BAB 13. Teman baru, asmara baru

Samarinda,menurutku Kota kecil yang indah. Entah mengapa Aku merasa damai berada di sini.

Kampusku tidak begitu jauh dari rumah yang Aku kontrak. Kira - kira berjarak 1 KM.

Aku punya teman serumah, namanya Vera. Kami membayar sewa secara patungan biar lebih irit.

Vera juga kuliah di kedokteran. Kami bertemu sewaktu melihat - lihat rumah kontrakan ini. Dan kami pun memutuskan untuk menyewanya bersama - sama.

Hari ini adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di kampus. Dengan bantuan Bu Nina Aku bisa langsung ikut kelas tanpa harus melapor sana - sini.

" Hey.. Darimana datangnya bidadari secantik ini? " goda salah seorang Mahasiswa senior yang sedang nongkrong bersama teman - temannya di tangga Kampus.

" Aku hafal semua wajah cantik di Kampus ini, tapi Aku baru melihatmu. Jadi kamu pasti Mahasiswi mutasi " Lanjutnya lagi.

Teman - temannya tertawa. Kecuali satu Mahasiswa yang tampaknya sangat cool. Dia melihatku sekilas saja kemudian lanjut membaca buku yang ada di tangannya.

" Eh, Mutan X - Men! Minggir Lo! " kata seorang Mahasiswi tomboy yang tiba - tiba datang. Dia menarik tanganku. Menyelamatkanku dari gangguan para Senior.

" Mereka itu para Mutan, jadi kalau kamu bertemu Mereka langsung kabur aja " katanya.

Aku mengangguk.

" Oh, iya. Namaku Dea Ananda " katanya sambil mengulurkan tangan.

Aku menyambutnya.

" Sephia. Panggil aja Phia " kataku.

Dia tertawa begitu Aku menyebutkan nama.

" Ya.. ya.. Sephia. Kamu bukan kekasih gelap siapa pun kan? " katanya lagi.

Aku menggeleng.

" Ok. Aku masuk kelas dulu. " katanya seraya pergi meninggalkanku.

" Ya.. Padahal Aku mau nanya Fakultas kedokterannya dimana? " kataku dalam hati.

" Ikut Aku " tiba - tiba ada yang berbicara padaku.

Ternyata Senior Cool yang tadi.

Tanpa di minta dua kali, Aku mengikutinya.

Dia membawaku ke sebuah gedung yang bertuliskan Fakultas Kedokteran.

" Kakak juga Mahasiswa kedokteran? " tanyaku sambil terus mengikutinya.

Eh, Dia diam aja.

Aku terus mengikutinya sampai dia membalikkan badannya.

" Ngapain kamu ikut terus! " katanya.

" Aku pikir Kakak mau nunjukin kelasnya " kataku.

" Kamu Semester berapa? " tanyanya.

" Semester satu " jawabku.

Matanya kemudian mencari - cari sesuatu atau mungkin seseorang.

" Nah, Genta! Teman Lo nih! Ajak dia ke kelas " Katanya memanggil seorang Mahasiswa yang bertubuh agak gemuk.

" Dia Kak? " tanya si Genta.

" Iya. " jawab Kakak Senior yang Cool itu.

" Ayo, follow Me! " kata Genta mengajakku.

" Makasih, Kak " ucapku.

Dia mengangguk dan pergi.

" Eh, cepat. Ntar lagi Dosen masuk " kata Genta menyuruhku cepat.

Aku berjalan cepat mengikuti langkah Genta.

Kami masuk ke ruangan yang sama persis seperti dalam bayanganku.

Aku senang bisa Kuliah.

Aku mengambil tempat duduk di depan. Di dekat Genta.

Tidak lama kemudian Dosen masuk.

Saat melihat cara Dosen ini menyampaikan materi, Aku ingat Professor di film yang berjudul Perception. Keren banget cara mengajarnya.

" Jadi Nona Cantik yang berbaju Putih, apa kamu bisa menjelaskan kembali apa yang baru saja Aku sampaikan? " tiba - tiba Dosen

bertanya padaku. Sepertinya Dia tahu Aku sedang mengaguminya.

Hah! Semua mata yang ada di dalam ruangan tertuju padaku.

Tapi bukan Sephia namanya jika tidak pintar - pintar jatuh ( entah darimana istilah itu berasal).

