Sekarang Rion berada di kamarnya, rebahan di sebuah ranjang empuk dan selimut super anget.
Dia yang tadinya rebahan kini mengubah posisinya menjadi setengah duduk, mengganjal punggungnya dengan bantal.
Dia menyentuh liontin yang sudah diberi tali kalung berwarna hitam.
"Apa iya gue harus ngebatalin rencana besok pagi?" gumamnya.
Seketika Rion teringat kejadian tadi siang saat di dalam mobil. Saat Loren meminta liontin pedang dan memasangkannya pada sebuah kalung.
Gadis itu memakaikan kalung liontin pedang pada Rion, "Jika sesuatu terjadi, gunakan pedang ini untuk melindungimu," Lorenza menatap Rion dalam.
"Kenapa raja iblis menginginkan kita berdua?"
"Bukan hanya kita tapi orang yang terlahir dengan alma pura atau jiwa yang murni. Tentu dia membutuhkan itu untuk menguasai dunia ini, Rion..." jelas Lorenza.
Lorenza nampak memalingkan pandangannya, namun dengan lembut Rion Rion menyentuh wajah Loren dan membuat gadis itu menatapnya.
Rion yang pada dasarnya cuek dan nggak suka dengan perempuan yang cengeng, mendadak begitu perhatian dengan Loren.
"Sorry..." Loren mengatakan itu ketika beberapa tetes air mata membasahi pipinya.
"Nggak tau kenapa membahas ini bikin ku inget sama ibu," lanjutnya.
Mungkin karena terbawa suasana, ditambah hujan yang nggak juga berhenti padahal udah disedot sama pedangnya Rion, membuat Rion menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
Nggak ada tangisan meraung-raung, Loren hanya diam. Membiarkan air matanya keluar dengan sendirinya.
"Sebenernya gue penasaran kenapa dia bisa tau kalau gue salah satu orang yang terpilih dengan semua keistimewaaan ini, tapi kayaknya sekarang bukan waktu yang tepat buat nanyain itu sama Loren," batin Rion.
Loren menjarak tubuhnya, otak dan batin Rion sekarang beneran nggak bisa diajak kompromi. Itu congor titisan papi Ridho maen nyerobot aja, gitu nyosor. Yeuuuh, si Riooon, mentang-mentang ujan gede dan suasana sendu-sendu mendukung langsung sat set sat set ajah, tumaaan yak tumaaaan kata mami Reva ceunah.
Dan sekarang kalau Rion inget, dia malu nggak ketulungan. Keliatan nggragas banget padahal kan dulu nggak gitu, boro-boro nggragas, yang ada dia jaim sama tuh cewek-cewek yang kalau disenyumin aja mereka nggak bakal bisa tidur tuh semalem suntuk.
Rion yang tadi sempet pikirannya melayang-layang kejadian tadi siang sama Loren akhirnya cuma bisa geleng-geleng.
"Kok gue jadi gini, sih?! udah nggak benerrr deh!" Rion ngeplak congornya sendiri.
Daripada inget-inget kejadian yang bikin dia malu ketemu sama Loren, mending dia nelpon si Mova buat ngebatalin semua agenda besok. Dia inget lagi kalau Loren memperingatkan kalau untuk saat ini mending Rion nggak usah pergi-pergi duly, karena dia punya firasat nggak enak tentang Rion.
"Si Mova lama amaaat!" gumam Rion.
Dan setelah beberapa kali percobaan akhirnya panggilan telepinnya diangkat.
"Halo, sorry Rion, gue tadi abis beli makan. Hape gue ketinggalan---"
Rion motorng ucapan Mova, "Mov, besok acara dibatalin. Ntar gue schedule ulang acara keakrabannya!"
"Kok gitu? udah fix semua loh, Rion? maksudnya ... ehm, persiapan kita udah 100 persen. Anak-anak yang lain pasti kecewa kalau dibatalin gitu aja," Mova yang denger Rion mau ngebatalin acara mendaki besok auto merepet dia. Ya gimana, dia udah pontang panting nyiapin acara, dan udah ngebayangin 2x24 jam bisa ngeliat muka gantengnya Rion bakal pupus seketika.
