Udah deket rumah, Rion sengaja mematikan mesin dan mendorong motor milik Eza.
"Ck, gue lupa nggak ambil mobil. Gimana kalau mami nanyain?" Rion mengetok kepalanya yang pakai helm.
"Gue harus jawaaab aaapaaa cobaaa? nggak mungkin kan kalau gue bilang dipinjem temen? yang ada mami bisa ambil tambang terus iket gue di pohon mangga!" Rion bergumam sendirian.
"Haaaiii cowooooook!" ada suara yang mengganggu telinga Rion. Suaranya bukan suara manusia pastinya.
Tapi Rion nggak bergeming, dia pura-pura budek saat ini. Pokoknya dia nggak boleh nyautin apalagi memberi kesan kalau dia itu bisa melihat atau mendengar suara mereka.
Setelah dia bermain cing ciripit dengan teman astral, nyatanya saat itu mami dan papinya selalu mengawasi Rion kecil.
"Rion dengar ya? Rion nggak boleh main sama temen yang tadi, yang mukanya pucet. Dia bukan manusia seperti kita. Kalau dia ngajak main lagi, Rion pura-pura nggak denger, nanti dia bosen sendiri," ucap Ridho.
Sedangkan Reva udah pasti was-was karena setelah melahirkan Rion dia sama sekali nggak bisa melihat makhluk halus. Jadi hanya Ridho yang bisa melatih Rion untuk mengontrol ekspresinya ketika mendengaran dan melihat makhluk halus.
Kembali pada Rion, sekarang dia sudah di depan gerbang rumahnya. Namun tulang belulangnya serasa lemas karena melihat maminya sedang berdiri di depan pintu.
"Yassalaaaam, balik lagi ah!" Rion yang mau puter balik nggak jadi setelah mendengar sebuah teriakan.
"Rioooooooooooon....?!!!" mami Reva teriak menyakitkan gendang telinga Rion maupun penghuni bumi lainnya.
Dan sekarang mau nggak mau, Rion harus menghadapi maminya yang sudah melancarkan sinar X nya. Papi Ridho yang mendengar istrinya teriak langsung keluar.
"Ada apa, Sayaaaaaaaang? kok kamu nyanyi sih malem-malem?" tanya Ridho pada istrinya.
"Sejak kapan teriak gini kamu bilang nyanyiiii, Kangmaaaaaass!" mami Reva kesel sendiri.
"Tuh liat anak kamu!" ucap mami Reva.
"Rion emang kenapa Rion, masih ganteng seperti biasanya, kok..." papi Ridho sekilas melihat anaknya yang berdiri mematung dengan kedua tangannya pegang stang motor.
Sedangkan Rion yang melihat kedua orangtuanya berada di luar, nyalinya ciut.
"Rion masuk!" suruh papi.
Rion membuang nafasnya perlahan, entah apa yang akan terjadi, ini sungguh di luar ekapektasi.
Rion mendorong motornya masuk ke dalam gerbang. Dia memarkirkan motornya masuk ke dalam garasi yang super gede.
Setelah itu dia masuk lewat samping, sedangkan maminya udah merepet kemana-mana. Rion denger pintu depan ditutup.
Buru-buru dia naik ke atas, menuju kamarnya. Tapi langkahnya harus berhenti ketika suara mami Reva kedengeran manggil namanya.
"Rion, ikut mami!" Reva menunjuk bola matanya dengan jari telunjuk dan jari tengah, kemudian mengarahkan kedua jarinya itu pada Rion, seakan berkata 'kita bicara sekarang!', dan Rion mengikuti titahnya.
Sekarang mereka berdua duduk di meja makan. Mami Reva berhadapan dengan anaknya yang sudah beranjak dewasa. Sedangkan papi Ridho, dia menaruh dua gelas berbentuk kotak berisi es batu, kemudian mengucurkan soda berwarna cokelat, nggak usah sebut merek kita nggak diendors.
Papi Ridho bak pelayan yang sedang menjamu tamunya.
Tanpa melihat, mami Reva langsung menenggak minuman itu dalam sekali tegukan. Dan setelah dirasa, dia merepet lagi.
"Paaaaaapiiiiiiiiiiii........?!!!!! ini kan kalorinya segambreng!!!"
"Salah lagiii..." batin papi Ridho.
Rion yang melihat itu pengen ketawa atas penderitaan papi nya, tapi nggak jadi setelah mendapat tatapan mematikan dari mami.
Papi Ridho balikin lagi botol soda ke dalam kulkas. Lebih baik dia duduk aja di samping istrinya.