Dosen menatapku sejenak usai Aku melakukan perintahnya. Dia kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

" Baik. Sampai di sini dulu. " kata Pak Dosen mengakhiri kuliahnya.

" Phia..! "

Ternyata Vera.

" Teganya dirimu ninggalin Aku. Tahu nggak Aku di godain sama Senior di tangga! " Kataku

Vera tersenyum.

" Aku ada urusan tadi pagi. Maaf karna tidak memberitahumu " kata Vera.

Vera kemudian melirik ke arah Genta.

" Eh, Genta. Makin bulat aja Lo! " ujar Vera menggoda Genta.

Genta melotot ke arah Vera.

" Ya, iyalah ! Aku kan anak sehat! " katanya sambil tertawa.

Aku ikut tertawa melihat tingkah Genta.

" Eh, beli minum yuk! Lapar? " ajak Genta.

" Yang benar itu, haus! " kata Vera

" Aku? Haus? Makan aja belom, udah haus aja. " ujar Genta cekikikan.

" Dasar! " kata Vera kesal.

Kami bertiga pergi ke kantin. Di sana ramai. Kami memesan minum.

" Eh, ada Bidadari cantik lagi. " Senior yang tadi datang bersama rombongannya.

" Eh, ada Genta sama Vera juga. Kalian Dayang dan pengawalnya? " tanya Si Senior yang di sambut tawa oleh yang lain.

" Ih... Kakak nakal deh! " ujar Genta tiba- tiba berubah jadi gemulai dan bergelayut di bahu Si Senior

Senior itu langsung kabur.

" Ih, amit - amit! " Ujarnya buru - buru pergi.

Vera menatap Genta dengan ekspresi pura - pura jijik.

" Apa?! " kata Genta

" Dasar Makhluk jadi - jadian! " ujar Vera seraya mengambil minumannya.

Kami duduk di bangku yang ada di taman Kampus.

" Asal Kamu darimana, sih? " tanya Genta.

" 1 KM dari sini. " jawabku.

" Kamu lahir dimana? " tanya Genta lagi.

" Di rumah Sakit. " jawabku.

" Rumah Sakit mana? " tanyanya lagi.

" Lupa namanya? " jawabku lagi.

Baru saja Genta ingin membuka mulut untuk bertanya lagi, tiba - tiba Vera membekap mulutnya dengan kedua tangan.

" Satu pertanyaan lagi, Aku habisin Lo! " kata Vera mengancam.

Aku tersenyum melihat tingkah keduanya. Genta berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari Vera.

Tiba - tiba pandanganku menangkap sosok Senior yang cool itu sedang di kejar - kejar sama seorang Mahasiswi cantik.

Aku memperhatikan Mereka dengan seksama. Senior yang Cool itu sempat melihat ke arahku. Aku gelagapan. Dengan segera Aku melihat ke arah lain.

" Eh, Cantik! Aku perhatikan ya kalau ada Kak Didi, Kamu itu bagaikan orang yang lagi tenggelam di Sungai Mahakam. " ujar Genta.

Vera tertawa mendengar ucapan Genta.

Aku tersipu malu.

" Kamu suka sama Kak Didi? " tanya Genta.

Aku menggeleng.

" Aku beritahu ya, Kak Didi itu udah punya pacar. Dia kuliah di Australia " kata Genta menjelaskan.

" Ya, udah. Phia jadi selingkuhan Kak Didi aja " saran Vera.

Genta melempar Vera dengan sedotan.

" Tega banget sih Lo! . Teman begini nih yang perlu ikut penataran P4. " ujar Genta.

Aku dan Vera tertawa.

" Bidadari Cantik kalau lagi tertawa seakan ada badai di hatiku. " Kakak Senior yang konyol itu muncul lagi entah darimana.

Aku dan Vera kabur.

" Kak, sebelum Bidadari Cantik ini jadi Siluman Rubah, Kakak mending jauh - jauh deh dari Kami! " kata Genta sok jagoan.

Tapi setelah itu dia ikutan kabur.

" Dosen kemana ya? Kenapa nggak masuk sih? " tanya Genta kepada kami.

Kami hanya diam.

" Eh, Kamu yang namanya Phia? " tiba - tiba datanglah Mahasiswi yang tadi mengejar - ngejar Kak Didi.

