Paginya, Papi sama mami Rion bersiap untuk berangkat ke jepang, koper dan segala macam keperluan selama dua minggu sudah masuk bagasi mobil.
"Mami berangkat, awas kamu jangan nakal. Yang akur sama Thalita!" mami memeluk anak semata wayangnya.
"Pasti Rion jaga diri kok, Mam!" Rion melepaskan pelukan sang mami.
"Tanteeee jangan lupa oleh-olehnya yaaaa? Thalita udah japri list-nya!" Thalita tanpa malu-malu.
"Gue aja yang anaknya nggak minta oleh-oleh, lah elu malah pakai liat segala! emak gue nggak buka jastip ngerti nggak lu!" Rion menimpali ucapan Telolet.
Mami Reva segera melepaskan pelukannya pada Thalita, dan seketika ngruwes bibir anaknya.
"Aaaaaarghhh!" Rion menjerit.
"Tuman!"
"Dibilangin jangan panggil Emak juga!" lanjut mami Reva.
"Riooon, mami sama papi pergi dulu!" papi Ridho menarik istrinya dan segera membawanya masuk ke dalam mobil.
Sedangkan Rion dalam hati ingin sekali berjoget 'lalalala yeyeye lalalala yeyeyeye'.
Rion menarik napasnya dalam, "Hhmm ahhhh, udara pagi ini sungguh luar biasa!" gumamnya sambil dadah-dadah.
Sedangkan Telolet liat Rion dengan satu sudut bibir naik ke atas, "Dih, orang aneh!"
"Apaaa?" Rion naikin satu alisnya.
"Ah, gue nginep di rumah Om Karan Ah..." gumam Rion mengecoh Thalita. Dia ngacir ke kamarnya dengan hati riang gembira.
Sampai di kamar, dia merasa lemarinya mengeluarkan cahaya.
"Ada apa sama lemari gue? ada alien masuk ke sini apa gimana?" Rion.
Rion yang mau ambil tas mendadak berhenti dan sekarang mencoba membuka lemari yang ada di hadapannya.
Dan...
Saat pintu lemari terbuka.
Ada cahaya biru yang menyilaukan mata.
Sontak Rion melindungi matanya dari pancaran sinar itu.
Ketika sinar biru itu meredup, dia melihat sesuatu di bagian bawah lemari tempat pakain-pakaiannya tergantung rapi.
Cahaya biru itu perlahan redup dan hilang.
Rion menyingkirkan tangan dari matanya, dan dia menemukan sebuah kalung dengan liontin berbentuk pedang.
Rion mengambil kalung itu, "Apa cahaya itu berasal dari benda ini?"
"Tapi siapa yang mengirimkan ini?" Rion melihat ke sekeliling. Tapi dia nggak menemukan siapapun.
Rion memperhatikan liontin berbentuk pedang dengan selonsong berwarna emas.
"Gue yakin, gue nggak pernah punya kayak ginian!" Rion mengusap selongsong itu dengan tangannya dan mencoba memisahkan pedang dari selongsongnya.
Dan seketika benda itu mengeluarkan berwarna biru.
Liontin yang tadinya sepanjang kelingking, kini berubah menjadi sebuah pedang dengan ukuran yang seaungguhnya.
"WOOOOW!" Rion terpana melihat benda yang ada di tangannya.
Pedang berwarna emas perlahan berubah menjadi cahaya biru neon seperti yang dia lihat semalam.
Rasanya dingin seperti memegang sebuah pedang es.
"Hyena?" Rion mengeja huruf yang ditulis secara vertical.
Rion mencoba menggerakkan pedang cahaya itu dari atas ke bawah.
Dan....
Bruukkkkk!
Lemari Rion terbelah seketika.
Mata Rion membulat, dia nggak percaya. Jika hanya dengan sebuah cahaya bisa memotong benda sekeras itu.
"Waaaarbiazah! pedang ini bukan sembarang pedang!" Rion kagum.
Namun tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu.
Tok!
Tok!
Tok!
"Deeen, Den Rion?" suara mbak Rina.
"Yaaaaaaa! sebentar!" sahut Rion.
Rion nggak sengaja menggerakkan pedangnya lagi.
Braaakkk!!!
Lemarinya terpotong lagi.
"Deen? ada apa Den?" tanya mbak Rina lagi.
"Aduh, gue harus sembunyiin pedang ini!" Rion memasukkan pedang ke dalam selongsongnya, dia mengusapnya dan tiba-tiba pedang itu mengecil dan kembali ke bentuk liontin.
"Huuufhhh," Rion menghela nafas, dia kemudian membuka pintu.
Ceklek!
"Ada apa, mbak?" tanya Rion.
"Suara apa tadi Den? kayak ada benda jatuh?" tanya mbak Rina.
"Ada apa, Mbak?" Rion mengulangi pertanyaan yang sama, itu berarti dia nggak mau dikepoin.