"Darimana saja kamu, Rion?" tanya mami pada anaknya.
"Jangan bohong!" lanjutnya seakan tau apa yang ada dipikiran Rion.
"Udah deh, Mam! kasian, Rion pasti capek, besok lagi kita obrolin. Udah malem nggak baik tereak-tereak, nanti dikira ada KDRT di rumah ini," ucap papi.
"Papi tuh selaluuuu aja deh belain Rion! mentang-mentang mukanya plek ketiplek muka papi, iya?"
"Bukan gitu, Mam! Papi yakin Rion pulang malam ada alasannya, dia nggak mungkin berbuat yang aneh-aneh," ucap Ridho.
"Betul itu, Mam!" ucap Rion membenarkan ucapan sang papi.
"Diem kamu Rion!" Reva melihat Rion dengan pancaran sinar XXXX.
Papi Ridho ngelus punggung istrinya, dia minta Reva untuk sedikit menahan emosi.
"Udah malem, kita lebih baik tidur..." ucap Ridho menyudahi sidang malam ini.
"Ayo, Sayang..." Ridho membujuk istrinya untuk kembali ke kamar.
Mami Reva pun bangkit dari kursinya dan mengikuti sang suami, tapi kemudian dia nengok ke arah Rion.
"Ngesot kamu sampai ke kamar!" suruh mami Reva.
Dan Rion pantang untuk membantah, dia beneran naik ke kamarnya dengan cara ngesot.
"Gini amat hukumannya!" Rion ngedumel.
Sampai di kamar, Rion akhirnya bisa bangun dan berdiri selayaknya manusia.
Kamar Rion gelap,dan ketika dia akan menyalakan lampu ada yang menatik perhatiannya.
Sekilas dia melihat cahaya berwarna biru yang membentuk yang gerakan seperti bintang jatuh di balik tirai putih yang ada di jendela.
Rion langsung membuka tirainya, dan cahaya itu hilang begitu saja.
"Cahaya apa tadi?" gumam Rion dia menutup lagi tirainya dan menyalakan lampu.
.
.
.
Besok paginya semua susah berkumpul di meja makan.
Tapi nggak tau kena ajian apa, mami Reva sangat berbinar.
"Diapain itu sama papi? bisa sumringah begitu?" batin Rion, dia narik kursi dan bergabung untuk menikmati sarapan.
Di rumah ini ada asisten rumah tangga, tapi untuk makanan papi Ridho chef utama di rumah ini.
"Pagi, semuanya..." ucap Rion.
"Rion, papi masak sop iga kesukaan kamu..." ucap mami.
"Hem, iya Mam..." Rion menyahut dengan melirik papihnya.
Tatapan papi menyiratkan bahwa dia sudah menanganinya dengan baik, Rion pun merasakan dadanya plong karena selamat dari omelan mami pagi ini.
Thalita belum keliatan mungkin dia masih di kamar.
"Telolet kemana, Mam? masih dikamar?" tanya Rion.
"Iya, katanya perutnya lagi nggak enak. Dia lagi istirahat,"
"Oh ya, besok papi ada perjalanan bisnis ke Jepang, ada masalah perijinan untuk restoran yang akan kita buka disana," ucap papi Ridho.
"Ini minta ijin atau ngajak?" tanya mami Reva.
"Bisa jadi keduanya,"
"Kok mendadak?" tanya mami Reva.
"Namanya juga ada kendala, kalau udah direncanain namanya liburan!" sahut papi.
"Kalau nggak papi kesana sendirian, tapi pulangnya nggak tentu ya, bisa satu atau dua minggu. Ada hal lain yang mau dikerjain juga,"
"Kenapa nggak suruh orang lain aja?"
"Karena ini mimpi papi, Mam! Punya restoran di luar negeri, dengan resep andalan papi! Jadi papi mau mastiin design sampai furniturenya sesuai dengan keinginan papi!" ucap Ridho.
"Mami yakin ngelepas papi sendirian ke luar negeri? aku nggak mau loh, Mam pulang-pulang dapet mami baru!" Rion komporin maminya.
"Nggak, nggak bisa! pokoknya mami harus ikut!" mami Reva dengan wajah khawatirnya.
"Kenaaa, deh!" batin Rion senang. Dan kali ini rencananya naik gunung bisa terealisasi secepatnya, karena mami papinya nggak ada di rumah.
"Gue harus adain rapat secepatnya," batin Rion gembira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
Reva cemburu an
2023-12-18
0
Zuhril Witanto
ya Allah...😂😂😂😂🤭
2023-12-18
0
Zuhril Witanto
😂😂😂
2023-12-18
0