Pagi harinya...
Tok!
Tok!
Tok!
Arion mendengar ketukan pintu yang lama kelamaan berubah jadi gedoran yang nggak beraturan.
Brakkkk!
Braaaakkk!
"Aaiiisshhh! siaapaaa siiih? nggak tau apa aku masih ngantuk!"
Braaaakkk!
Braaakkkk!
"Manusia apa setan sih! gedor pintu nggak pakai perasaan banget!" Rion bangun dari tempat tidurnya, dengan muka bantal namun tetap tamvan.
Dia berjalan ngebukain pintu.
"Baaaaaaang Riooooooon!!!" teriak seorang gadis.
Si gadis nyerosol masuk di tengah Rion yang masih belum sepenuhnya sadar.
"Woooy!!" Arion berbalik, berniat mengusir keluar perempuan yang seenak jidatnya masuk ke kamarnya.
"Heh, siapa yang nyuruh duduk di tempat tidur gue, hem?" Arion menyuruh sepupunya untuk keluar.
Ya, gadis yang sedang duduk di pinggir ranjang Arion itu Thalita, anak dari tante Ravel. Sedangkan tante Ravel merupakan adik dari maminya.
"Weeh, empuk seperti biasa!" Thalita mengecek tingkat keempukan ranjang milik Arion, sepupunya.
"Heh, telolet. Cepetan keluar! gue mau tidur!" usir Rion, tapi gadis menyebalkan ini malah memperhatikan keadaan kamar Rion yang super rapi.
"Lagian pagi-pagi udah nongol disini, jangan-jangan lu punya ilmu kebatinan ya? ayam aja belum berkokok, tapi lu udah menclok di rumah orang? dah, dah, sana keluar!" Rion menarik sedikit tangan Thalita
"Tanteeeeeeee! aku diusir kak Riooooon!" teriak Thalitha.
"Tante, tantee, mami lagi pulang kampung! jangan tereak, lu pikir ini gua? dah sana keluar, gue masih ngantuk!" ucap Rion yang udah nggak bisa mentolerir rasa kantuknya.
"Ada apa sih? bukannya sholat subuh! di rumah malah berisik!" ucap seorang wanita.
"Udah deh, lolet! nggak usah nyetel rekaman suara emak gue! nggak mempan sekarang! dah sana, segera keluar dari kamar pangeran Arion!" ucap Rion dengan menunjukkan wibawanya.
Dikira dia lagi main lawak jaman kerajaan kali.
"Rioooon!" panggil wanita itu lagi. Arion nggak tau aja, dibelakangnya kini seorang wanita yang beberapa saat lalu dia sebut emak. Panggilan yang sangat dibenci Reva.
"Telolet! gue kan udah bilang kalau---"
"Kalau apa, hah? pagi-pagi bukannya sholat malah ribut sama sepupu sendiri!" Mami Reva menarik rambut Rion yang dekat dengan telinga.
"Loh, Ma-miii? bukannya Mami lagi di rumah nenek? kok udah pulang ajah?" Rion berusaha
"Kenapa emangnya? kamu nggak suka mami pulang cepet? atau kamu pengennya mammi nggak di rumah? iya?" mami Reva merepet kemana-mana.
Dia melepaskan tangan dari kuping Rion yang kini berwarna merah.
Sekarang mami ngeruwes bibir anaknya, "Awas aja bilang emak lagi!" ucap mami Reva.
Jadi bukan hanya kuping Rion yang merah, tapi bibirnya juga ikutan merah setelah mendapat jurus kruwes andalan maminya.
"Nenek lagi pengen nginep di rumah tante Ravel," ucap mami Reva setelah melepaskan tangannya dari bibir sang anak.
"Jadi mami abis nganterin nenek ke rumah tante Ravel?" tanya Rion.
Maminya ngangguk.
"Terus abis dari sana mami dikintilin setan kecil ini sampe kesini, iya?" kata Arion nunjuk Thalita
"Tanteeee, masa aku dibilang setan sama dia..." Thalita ngadu.
"Rioooon!" mami Reva melancarkan sinar X dimatanya, sinar yang papi Ridho aja nggak akan mampu melawannya.
"Kalau setan kecil ini disini terus yang ada aku nggak bisa mandi nggak bisa sholat!" ucap Rion.
"Thalita, ikut Tante ke bawah! kita siapin sarapan," ucap mami Reva.
Dan dengan mulut manyun, Thalita keluar kamar tuh, ngelewatin Rion.
Dan sebelum Rion nutup pintu dia bilang gini ke maminya, "Tolong jangan coba-coba masak ya, Mam! kita semua masih pengen hidup!" ucap Rion, dengan segera menutup.
"Dasar anak nakal!" mami Reva teriakan.
.
.
.
