Otot-otot tangan Rion tercetak jelas saat dia mulai memanjat. Satu pijakan demi pijakan dia lalui dengan mudah, jauh meninggalkan Eza yang masih di bawahnya.
"Mana? yang katanya mau menang lawan gue, hah?" teriak Rion pada Eza.
"Jangan banyak ba-chod lu, Yon?! gue yakin tadi lu nyuri start duluan?!" Eza nuduh.
"Skill lu masih jauh, Zaaaa...?!"
"Heh, lu berdua lagi lomba manjat apa lagi lomba ghibah?" teriak Slamet dari bawah, dia sesekali meneguk minuman rasa kelapa.
"Diem lu, Met...!" ucap Rion dan Eza kompak.
"Kagak paham gue ama duo manusia sok jaim itu," gumam Slamet yang menilai Eza dan Rion sama-sama penganut kudu jaim di depan cewek-cewek.
Rion terus saja memanjat, menantang langit sore yang sudah berwarna oranye. Bulir keringat mulai membasahi tangan dan wajahnya.
"Yeaaaahhh?!!! Wuuuuuuuhhh...!" seru Rion saat sudah mencapai puncak, dia menghembuskan nafasnya.
Kemudian dia turun dengan bantuan sling yang membelit badan kekarnya. Yang bikin ciwik-ciwik pada jejeritan dibuatnya.
"Butuh bantuan, Za?" ledek Rion saat berpapasan dengan Eza di satu garis lurus dalam waktu sepersekian detik.
"Rese lu, Yon?!" ucap Eza yang masih berjuang buat tetap naik ke atas.
Sedangkan Rion sudah turun ke bawah dengan napas yang terengah-engah. Otot tangannya sudah mulai kuat dan terlatih dengan baik.
Tiba-tiba Adam datang dengan seorang perempuan, yang sepertinya belum pernah Rion liat sebelumnya.
"Kenalin, sepupu gue. Namanya Lorenza..." ucap Adam
"Lorenza apanya Esperanza, Dam?" celetuk Eza.
"Zaa..." Adam memperingatkan.
"Sorry, sorry ... canda ya, Ren?" ucap Eza.
Hanya saja perempuan yang bersama Adam itu hanya memamerkan senyuman tipis.
"Oh ya, ini Arion temen Abang. Panggilannya Rion. Dia ketua Manusia Pecinta Alam, Mapala di kampus ini," ucap Adam mengenalkan Rion pada Loren.
"Rion," Rion mengulurkan tangannya
"Loren..." gadis itu menjabat tangan Rion sekilas kemudian melepaskannya.
"Oh ya, adik gue mau nyobain manjat, lu ajarin ya? tangan gue lagi sakit nih," ucap Adam.
"Loh, Bang---"
"Udah, nggak apa-apa. Rion paling jago loh manjatnya, gue yakin lu pasti lebih cepet bisanya kalau diajarin sama dia..."
"Udah tenang aja, dia orangnya nggak modusan kok. Kecuali kalau kamu diajarin Eza, baru tuh harus waspada," ucap Adam.
"Rese lu, Dam!" Eza tidak terima. Sedangkan dua temannya malah ngetawain, kecuali Rion. Rion hanya senyum sekilas, dia melihat Lorenza dengan tatapan yang dalam. Ada sesuatu yang membuat Rion rasanya nggak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu.
"Rion, titip Loren..." ucap Adam, memutus pandangan Rion pada Loren.
"Oke," sahut Rion.
"Bang ... Bang Adaaam...?!" Loren manggil kakak sepupunya.
"Udah nggak apa-apa. Tenang aja, pasti langsung bisa...?!" Adam bergabung dengan Eza dan Slamet yang lagi minum sambil ngeliat dua manusia yang canggung.
"Ck, harusnya gue aja yang ngajarin sepupu lu, Daam...!" ucap Eza.
"Berisik lu, Za! nggak tau tangan gue lagi nyut-nyutan, apa!" ucap Adam mijitin lengan dengan otot bisep yang ulalaaaaa.
Sementara Rion sedang menjelaskan bagaimana cara memanjat wall climbing yang ada di hadapan mereka.
"Kalau nggak kuat jangan dipaksain, turun aja pelan-pelan," ucap Rion yang lagi bantuin buat pasangin tali pengaman di badan Loren.
"Udah kuat! sekarang kamu bisa mulai naik," ucap Rion ketika memastikan tali yang mengikat badan gadis yang disampingnya ini udah beneran kuat. Loren mendongak ke atas, melihat dinding yang menjulang tinggi.