" Iya, Kak. Ada apa ya Kak? " tanyaku.

" Kamu jauhin Didi ya! Kalau nggak! Liat aja ntar! " ancamnya.

Mahasiswi itu langsung pergi setelah mengancam Phia.

Aku, Vera, dan Genta tertawa.

" Ih, udah kaya' anak SMA aja " kata Genta.

Pembicaraan Kami berakhir saat Dosen muncul.

Setelah kelas berakhir, Aku pulang bersama Vera. Sedang Genta di jemput oleh sopir pribadinya.

" Genta itu anak orang kaya " ujar Vera dalam perjalanan pulang ke rumah kontrakan.

" Oh.. " ucapku.

Tidak lama kemudian Kami pun tiba di rumah.

Setelah berganti baju, Aku rebahan di tempat tidur.

Kuraih Ponsel untuk mengirim pesan ke Vio adikku.

Entah bagaimana keadaannya. Semoga dia tidak bergaul dengan teman yang salah.

Aku tertidur sampai sore. Ketika kulihat Jam di dinding sudah pukul 5. Aku bergegas mandi.

Aku mencari Vera tapi dia tidak ada. Entah kemana lagi Dia.

Aku mengambil buku dan membacanya kata demi kata. Mencoba memahami apa yang di tuliskan di sana.

Aku harus belajar yang giat agar bisa menjadi Dokter. Mengobati orang yang sakit atau sekedar meringankan beban penyakitnya jika memang sudah tidak ada kemungkinan sembuh.

Aku ingat waktu Ibu meninggal. Saat itu Aku masih kecil. Ibu mengeluh sakit kepala. Kemudian dia terjatuh tak sadarkan diri. Aku bingung dan hanya bisa menangis. Sampai Bapak pulang, ternyata Ibu sudah meninggal dunia. Ibu memiliki tumor di kepalanya.

Tanpa kusadari air mataku menetes.

Aku tersadar dari lamunanku tentang Ibu. Aku kembali membaca.

Pukul 10 malam kudengar suara motor Vera memasuki halaman.

Aku segera keluar menemuinya.

" Darimana, Ver? " tanyaku.

" Habis kerja " katanya

" Dimana? " tanyaku lagi.

" Di Big Mall " jawabnya.

" Oh.. ya udah istirahatlah " kataku.

Dia mengangguk lalu masuk ke kamarnya.

Keesokan harinya Aku berangkat ke Kampus dengan Vera. Semoga Kakak Senior konyol itu tidak ada di tangga seperti kemarin.

Dan ternyata..Memang tidak ada. Yang lagi duduk di situ adalah Si Dea ananda.

" Sephia! " panggilnya saat melihatku.

Aku dan Vera menghampirinya.

" Kapan - kapan hang out bareng yuk! " katanya.

" Anak kedokteran mana bisa hang out sama anak hukum " kata Vera.

Dea mengernyitkan dahinya.

" Koq bisa? " tanyanya heran.

" Udah hukum alam! " jawab Vera seenaknya.

" Huh!! " kata Dea dongkol.

" Udah yuk pada masuk! " ajakku.

" Kapan - kapan ya, Phi " kata Dea saat Dia akan berbelok ke gedungnya.

Aku mengangguk.

Kami berpapasan dengan Kak Didi. Dia sedang bersama Mahasiswi jutek yang kemarin.

" Eh, Kak Didi " sapa Vera.

Mahasiswi itu melotot padaku. Sedang Didi melemparkan pandangannya padaku. Aku pura - pura tidak melihatnya.

" Hai, Ver! " Kak Didi membalas sapaan Vera dan mengangguk padaku.

Kami tiba di kelas. Ternyata Dosen sudah ada. Padahal kita nggak terlambat.

" Pagi, Phia " sapa Genta saat Aku telah duduk di sampingnya.

Aku membalasnya dengan senyum.

Kelas di mulai dengan anatomi manusia.

Terasa berbeda saat SMU dulu. Suasana belajar lebih nyaman di bangku Kuliah. Setidaknya itu menurutku.

Terpopuler

Comments

VidyaN

VidyaN

Lapar ?

Mungkin yang dimaksud penulis tanda " ! "
Salah ketik ya ?

2023-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!