Dan setelah matahari mulai bersinar terang benderang, Rion keluar dari tempat hibernasinya dan bergabung dengan keluarganya untuk sarapan bersama.
"Sarapan, Rion!" seru papi Ridho.
"Nggak usah ditawarin, Pah! katanya dia masih pengen hidup!" mami Reva ngambekan.
"Ck, Riooon! kamu itu kalau ngomong suka bener ya!"
"Oh jadi gitu?" Mami Reva naikin suaranya satu oktaf.
"Nggak, Mam nggakkk! papi akan makan apapun yang mami masak, walupun telor ceplok suka ada pait-paitnya dikit, tapi itu bagus kan? buat ngetes lidah papih masih bagus apa udah konslet?" papi Ridho ngeles aja kayak bajaj.
'Duduk Rion, ini papi yang masak' papi ngomong tanpa bersuara.
Rion ngangguk, dia narik kursi dan mulai mengambil nasi goreng daging yang papa Ridho masak.
"Rion? kapan terakhir kamu cukuran?" tanya mami Reva tiba-tiba.
"Lupa!"
"Besok potong! udah gondrong kayak gitu. Liat tuh papa kamu, rambutnya rapi..." kata mami Reva.
"Dia mau nyimpen kutu di rambutnya kali, Tan?" Thalita menimpali.
"Heeeyyyy telolet, ini obrolan keluarga intii, kamu itu nggak termasuk!" Rion menyambar ucapan Thalita.
"Riooon!" mami Reva naikin suaranya.
"Udah, Mam! kita sarapan dulu yang tenang! jangan ada yang merepet di antara kita!" papi Ridho menengahi.
Sontak Rion ngajak tos sang papi.
Reva cuma bisa nahan kesel ngeliat dua laki-laki dewasa yang kelakuannya tambah nyebelin.
"Oh ya, mulai besok Thalita pindah kampus!" kata mami disela makannya.
"Yang jelas bukan di kampusnya Rion kan?" Rion masukin nasi goreng kesukaannya. Baginya masakan papi itu masakan surga, laziz tiada tara.
"Nah itu..." mami Reva meneguk teh hangatnya, dia seret pengen minum.
"Alhamdulillah..." Rion mengelus dadanya, tertawa senang riang dan gembira.
"Mami udah daftarin dia di kampus kamu dan mulai hari ini Thalita tinggal di rumah kita,"
"Loh kok gitu? kenapa juga dia harus tinggal disini?" Rion nggak suka.
"Ya gitu. Lagian bagus kan? kalian ini kan saudara, harus saling melindungi. Dan kalau sekampus sama kamu kan, bisa sekalian berangkat bareng? ngirit ongkos, karena tante Ravel nggak bawain dia mobil," lanjut mami Revaa.
"Maaaammmmmmmmmm!!" teriak Rion kesyel kesyel kesyeeeeel.
"No debat, Rion!" ucap mami Reva enteng.
Sedangkan papi Ridho pura-pura nggak denger kalau Rion minta tolong dengan cara kode-kodean.
Setelah sarapan, Rion yang masih menjadi mahasiswa semester 6 pun cenat-cenut perkara adik sepupunya yang mendadak pindah kampus.
Di dalam mobil Rion gelisah.
"Kenapaaa juga tuh bocah pake pindah kampus segala sih!!!!! Huhhhhh, alamaaaat nyusahin dan bikin masalaaah,"
Thalita yang hanya terpaut beberapa bulan kelahirannya dengan Rion masih semester 4, itu karena dia kelamaan di TK.
Thalita sempet mogok sekolah karena dia passionnya di permainan anak, dan itu sukses membuat mamanya kelimpungan.
Kata Reva, itu karma akibat dulu Ravel suka ngeledekin dia pas bikin nama. Akhirnya dia diganjar sendiri sama anaknya. Syukuriiiin, kata mami Reva ceunah.
Rion datang dengan muka yang kusut, walaupun sekusut-kusutnya tetep aja gantengnya nggak akan luntur.
Dia memarkirkan mobilnya di kampus. Rion yang introvert memilih jurusan arsitektur karena dari kecil Rion paling demen main lego dan dia akan membentuk bangunan-bangunan.
Rion bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain permainan bongkar pasang itu.
Dan ketika dia keluar dari dari mobilnya, dia melihat satu sosok wanita yang kemarin dikenalkan Adam padanya.
"Loren?" satu alis Rion naik melihat tingkah aneh gadis cantik itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
apa Loren sama kayak Rion..bisa liat yang gaib
2023-12-18
0
Zuhril Witanto
ngapain juga lama di TK...di sayang guru?
2023-12-18
0
Zuhril Witanto
dari dulu tetep gak bisa...malah bikin orang sekarat 🤭
2023-12-18
0