bawa motor? kalau kamu mau aku bisa nebengin..." Dita menawarkan tumpangan. Dia kira Eza itu kang ojeg yang dipesan Rion.
"Oh, nggak usah. Gue udah ada yang nunggu!" Rion menunjuk Loren yang kebetulan nengok ke arahnya.
"Duluan, ya?" Rion tersenyum dan berjalan dengan pedenya ke arah Loren.
Sedangkan Lorenza yang merasa ada yang berjalan ke arahnya terlihat nggak kaget dengan kedatangan Rion.
"Ngapain disini?" tanya Rion.
Lorenza menengok ke arah resto, kemudian melihat ke arah Rion, "Yang jelas bukan lagi nonton film," ucapnya.
"Kok nggak kaget gue datengin?"
"Aku orangnya nggak kagetan," ucap Lorenza datar.
Arion melihat Dita belum juga pergi, dia malah masih berdiri dan nggak bergeser sedikitpun.
"Papiiih, apa salah dan dosa anaakmu ini, sampai digilai banyak gadis-gadis, ck! hidup ini begitu suliiit ternyata," Rion ngebatin lagi.
"Lu nungguin orang apa setan?" Rion keceplosan saking keselnya sama Lorenza.
"Apaaa?" Loren mengernyit.
"Udah malem, nggak baik buat cewek kayak kamu keluyuran di daerah sini!" Rion menelisik ke beberapa sudut.
Tumben banget nggak ada yang mau jumpa fans. Iya, biasanya kan udah pada nungguin Rion pulang kerja tuh syaithonirrojim. Tapi hari ini nggak ada satu pun yang nongol. Apa mungkin mereka udah menemukan cowok yang lebih ganteng darinya, pikir Rion.
Biasa disambut makhluk-makhluk aneh, giliran sepi bukannya seneng Rion malah heran. Karena dari kecil dia selalu diikutin, selalu diliatin makhluk astral. Jadi giliran, pada absen kayak gini Rion malah merasa aneh.
"Gue setirin!" Rion minta kunci mobil Loren.
"Gimana?"
"Gue setirin, udah sini kunci mobilnya!" Rion menengadahkan tangan.
.
.
20 Menit kemudian...
Eza datang dengan motornya.
"Yonnnn, kebiasaan banget sih lu-----" Eza udah merepeeeeet, tapi nggak jadi setelah melihat Loren.
"Eh, dek Loren..." Eza senyum ramah.
"Loh kok dek Loren sama Yono disini?" tanya Eza.
"Yono yono! gue kruwes nih mulut jahanam baru tau rasa!" Rion ngeruwes mulut Eza saking keselnya.
"YANG KAMU LAKUKAN ITU----"
"Sini motornya!" serobot Rion menyambar kunci motor Eza, sebelum Eza melanjutkan ucapannya yang lebay.
"Yuk, Ren!" Rion mengajak Loren untuk naik motor Eza.
"Turun Za!"
"Lah maksudnya gimana?" Eza bingung.
"Udaah turun dulu, baru nanti gue jelasin!" kata Rion.
Eza nurut aja turun dari motor, tanpa tau apa yang akan dilakukan Rion setelah itu.
"Za, lu balik pakai taksi!" Rion ngasih duit ongkos.
"Gue pinjem dulu motornyaaa!" ucap Rion yang sekejap udah nangkring diatas motor bersama Lorenza.
"Woooyyyyy! ini gimana nih ceritanyaaaaa???!!!!" teriak Eza, sambil nunjukin duit yang diterimanya. Namun yang diteriaki sudah melenggang jauh.
"Bang-ke emang si Rionnnn!" umpat Eza yang ditinggalin gitu aja.
Sedangkan selama di perjalanan Rion mengutuk dirinya sendiri, ngapain juga dia nganterin si Loren. Dia kan tambah kemaleman pulangnya.
"Kenapa juga gue harus peduli ama nih cewek? guebleeeggggg! ini bukan Rion yang sesungguhnya!" batin Rion merutuki kebodohannya.
Dia sekilas melihat ke kaca spion, dia melihat Loren menggerakkan jari telunjuknya.
"Ngapain dia ngegambar diudara? kek bocil aja!" gumam Rion.
Tapi Rion kembali menemukan keanehan, nggak ada satu pun makhluk yang berterbangan di bawah di langit.
Biasanya kan Rion pulang selalu dikintilin, lah ini kosong. Rion merasa kalau kemampuannya melihat setan sudah sirna.
"Gue kira yang biasa mangkal.di reato aja yang nggak ada. Lah ini kenapa semua pada absen? Nggak ada yang ngikutin gue ini? apa gue udah jadi manusia normal pada umumnya?" batin Rion, dia merasakan atmosfer yang berbeda.
Di belakang punggung lebar Rion, Loren dengan santainya menggambar pola-pola tertentu diudara, kemudian jari lentik itu beralih diatas pundak Rion. Dan pria itu bisa melihat jelas apa yang dilakukan Lorenza.
"Ren! rumah lu dimana?" tanya Rion.
"Nggak lewat sini," ucap Loren.
"Kenapa lu nggak ngomong,"
"Kan kamu nggak nanya," sahut Loren datar.
"Yasasssaaaaaalaaaaaaammmm!" batin Rion.
Akhirnya Rion putar balik, mengikuti arahan Loren.
Dan sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar namun juga sangat sepi.
"Lu beneran tinggal disini?" tanya Rion.
"Iya, emangnya kenapa?"
"Nggak apa-apa, cuma heran aja. Kok perumahannya banyak yang kosong?"
"Karena pengembangnya kabur!" ucap Loren santai.
"Kok gue kepo banget ya? ya urusan dia lah mau tinggal di perumahan sepi kek, rame kek. Urusan gue apa?" Rion dalam hati.
Dia merasa terlalu banyak bicara beberapa waktu terakhir. Semenjak kenal Loren lebih tepatnya.
"Direm Riooon direeem! nggak ooosah banyak nanya!" batin Rion saat mulutnya akan terbuka lagi.
Tapi otaknya menghianati batinnya yang udah susah payah mempertahankan image dingin nan menawan.
"Lu masih mau latian manjat nggak? atau lu mau konsen lomba? soalnya gue mau nyiapin acara naik gunung anak-anak mapala, sekalian mau ngadain malam keakraban buat para mahasiswa baru yang baru gabung," Rion merepet.
Astagaaa, lagi-lagi Rion merasa kalau ini bukan dia yang biasanya, ngapain juga dia harus menjelaskan sedetail itu pada Lorenza.
"Jadi kamu mau jadi partnerku? buat dansa?" tanya Loren.
"Gue nggak bisa nolak permintaan Adam," ujar Rion, padahal dalam hatinya ingin menyelidiki siapa sebenernya gadis yang ada di depannya ini.
"Ya udah lu kabari aja tempatnya! gue balik dulu!" ucap Rion.
"Makasih!" ucap Loren.
Rion mengendarai motor milik Eza, menjauh dari rumah Loren.
"Makasih doang, bilang hati-hati kek!" gumam Rion.
Dan sekarang dia sedang menuju rumahnya tepat jam 11 malam. Dia nggak tau kalau ada orang yang udah nungguin dia sampai jamuran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
mami Reva atau papih nih
2023-12-18
0
Ganuwa Gunawan
klu ga salah s Lorenza buyut nya mamah Loren kli yaaaaaaa
2023-02-08
0
Devii Arga
siapa sbnrnya kamu loren😂
2023-01-09
0