Bab 2

...BAB 2. KAU, AKU, DAN DIA...

Sudah seminggu Aku bersekolah di SMU 3. Tidak ada kesulitan saat beradaptasi dengan lingkungan baru. Begitu juga dengan pelajarannya. Meskipun di Sekolah lamaku Aku sering membolos, tapi sebenarnya Aku Siswa yang rajin belajar di rumah. Bahkan di Semester sebelumnya Aku ada di peringkat kedua. Bahkan seharusnya berada di peringkat pertama andai saja Aku tidak membolos saat pesantren Ramadhan saat itu.

" Mau ikut ? " Sebuah motor berhenti disisiku. Dan pemiliknya sudah tidak asing lagi. Siapa lagi kalau bukan Cowok yang bernama Piank. Kenalan pertamaku di Sekolah baru.

" Nggak usah. Udah dekat " Tolak ku. Tanpa Kuduga Cowok itu turun dari motornya dan berjalan sambil menuntun motornya.

" Kalau begitu Aku akan menemanimu berjalan sampai di Sekolah. Tidak baik seorang gadis berjalan sendiri " katanya dengan wajah yang di buat seserius mungkin.

" Ih , gombal banget nih Cowok " Batinku. Dia tersenyum. Sepertinya dia tahu isi hatiku.

" Apa senyum - senyum? Ada yang lucu? " Tanyaku sedikit kesal. Tapi bukannya menjawab, dia malah naik ke motornya lagi dan memberikan kode agar Aku ikut naik. Karna takut terlambat akhirnya Aku mau ikut dengannya.

Tiba di depan Sekolah, dia berhenti. Membiarkan Aku turun dari motornya. Kemudian dia melaju pergi tanpa kata.

Aku hanya tersenyum melihatnya. Dulu Aku pun seperti itu. Membolos Sekolah dengan berbagai alasan.

" Ih, senyum - senyum sendiri. Mulai gila? Oh, Aku tahu, pasti karna Si adik kelas itu kan? " tiba tiba Riani muncul menepuk bahuku dan menodongku dengan pertanyaan bodohnya.

" Apaan sih! " tanyaku sambil menepis tangan Riani dari bahuku. Riani tertawa. Kami pun melangkah menuju ke kelas.

"Assalamualaikum, Pak " Aku dan Riani serempak mengucapkan salam saat melihat Pak Guru sudah ada di dalam kelas.

" Wa'alaikumsalam. Masuk " Jawab Pak Guru.

Selama 2×45 menit kami belajar Fisika dan di lanjutkan 2×45 lagi dengan pelajaran Mate - matika. Resiko jadi anak IPA. Tiap hari bergelut dengan Rumus.

Dan teng... teng... Bel waktu istirahat berbunyi.

" Yuk, ke kantin " Ajak Riani begitu Pak Guru keluar dari kelas. Aku mengangguk setuju.

" Kenapa sih kita harus ke kantin luar Sekolah. Kan di dalam juga ada? " Tanyaku.

" Karna yang di dalam ramai. Nah, kalau di luar tuh nggak " Jawab Riani

Tiba di depan kantin, Aku melihat Piank dan teman - temannya sedang asyik mengobrol tanpa melihat sedikit pun kearahku.

" What? memangnya sejak kapan Aku berharap di perhatikan oleh Cowok itu " Aku tiba - tiba bertanya dalam hati saat perasaan yang aneh muncul di hatiku.

Riani menatapku. Kemudian tertawa pelan. Dia kemudian memesan makanan dan minuman kepada Bu kantin. Belum selesai makan, Aku mendengar suara motor Piank keluar dari halaman kantin. Di susul oleh suara motor teman - temannya.

" Boleh nanya nggak? " Kataku berbisik pada Riani.

" Tanya apa? " jawab Riani

" Kenapa waktu hari pertama Aku disini kamu bilang Aku nggak boleh dekat - dekat sama Piank? " Riani menatapku sejenak.

" Karna dia playboy kelas kakap. Habis manis sepah di buang "Jawab Riani penuh emosi.

