Sharen terdiam, mencoba tenang agar bisa berpikir dengan matang. Tidak mungkin juga ia akan menang melawan pria jelmaan iblis itu. Daripada menghabiskan tenaganya untuk berontak, lebih baik mencari cara keluar dari jerat pria jahat itu.
"Baik-baik kamu di sini, jangan berani untuk kabur, kamu sudah aku beli dari ayahmu, ingat, atau kamu akan menerima hukuman lebih dari ini!" ancam Keanu sebelum beranjak.
Sharen tak menyahut, sejujurnya ia begitu takut di tempat yang sepi dan cukup menyeramkan.Namun, ia juga tidak akan merauang mengiba, karena pria itu tidak akan mungkin mendengar.Tempat yang cukup horor sepertinya akan menemaninya malam ini. Terlebih tepatnya tempat orang yang dikebumikan, atau peristirahatan terakhir untuk orang yang sudah meninggal.
Pria itu melangkah mundur, meninggalkan Sharen yang terdiam dengan raut wajah kuyu dan sedih. Tiba-tiba langkah Keanu terhenti, menatap sekilas dengan rasa entah. Namun, kembali meninggalkan Sharen dalam kesendirian setiap mengingat kematian adiknya. Timbul kebencian hingga membuatnya begitu tega, bahkan bengis sekalipun.
Pria itu masuk ke dalam mobil, menyisakan kepahitan di dada. Menatap Sharen yang masih terdiam di pusara Fiona. Tiba-tiba bunyi geledek menyapa bumi, langit yang sebelumnya diterangi sorot rembulan dan bintang, tertutup mendung berganti rintik gerimis.
Diam-diam pria itu sedikit tidak tenang, kembali menatapnya dalam kejauhan. Tangannya terulur hendak membuka pintu, tetapi otaknya memerintah jangan. Pria itu pun kembali duduk tenang tanpa mau tahu.
Sementara Sharen, terdiam dengan perasaan takut. Bingung, tetapi tidak mungkin juga terdiam tanpa melakukan apa pun saat raga itu masih diberi kekuatan, terlebih kesempatan.
"Fio, aku nggak tahu kenapa kamu pergi dengan keadaan begini. Persahabatan kita utuh tanpa cela, aku menyayangimu, maafkan aku bila terakhir kita bertemu telah mengubah takdir hidupmu. Tolong beri aku kekuatan, untuk menjelaskan semuanya tentang dirimu. Harusnya kamu tak pergi secepat itu kawan." Sharena menangis mengenang masa-masa pertemanan mereka.
Larut dalam kesedihan, membuatnya tak begitu peduli dengan keadaan sekitar. Walau jelas menyisakan ketakutan yang luar biasa mendalam. Gadis itu menatap sekeliling yang gelap, ditambah gerimis yang mulai turun. Semakin menambah nilai angker keadaan di sekitar.
Sharen beranjak, suasana dingin angin malam membuat tangannya memeluk dirinya sendiri. Berjalan ke gubuk pinggir makam, menepi dari derasnya hujan yang mulai turun. Takut, tetapi tidak ada pilihan juga untuk pergi mengingat hujan di depannya menghadang semakin deras. Berharap malam ini cepat berlalu, tanpa drama kehidupan yang tidak diinginkan.
Perempuan itu terkantuk-kantuk dengan rasa dingin yang menerpa tubuhnya.
Pagi-pagi perempuan itu terjaga saat seseorang berbicara di dekatnya. Terdengar begitu berisik, sontak saja langsung membuatnya terjaga kaget.
"Neng, kenapa tidur di sini?" tanya seorang pria tua sudah berada di dekatnya.
Sharen langsung terduduk, merapikan pakaiannya dengan benar. Menatap gugup pria di depannya.
"Maaf Pak, ketiduran," jawabnya sedikit bingung. Menatap sekitar yang sudah terang benderang dengan suasana pagi. Batinnya bersyukur bisa melewati satu malam yang begitu mengerikan untuk dirinya itu.
Kesempatan untuk Sharen pergi, berharap tak bertemu lagi dengan pria yang tak punya perasaan itu. Walau minus persen rasanya tidak mungkin. Mengingat ancaman yang telah dilayangkan padanya.
Sementara Keanu, terjaga dari tidur ketika matahari sudah meninggi, langsung melompat dari ranjang begitu mengingat Sharen ia tinggalkan di kuburan. Setelah semalam bahkan tidak bisa tidur tenang, dan terpaksa menyuruh orang untuk memantaunya dari kejauhan. Pagi ini, pria itu mendapati laporan kalau Sharen sudah meninggalkan tempat itu.