"Oh itu, Den Rion ditunggu mbak Thalita di bawah!" sahut orang yang sudah lama bekerja di rumah Rion. Dan walaupun umurnya sudah hampir 50 tahin, tapi Rion selalu manggil dengan panggilan 'mbak'. Udah kebiasaan dari dulu niruin cara maminya manggil mbak Rina.
"Ngapain lagi tuh bocil nungguin gue?" gumam Rion.
Dia mengambil tas lalu turun ke bawah.
Dan ternyata, hari yang harusnya luar biasa menjadi sangat mengenaskan. Karena apa? ini hari merupakan hari pertama Thalita masuk ke kampus dan dia minta dianter Rion.
"Naik taksi aja! lu tau teknologi taksi online kan?" Rion ogah nolongin.
"Ya udah, nih aku telfon tante Reva aja----"
"Ngaduan banget sih jadi bocah!" Rion sengaja naik motor, biar Thalita ogah nebeng.
"Kok motor?"
"Iya, emang kenapa?" Rion pura-pura nggak ngeh.
"Gosong lah!"
"Ya udah pesen taksi aja! gue duluan!" Rion ngegas ngeng aja ninggalin Thalitha.
"Untung aja motor Eza belum gue balikin!" batin Rion.
Cewek manja macam Thalita mana mau naik motor di jam 10 kayak gini, pikir Rion. Dan tebakannya benar. Dia selamat dari kerepotan yang akan bikin kepalanya cenat-cenut.
Selama di perjalanan dari rumah menuju kampus Rion masih kepikiran soal pedang cahaya.
"Hyena..." Rion bergumam lirih.
"Kalau dikejar cewek udah biasa, dikejar setan apalagi. Tapi kalau dikejar pedang? aneh banget nggak siiih?" Rion masih keinget kejadian spektakuler baru yang dialaminya seumur hidup.
Nggak kerasa sekian puluh menit, Rion akhirnya sudah sampai di parkiran kampus. Dia turun dan benerin tabung gambar yang dicangkolim miring di salah satu bahunya.
"Zaaaaaa? lu dimana?" Rion menelepon Eza setelah sampai di kampus.
"Markas!" seru Eza
Tanpa babibu Rion mutusin sambungan telfonnya dan pergi ke tempat yang di maksud Eza. Hari ini kegiatannya cuma nyetorin tugas gambar, selebihnya dia mau prepare buat naik hunung besok.
"Nih kunci motor lu! thanks ya," Rion ngasihin kunci motor pada Eza yang lagi duduk di depan sebuah meja. Ngecekin tali pengaman wall climbing satu-satu.
"Untung motor gue elu bawa, Yon! semalem kosan gue disatroni maling!" ucap Eza.
"Yan yon yan yon! gue kruwes congor lu baru tau rasa!" ancam Rion.
"Terus ada yang ilang?"
"Hampir aja ada yang digondol motornya, tapi karena dia kedebag-kedebug akhirnya ada yang mergokin pas mau keluar dari gerbang. Ya udah, wasalam kena amuk warga kos gue!" Eza meletakkan tali yang ada di tangannya, dan menengok ke arah Rion.
"Tengah malem tuh maling digeret ke kantor polisi, makanya gue ngantuk banget ini..."
"Lah lu begdang di kantor polisi?" Rikn mengambil kursi dan duduk di smaping sahabatnya itu.
"Nggak. Cuma ada kejadian kayak gitu, nggak kuat nggak nimbrung buat ngebahas kejadian itu semalam suntuk! hoammph," Eza nguap
"Ya sih itu salah elu sendiri!" Rion menyauti Eza yang udah pengen ngeliyep.
"Gimana? ada yang rusak?" Rion mengambil tali pengaman yang sudah dicek sama Eza.
Eza menggeleng, "Nggak ada! lagian si slamet semelekete itu ngapain nyuruh gue ngecek beginian?"
"Soalnya gue yang nyuruh!" kata Rion.
Eza langsung mingkem, padahal sebelumnya dia udah mau merepet, ngedumel tapi berhubung sang ketua yang nyuruh, dia pun nggak bisa apa-apa.
"Buat apa dicek? emang pernah ada masalah? ini tali kan kualitas nomor wahid!" Eza memasukkan tali-tali itu ke dalam box.
"Gue jatuh, talinya putus!"
"Jatuh? nggak ada yang bocel-bocel perasaan!"
"Ya intinya jangan sampe kejadian kayak gitu orang lain yang ngalamin! belum tentu mereka sesakti gue!" kata Rion yang kembali mengingat kejadian yang menimpanya.
"Ngantin yuk? laper gue!" ajak Eza.
Dia pun ngangguk, mengiyakan ajakan Eza.
Dan sampai di kantin ada pemandangan yang membuat dia naikin alisnya, "Ngapain dia sama Telolet?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
siapa yang bareng telolet
2023-12-19
0
Rindi ZieVanya ⍣⃝కꫝ 🎸
mungkin karena cocokya makanya bareng juga 😁😁
2023-01-16
1
🎎 Lestari Handayani 🌹
pedang nya sakti
2023-01-09
1