" Kamu termasuk mantannya? " Tanyaku spontan karna melihat reaksi Riani. Dia menatapku tak berkedip saat mendengar pertanyaanku.

" Sialan lo! Kamu pikir Aku anggota PMP " Katanya sengit

" Hah, apa itu PMP? " Tanyaku penasaran.

" Persatuan mantan Piank " Jawabnya. Aku tertawa. Beberapa Siswa yang sedang berada di kantin menoleh ke arahku.

" Ada apa? Diantara kalian ada yang anggota PMP? " tanyaku pada para pemilik mata yang melihat ke arahku. Riani melirik ku dan memberikan kode agar Aku melanjutkan makanku.

" Kalau Kamu penasaran, ntar Aku ceritakan tentang Jia, mantannya Piank " Kata Riani dengan mimik serius.

Selesai makan, Kami pun meninggalkan kantin. Aku dan Riani sedang menuju ke kelas saat mataku tanpa sengaja melihat sosok Piank sedang berdiri di depan kelasnya. Dia melambaikan tangannya sambil tersenyum dengan gaya khasnya. Belum sempat membalas senyumnya, Riani sudah lebih dulu menarik ku ke dalam Kelas.

" Kamu mau dengar tentang Jia? " Tanpa menunggu jawabanku Riani mulai bercerita.

" Jia itu dulu teman sekelasku juga. Namun karna dia tidak tahan dengan gosip tentang dirinya, dia pindah Sekolah " Kisah Riani dengan mata menerawang.

" Gosip tentang apa? " tanyaku penasaran.

" Dia di gosip kan hamil karna waktu itu dia tiba - tiba pinsang. Dan saat di ruang UKS, ada siswa yang tanpa sengaja mendengar perkataan perawat Sekolah. Suster itu berkata bahwa Jia harus membeli testpack." lanjut Riani berbisik.

" Lalu Jia pindah kemana? " Tanyaku lagi

" Di SMU kota sebelah " Jawab Riani.

" Dulu bisa di katakan dimana ada Jia disitu ada Piank " tambah Riani

" Sampai kejadian itu. Piank sepertinya menghindari Jia. Aku sering melihatnya " kata Riani pelan

" Pokoknya kamu harus menjaga hati. Jangan sampai kamu juga patah hati kayak Jia dan yang lainnya " Nasehat Riani padaku. Aku tersenyum mendengarnya. Percakapan kami berhenti saat Ibu Guru Bahasa Indonesia masuk ke kelas kami.

Dan beberapa jam kemudian, bel tanda pulang berbunyi. Kami berebut keluar dari kelas. Tiba di gerbang, Aku dan Riani berpisah. Dia ke arah kanan dan Aku ke arah kiri. Aku bergabung dengan teman yang lain. Kami akan menunggu angkot untuk bisa pulang ke rumah.

" Phia, Aku antar pulang " Piank tiba - tiba muncul dengan motornya. Beberapa Siswi melihat ke arah kami. Dari hasil pemindaian ku mereka adalah para pengagum rahasia Piank.

" Baiklah. Rumahku dekat dari sini. Setidaknya Aku tidak perlu memberimu uang bensin " kataku sambil naik ke motor Piank. Dengan santai Piank mengendarai motornya. Seolah ingin berlama - lama di jalan. Baru akan memulai pembicaraan ketika tiba - tiba seorang gadis SMU menyebrang jalan di depan kami.

" Jia " Aku kaget saat mendengar Piank menyapa gadis itu dengan sebutan Jia. Gadis itu tersenyum kecut saat melihat kami berdua. Bisa kulihat sepintas ada guratan kecewa di kedua matanya. Benarkah apa yang di ceritakan Riani di kelas tadi? Benarkah Piank sebrengsek itu?

" Ini kost - kosanmu kan? " Suara Piank menghentakkan ku dari lamunan.

" Iya " Jawabku. Aku pun turun dari motornya.

" Apa kamu punya ponsel? " Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Aku merogoh saku rok dan memberikan HP-ku padanya. Dia memencet beberapa angka yang ternyata adalah nomor HP-nya.

" Ini " tangannya mengembalikan HP-ku. Setelah itu dia pergi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!