"Ngapain dia?" Rion menyentuh dagunya dengan ibu jarinya, sedangkan satu tangannya dia taruh di pinggangnya yang pegel.
Rion melihat Lorenza sepertinya melihat-lihat mobil, dia kemudian menyentuhnya dan dia seperti sedang mencari sesuatu atau ada yang aneh dengan mobil tersebut.
"Gue harus cari tau siapa dia sebenernya," Rion bergumam lirih.
Kemudian dia berjalan mendekati Lorenza.
"Mobilnya kenapa? mogok?" tanya Rion saat sudah berada di dekat Loren.
"Astaga, bikin kaget aja...!" ucap Loren, dia mengusap dadanya.
"Kenapa?" tanya Rion singkat.
"Nggak kenapa-napa, gue masuk ke kelas, dulu!" Loren segera ninggalin Rion sendirian.
Sedangkan dia berjalan cepat menuju sebuah gedung.
Rion yang juga ada kuliah pagi, segera masuk ke dalam kelasnya.
"Suntuk banget kayaknya! banyak begadang sih lu!" ucap Eza.
"Nggak osaaah ember ya, Za!" Rion memperingatkan. Dia memainkan pulpen di tangannya.
"Soal Mapala gimana? lu jadi ikut kan?" tanya Eza, Rion diem aja sibuk pikirannya ngawang.
"Jangan bilang kalau acara kali ini lu juga absen?" Eza geser kursinya deketin Rion yang lagi ogah diajak ngobrol.
"Nggak tau!" jawab Rion enteng.
"Lu ketuanya loh, Yon?!"
"Lagian siapa sih yang ngajuin gue buat jadi ketua, orang gue ikutan cuma buat iseng doang!" celetuk Rion.
Mengesampingkan Rion yang lagi merepet,
Eza yang melihat ada gadis incarannya lewat pun langsung mengeluarkan suara seperti semprit kayak kang parkir.
Priiiiwwiiiit!
"Len? malam minggu ada acara nggak?" Eza bangkit dan menghampiri Helen.
"Kalau ada kenapa kalau nggak ada kenapa?" Helen balik nanya.
"Kalau nggak ada gue mau ngajak nonton!"
"Oh kalau gitu gue ada acara, sorry!" ucap Helen, dia sekilas melirik Rion yang aedang melihat aksi Eza pedekate.
Tak!
Tok!
Tak!
Tok!
Suara sepatu bu Widya.
"Kembali ke tempat kalian! kita akan mulai kuis hari ini," ucap bu Widya dosen Fisika Bangunan.
"Yaaaaaahh, bu! kok dadakan siiih!" ucap para mahasiswa.
"Sudah, sudah, ayok kembali duduk! siapkan alat tulis kalian!" ucap bu Widya.
Selama di dalam kelas, konsentrasi Rion terganggu. Dia secepatnya menuliskan jawabannya di lembar kertas yang dibagikan supaya bisa secepatnya keluar.
Rion mengangkat tangannya!
"Ya, Rion?" tanya bu Widya.
"Saya sudah selesai..." Rion berdiri dan menyerahkan lembar jawabannya.
Sedangkan teman-teman yang lainnya melongo. Mereka saja baru menjawab setengah dari jumlah soal yang disediakan. Sedangkan Rion melenggang udah keluar dengan langkah yang ringan tanpa beban.
"Gue harus minta jurus nyonteknya! nggak setia kawan lu, Yon!" gumam Eza teman satu jurusan Rion.
.
.
.
Sedangkan Rion kembali ke parkiran mobilnya, dia mencari-cari sosok Lorenza. Tapi dia sama sekali nggak menemukannya. Ya kali aja Loren juga udah kelar kelasnya terus balik lagi kesini.
"Apa gue nanya aja ke Adam, ya?"
"Eh, nggak nggak. Ntar dikira gue ada udang dibalik bakwan! nggak, nggak. Gue harus cari tau sendiri, sebenernya dia itu siapa. Gue ngerasa ada yang nggak beres!" gumam Rion.
Laki-laki dengan rambut gondrong yang diikat ke belakang itu membawa tabung gambar yang dia cangkolin di salah satu bahunya. Dia menuju tempat walk climbing yang menjadi tempat favoritnya selama dua tahun belakangan ini.
Selain ikut extra taekwondo, Rion diam- diam mengikuti extra pecinta Alam. Hal yang sangat ditentang Reva, buatnya pengalaman ke hutan nggak ada bagus-bagusnya. Dia nggak mau Rion mengalami hal-hal yang nggak diinginkan, apalagi seringkali diberitakan banyak pendaki yang meregang nyawa saat melakukan pendakian gunung.
Rion meletakkan tasnya, sambil melihat dinding yang menjulang tinggi.