"Terus awasi ke mana dia pergi, aku akan menjemputnya," sahut Keanu di ujung telepon.
Pria itu bergegas menyusul, membawa kembali Sharen untuk mengikutinya. Tepat saat gadis itu tengah berjalan, mobil maybach berhenti tepat di sampingnya.
"Masuk!" titahnya dingin.
Sharen nampak pasrah melihat itu, dirinya ingin berlari. Tetapi, entah mengapa ia lelah untuk berontak pagi ini. Tubuhnya yang sedikit protes merasakan rasa tak nyaman di sana sini, sepertinya membuat gadis dua puluh tiga tahun itu sedikit demam.
Karena perempuan itu tak kunjung masuk, Keanu dengan gemas keluar, mengitari mobilnya, lalu membukakan pintu. Dengan kasar pria itu mendorong Sharen agar masuk ke dalam mobilnya.
Sharen merasakan kepalanya semakin berdenyut, ia terdiam sembari menyederkan punggungnya ke jok mobil dengan mata terpejam. Sekilas Keanu melihat dari tampilan rear vision mirror, di mana gadis itu tertidur begitu tenang. Hingga membuat pria itu sedikit jahil, mengerem mobilnya mendadak hingga membuat Sharen kaget dan terjungkal dari sana.
Benar saja, gadis itu terkesiap, terjaga kembali dengan kepala makin pusing. Keanu seakan tak peduli, kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Berhenti tepat di kediamannya.
"Turun!" titahnya galak.
Sharen pun keluar dari mobil dengan enggan, terlalu pening kepalanya seakan meledak. Mengikuti langkah Keanu hingga masuk ke dalam rumah.
Pria itu memerintahkan seseorang untuk mengantarkannya ke kamar. Seorang wanita tua yang bertugas sebagai koki di sini.
Melihat kehadiran Sharen, perempuan paruh baya itu sempat bertanya-tanya. Tuannya sangat jarang, hampir tidak pernah membawa seorang wanita pun pulang ke rumah.
Bukan hanya itu, Keanu memerintahkan asisten rumah tangganya untuk memberikan obat demam pada Sharen.
"Siapa namamu, Nona?" tanya perempuan itu lembut.
"Sharen, Ibu tinggal di sini?" tanya Sharen balik.
"Hanya bertugas memasak dan membersihkan rumah saat Tuan sedang singgah di sini. Kamu demam, minum obat terus istirahatlah!" titah Ibu itu nampak perhatian.
"Saya tidak mau, biarkan saja begini," tolak Sharena percuma juga sehat. Dia akan merasakan sulitnya hidup di tempat ini.
"Tapi Tuan menyuruhku untuk memberikan kamu obat, tolong kerja samanya, saya bisa dipecat apabila titahnya tak didapat," jelasnya terasa terancam.
"Katakan saja sudah," jawab Sharen enteng. Dia tidak bersemangat untuk sembuh. Dari pada hidup tersiksa batin dalam penyiksaan.
"Tapi Nona," sela asisten rumah tangga itu cukup bingung lantaran tak berhasil membujuknya.
Perempuan kisaran empat puluh tahun itu keluar dari kamar Sharen.
"Apa dia mau makan dan meminum obatnya?" tanya keturunan Abraham itu datar.
Ibu asisten itu terdiam bingung menjawab. Berbohong sama saja akan kehilangan pekerjaannya. Membuatnya menggeleng sebagai jawaban.
Melihat respon seperti itu, sontak membuat Keanu murka. Berjalan cepat menyusul ke kamarnya. Sharen yang tengah duduk di pinggir ranjang langsung berdiri. Menjauh dari tatapan mengintimidasi.
"Minum atau saya paksa untuk menelan semuanya!" titahnya dingin.
Sharen mendongak, membalas tatapannya yang tajam. Perempuan itu dengan kesal menyambar wadah obat lalu mengeluarkan semuanya di tangannya.
Perempuan itu menelan semuanya yang berada di tangannya tanpa sisa. Membuat Keanu mendelik garang melihat aksi nekatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
gia nasgia
Good jangan mau di intimidasi dgn kesalahan yang tidak kamu lakukan
2024-05-09
0
Ney Maniez
lawan
2024-03-20
0
Lia Bagus
bagus sharen...kalo mati kan selesai sudah semuanya
2024-01-29
0