Lagi boker-boker di toilet si Eza nelponin Rion bae.
"Kutu kupret nih bocah! nggak tau apa perut gue lagi melilit!" umpat Rion, meniru kata-kata warisan dari emak sama bapaknya.
Dengan segala kekuatan, Rion meraih hapenya.
"Yyhyaaaak? ada apa, Zaaa?" Rion setengah menahan mules, dia duduk di pinggir ranjangnya.
"Heh? lu dimana? lu nggak masuk---'
"Gue lagi sakit!" Rion nyerobot ucapan Eza.
"Sakit pala lu?! tadi siang aja baik-baik aja kok! heh, jangan suka alasan sakit kalau lagi---"
"Berisik lu, Zaaa!" Rion ngelempar hapenya begitu aja ke atas kasur.
"Yoooon, Yonooooooooo!!!" teriak Eza.
Terlalu lama nunggu, akhirnya Eza menutup panggilan teleponnya, "Bener-bener nih orang!"
Sedangkan beberapa saat kemudian, Rion kembali dengan perasaan yang lega. Dia duduk lagi di pinggir tempat tidurnya, kemudian minum obat diare.
"Bonjrot, bonjrot dah!" Rion mengusap perutnya.
Rion dia membuka bajunya, dan tercetak jelas 6 roti sobek hasil karya panjat memanjat. Please, kaleeeaaan jangan pada ngiler, canda iler.
Melupakan soal 6 roti sobek berbagai varian rasa, sekarang Rion mengambil kaos dombrong, dan kembali rebahan. Miring kanan miring kiri, mencari posisi yang nyaman.
Nggak butuh waktu yang lama untuk Rion bisa tidur, mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.
Namun nyatanya, istirahat sesungguhnya hanya dalam angan-angan.
Dalam mimpinya, Rion sedang berada dalam sebuah pendakian yang dilakukan sekitar 5 orang.
Rion memimpin ke empat temannya, Adam, Slamet, Mova dan yang paling belakang Eza. Sebenernya sih mereka baru berjalan sekitar 2 jam, tapi langkah semakin lama semakin berat untuk menggapai puncak.
"Kita istirahaat, Yooooooon!" teriak Eza.
"Kaki nya si Mova udah gempoor!" lanjut Eza dengan ngap-ngap an.
"Heh, kok gue sih?" Mova nggak terima dia dituduh udah gempor.
"Gue cakar-cakar baru tau rasa lu Za!" lanjut Mova sesekali nengok orang paling nyebelin sedunia.
"Kalian jangan berisik bisa nggak?" Adam mulai gerah dengan sikap kedua temannya.
"Oke, kita istirahat!" seru Rion menengahi.
Dia berhenti dan melihat keadaan temen-temennya yang udah keliatan capek banget.
"Kita berhenti disini!" kata Rion.
Mereka mencari posisinya masing-masing untuk sekedar ngelurusin kaki biar tetep lempeng dan mau diatur.
"Kok gue ngerasanya kita nggak nyampe-nyampe ya?" ucap Adam setelah meneguk minumannya.
"Dari pos 2 tadi, kita udah jalan lama banget tapi nggak nemu juga pos 3 nya. Kita kesasar apa gimana, Rion?" lanjut Adam
"Kaki gue gempor!" Mova mijitin kakinya.
"Nah kannnn gempoor! emang suka nggak mau ngaku lu!" Eza nyautin aja.
"Za, mulut lu gue sumpel pakai kaos kaki kalau ngajak ribut si Mova mulu!" Slamet yang dari tadi diem, jadi gedeg juga.
"Kita lagi di hutan, kalian jangan aneh-aneh!" Rion memperingatkan.
Kini Rion melihat langit kian meredup, semburat jingga menjadi tanda bahwa malam segera mengambil posisinya.
"Kita cari tempat buat bangun tenda, sambil liat-liat juga, kali aja ada sumber mata air," kata Rion.
Semua setuju dan mereka pun melanjutkan pendakian yang entah kapan akan berakhir.
Setelah setengah jam mencari tempat, akhirnya mereka menemukan sebuah dataran yang bisa lah buat didirikan tenda.
"Kalian bikin tenda, gue mau liat situasi!" Rion melepaskan tas ranselnya.
"Ngemeng aja lu mau leha-leha!" Eza nyeletuk.
"Nah itu tau!" jawab Rion enteng.
"Gue ikut!" Mova yang menghampiti Rion.
"Jangan, lu disini aja!" tolak Rion.
Dia berjalan menjauh dari teman-temannya. Hawa dingin sudah terasa, menghilangkan keringat yang membasahi kening dan pelipisnya.