"Aman kok!" ucap Rion datar, seakan menepis kekhawatiran di wajah Loren.
Gadis itu mulai mengikat rambut panjangnya dan sekilas menengok ke arah kakak sepupunya, Adam. Pria itu mengangkat jempol tangan kanannya sebagai bentuk dukungan untuk Loren. Rion menyuruh Loren untuk stretching dulu, biar nggak kecetit katanya.
"Udah?" tanya Rion.
"Ya..." sahut Loren singkat.
Rion memberikan serbuk putih, "Lumuri telapak tanganmu supaya nggak licin,"
Loren pun melakukan apa yang disuruh Rion. Sementara pria itu juga mulai mengikatkan tali pengaman di badannya. Bagaimanapun keselamatan yang paling penting.
"Yuk, kita mulai..." ajak Rion. Loren hanya diam mengikuti setiap instruksi yang diberikan lelaki dengan garis rahang yang tegas dan rambut yang dikucir ke belakang.
"Pijak batu yang paling dekat dengan kaki," ucap Rion, dia mulai mengajari bagaimana caranya memanjat.
"Akh!" Loren mulai perlahan memijakkan kakinya.
Nggak usah terburu-buru," ucap Rion yang mulai memanjat dengan perlahan, menunggu Loren menyusulnya.
Gadia itu nampak mulai berkeringat, celana stretch dan juga kaos lengan pendek membuatnya mudah melakukan panjat memanjat. Tapi mungkin karena baru pemula, Loren merasakan kakinya kram.
"Kenapa?" tanya Rion yang melihat Loren kesakitan.
"Kram!" sahut Loren.
"Jangan panik;" Rion segera meraih pinggang Loren dan membawanya turun bersamanya.
Pandangan mereka bertemu beberapa detik, dan terputus saat suara Adam terdengar begitu khawatir pada adiknya.
"Ren? kenapa, Ren?" teriak Adam yang kemudian menghampiri Rion dan Loren.
"Aawkkh!" pekik Loren saat berhasil turun dengan sempurna.
"Sakit banget?" tanya Rion.
"Lumayan," jawab gadis itu. Rion membantu Loren membuka kaitan tali di badannya.
"Kenapa adek gue, Rion?" tanya Adam.
"Cuma kram, Dam...!" ucap Rion yang menyuruh Loren duduk.
"Lurusin dulu kakinya," ucap Rion pada Loren.
Setelah Loren duduk, barulah Adam memberi pijatan di sekitar tungkai dan betis adiknya. Sedangkan Rion melepaskan tali yang membelit badannya.
"Kenapa sampe kram sih, Ren? udah streching kan?" tanya Adam.
"Udah, Bang! tadi, awwkkh!" pekik Loren saat dia merasakan ototnya ketarik.
"Kenape sepupu lu, Dam?" Eza dan Slamet menghampiri.
"Kram doang!" ucap Adam.
"Udah, Bang. Udah nggak sakit kok!" kata Loren.
"Udah lurusin dulu kakinya, biar ototnya nggak tegang," ucap Adam
"Kan harusnya dek Loren belajarnya sama bang Eza," ucap Eza sok imut, padahal amit-amit.
"Yeeeuuuh! adik sepupu temen sendiri mau diembat juga!" Slamet ngegeplak pundak Ezaaa.
"Yang kamu lakukan itu jahaaaaad, Slameeet!" Eza memeluk dirinya sendiri, yang lain gumoh.
"Sumpeh gue ilfeel banget sama nih orang, dikarungin terus bawa ke pasar bisa nggak, Yon?" celetuk Slamet.
"Halah lu berdua tuh sama aja, disini cuma gue yang otaknya rada beneran dikit," sambung Adam.
Loren merasa kakinya sudah membaik, dan dia berdiri di bantu oleh Adam.
"Adek lu istirahat dulu aja, besok-besok lagi kalau mau latian manjat," ucap Rion sebelum meninggalkan teman-temannya itu.
"Zaaa, beresin ya!" seru Rion.
"Riooon, besok lu ajarin adek gue lagi yaaaak?!" teriak Adam.
Rion cuma ngangkat tangannya dan mengacungkan jempolnya yang berarti 'iya'.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
😂😂😂
2023-12-18
0
Zuhril Witanto
untung gak loreng🤭
2023-12-18
0
EL SHADAY
manjat gak pake belayer kak? 🤔
2023-01-11
0