Pokoknya Mova keukeuh, "Lu emang ketuanya, Rion. Tapi lu nggak bisa mutusin buat ngebatalin acara seenaknya kayak gitu, pikirin juga temen-temen yang lain, yang udah antusias buat acara besok,"
"Ya..." Rion main tutup telepon gitu aja. Kuping dia udah pengeng denger si Mova nyerocos mulu daritadi
Disisi lain, Mova kesenengan tuh. Akhirnya Rion iya iya bae, besok lanjut rencana naik-naik ke puncak gunung. Meskipun awalnya tadi dia sempet kaget, kenapa dia main batalin gitu aja.
"Bodo amatlah, yang penting besok gue bisa bareng Rion terus!" Mova lanjut rebahan dan masang masker wajah, biar besok wajahnya fresh ketemu sama Rion.
Rion yang masih mode mager di kamarnya mendadak nggak ada selera buat makan. Dia masih mikirin ucapan Loren, tapi dia nggak bisa buat mundur dari acara. Lah dia yang udah nentuin waktu dan tujuan, lah dia sendiri yang nggak ikut, kan aneh jadinya.
"Gue kan udah punya kekuatan super, jadi udahlah gaskeun aja! toh cuma 2 hari ini," Rion bergumam sendiri.
Lantas laki-laki yang sudah menginjak usia 21 tahun itu, mulai menyiapkan kebutuhannya buat mendaki selama 2 hari.
Dia turun ke lantai bawah buat ngambil minuman sachet atau sosis pedas kesukaannya yang baru distok kemarin, atau makanan apapun yang bisa dibawa buat ganjal perut.
Dan lagi gratakan kayak gini di dalem kulkas, tiba-tiba ada suara yang ngagetin dia.
"Lagi ngapain?" suara Telolet.
Brukkkk!
"Astagaaaaa, lu bisa nggak sih kalau nggak ngagetin orang?" Rion kesel
"Bang Rion aja yang kagetan! orang guweh biasa aja kok!" Thalita ngeliatin barang apa aja yang diambil Rion.
"Mau mukbang?" Thalitha menunjuk 10 bungkus sosis dengan rasa pedas.
"Bukan urusan lu!"
"Besok jam berapa, biar guweh nggak ketinggalan?"
"Besok kampus libur," jawab Rion singkat. Dia beralih ke laci tempat penyimpanan segala macam minuman siap seduh.
"Siapa bilang guweh mau ke kampus? kan besok guweh diajak bang Eza buat ikut mendaki gunung!" ucap Telolet yang membuat lutut Rion mendadak lemes seketika.
"Nggak boleh! lu tuh nggak boleh mendaki, bahaya!" Rion ke meja makan dengan membawa beberapa sachet coffee instant kesukaannya.
"Bahaya? kan ada bang Rion," ucap Thalita enteng.
"Gue bukan baby sitter lu, Telolet!" Rion ngegas.
"Stop panggil guweh Telolet! guweh nggak suka," Thalita ngambil satu sosis, dan makan gitu aja.
"Guweh ikut atau om dan tante bakal tau ini semua? pilih yang mana, hem?" Telolet ngancem, dia kelabakan nyari minum di dalem kulkas.
Glek!
Glek!
Thalita ngambil air mineral dingin, dan meneguknya .
"Oooh, jadi lu ngancem gue, iya?" Rion nggak bisa lagi nahan emosi.
"Guweh nggak ngancem, tapi guweh kasih penawaran! Guweh juga bete lah, sabtu minggu di rumah cuma berdua sama mbak Rina!" Thalita alasan aja, dia ngusap mulutnya dengan punggung tangan.
"Ya itu urusan lu bukan urusan gue! kenapa jadi gue yang direcokin?" Rion tambah kesel banget sama sepupunya ini.
"Pokoknya guweh ikut, atau guweh telpon tante Reva aja ya? pasti tante Reva kaget kalau anaknya berani naik gunung tanpa ijin dulu sama dia. Dan wuuuzzzz tante Reva pasti langsung pesen tiket pesawat dan---"
"Brisik lu!" Rion membawa semua barang yang dibutuhkannya dan naik ke kamarnya.
"Bang-ke emang si Eza!" batin Rion yang kesal karena Eza yang ngajakin Thalita ikutan naik gunung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
si Eza emang bikin emosi
2023-12-19
0
Zuhril Witanto
Rion dadi gragas...
2023-12-19
0
Euis Yohana
kenapa ga di kasih tau si Eza nya atuh kan waktu di kampus dah keliatn gelagat ci Eza kaya gimana ,,bukannya di jelasin atuh ion ...
2023-02-11
0