Setelah berjalan cukup lama, Rion menemukan sebuah pancuran atau air yang mengalir dari tanah pegunungan yang di bawahnya ada sebuah cekungan lumayan besar dan menampung air yang mengalir dari atasnya.
"Lumayan bisa buat cuci muka," kata Rion.
Saking beningnya Rion pun ingin membasuh muka dengan air itu, yang pasti dingin dan bikin seger.
Tapi baru selangkah dua langkah, Rion tiba-tiba berhenti. Dia melihat ada bayangan dan perlahan satu sosok kepala kuda berwarna hitam muncul dari dalam air. Melihatnya dengan tatapan yang tajam.
"Astagaaaaa!"
Kuda itu meringik.
Ya hanya kepalanya saja yang muncul ke permukaan.
Rion yang kaget melihat kepala hewan yang muncul dari sana pun seketika lari menuju tenda. Namun, hal yang buruk terjadi. Dia terpeleset dan terjatuh terguling.
"Aarrrrrhhhhhhh!!!" pekik Rion, dia terbangun dari mimpinya.
Rion ngos-ngosan, "Hhhhh ... hhhh..."
Keadaan gelap, Rion mencoba menyalakan lampu tidur di kamarnya.,"Ya ampun, ternyata gue cuma mimpi!"
"Hhhh ... Hhh! kok malah serem liat begituan ya?" Rion mencoba mengatur nafasnya. Seketika dia merasa kehausan, bagaikan musafir di padang pasir.
Dia mencari hapenya dan setelah dapat matanya melotot, "Jam 11 malem?"
"Gue tidur apa pingsan?" Rion ngibrit ke kamar mandi.
Dan setelah beberapa saat dia kembali dengan wajah yang lebih segar.
Dia turun ke bawah mencari makanan yang layak dimakan.
Dengan mata yang udah kebuka lebar dia buka kulkas.
"Sosis? Jelly? susu?" Rion mengambil barang yang diucapkannya.
Dan pas dia tutup pintu kulkas.
Brukkkk!
"Astaghfirllaaaaah! setaaaan!" Rion kaget karena Thalita muncul secara tiba-tiba.
"Heh! setan setan! mana ada setan secantik guweehhh!" Thalita mengibaskan rambutnya.
Dari dulu Rion nggak bisa akrab dengan Thalita, yang menurutnya nyebelin. Anak perempuan yang satu itu hobinya ngerusuhin kalau pas main ke rumah.
Pokoknya Rion paling males kalau Thalita dateng, dia lebih milih nginep di rumah om Karan supaya terhindar dari kejahilan Thalita.
Dan balik lagi pada dua spesies yang jarang akur itu.
"Bang Rion ngapain? nyolong makanan?" Thalita nuduh.
"Heh, mana ada gue nyolong? ini kan rumah gue!"
"Tapi, jelly ini, sosisss ini, itu punya guweeeeehhhhh!!!" Thalitha merebut semua makanan yang Rion ambil. Kecuali susu cokelat 1 liter rendah gula.
"Diiihhh, kalau tau punya elu juga gue ogah!" Rion narik kursi di meja makan, dia duduk dengan keselnya.
Keributan merekaemancing mbak Rina bangun.
"Den Rion? mba Thalita malam-malam ngapain di dapur?" tanya mbak Rina.
"Bawa dia ke atas, Mbaak!" suruh Rion.
Soalnya gara-gara si Telolet, dia disuruh pulang dan karena udah tanggung di rumah sementara adik sepupunya itu demamnya sudah turun, Rion dipaksa makan masakan maminya yan sungguh spektakuler itu. Jadi kesimpulannya, dia diare karena si Telolet ini, pikir Rion.
Saking emosinya, Rion main tenggak aja susu langsung dari wadahnya.
Glek!
Glek!
Glek!
Dan satu jurus geplak emak mendarat mulus di pundaknya yang kokoh itu.
Plak!
Plakk!
"Uhuuuhhkkk!" Rion terbatuk.
"Kebiasaaan yaaaaa, itu congor main minumnya langsung dari tempatnyaaaa!" Reva ngruwes mulut anaknya.
"Astaghfirllaaaaaaaaaahhhhh, Mamiiiiii!" teriak Rion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
apa itu yang dulu kejar2'reva
2023-12-19
0
Zuhril Witanto
😂😂😂😂🤭
2023-12-19
0
Ganuwa Gunawan
kaya nya itu sebuah pirasat Yon..
supaya jng naek naek ke puncak gunung deh
2023-02-08
0