"Masalah satu belum kelar, timbul masalah lain..." gumam Rion.
Dia mencoba menelepon tante Ravel, dia berharap tuh bocah setan balik lagi ke alamnya.
"Halo, ada apa Rion?" tanya tante Ravel nggak ada basa-basinya.
"Tante, emang beneran ya? kalau si telolet, ehm maksudku Thalita mau pindah kuliah? emang kenapa sama kampusnya disana? kena gusuran apa gimana, Tan?" Rion merepet nanyain.
"Sembarangan kamu kena gusuran. Kampus elit loh itu," kata tante Ravel.
"Ekonomi sulit maksud Tante?"
"Beneran kampus bergengsi lah, Riooooon! emang kenapa? ada masalah? bukannya kata mami kamu kemarin katanya udah beres urusannya," ucap tante Ravel.
"Maksud Rion, kenapa sampai pindah? memangnya ada masalah apa di kampus yang lama?" Rion mencoba untuk sabar ngomong sama satu spesies yang sama dengan maminya.
"Biasalah, Rion! gelora anak muda. Habis putus sama pacarnya, katanya dia eneeek kalau harus satu kampus sama mantan pacarnya, baru kali ini Thalita diputusin cowok, makanya dia patah hati banget tuh. Tante nitip Thalita ya, Rion...." ucap tante Ravel.
"Bukan main masalah percintaan aja bikin ganggu hidup orang segala!" batin Rion.
"Ya udah, Tante. Rion mau ada kelas lagi, Rion tutup teleponnya..." kata Rion sopan.
Rion mengusek kepalanya sendiri frustasi, "Aaarrrrrggghhh!!! semua rencana bisa rusak kalau itu bocah bisa sampai tinggal di rumah dalam jangka waktu yang lama!"
"Tumben udah nongkrong disini?" tanya Slamet.
"Suntuk gue!"
"Kenapa lagi? cewek mana lagi yang maksa pedekate?" Slamet duduk di samping Rion.
"Ck, bukan soal cewek! lagian mana ada gue mikirin hal kayak gitu? emangnya Eza si tukang modus?!" Rion mijitin kepalanya.
"Mau adu manjat?" tantang Slamet.
"Bolehlah! daripada gabut," Rion segera bangkit menuju dinding penuh pijakan.
Baik Rion maupun Slamet sedang menggunakan tali pengaman di tubuhnya
"Bukan kepo, tapi gue pernah liat ada foto lu di restoran cepat saji yang diunggah di medsos!" celetuk Slamet.
Rion sedang memastikan talinya sudah terikat kencang, "Ya itu namanya kepo!"
"Sebenernya lu ngapain sih?"
"Lah menurut lu gue ngapain?" Rion balik bertanya.
Dia sudah yakin akan tali ini sudah terpasang dengan baik. Hanya pikirannya yang kurang fokus hari ini.
Dan sekarang Rion melumuri tangannya dengan serbuk putih, supaya tangannya ketika manjat nggak licin.
"Emang kenapa?" tanya Rion lagi.
"Elah, lu ditanya malah balik nanya!" Slamet kesel, dia iku
"Gue kerja!" sahut Rion.
Slamet menaikkan satu alisnya, "Kerja?"
"Gue udah siap," ucap Rion.
"1 ... 2 ... 3!" seru Rion.
Rion mulai memanjattt.
"Woooyyy!!! curang lu!" seru Slamet yang kini menyusul Rion untuk memanjat.
Namun di tengah kegiatan panjat memanjat itu, Rion keinget lagi sama Lorenza.
"Ah ya! guebleeeeggg, kenapa gue nggak nanya aja sama Adam, si Loren jadi nggak belajar wall climbing sama gue?!!" batin Rion.
"Bilang aja gue lagi padet jadwal, jadi biar gue atur kapan waktunya gitu ya?" lanjut Rion dalam hatinya.
Dan dengan pikiran yang arahnya pada Loren, adik sepupu dari Adam, Rion kurang hati-hati sampai akhirnya tangannya terlepas dari poin panjat.
Dan kesempatan ini nggak disia-siain Slamet, dia memanjat menyusul Rion yang menahan tubuhnya dengan satu tangan.
Namun tiba-tiba, tali yang mengikat tubuh Rion terputus...
"Aaaarghhhh!!!" pekik Rion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
aduh jatuh
2023-12-18
0
Ganuwa Gunawan
aaarrrggghh..abang sayang ajak kita jalan jalan an ......aye bosen duduk nongkrong sendirian
2023-02-08
0
Rindi ZieVanya ⍣⃝కꫝ 🎸
lah kok bisa smpe putus itu talinya 😱😱😱 sepertinya rion akan terselamatkan deh
2023-01-08
1