BAB 7. Comeback

Sudah beberapa hari ini Aku tidak melihat Piank di sekolah. Bukankah seharusnya dia ikut Mid semester? Aku ingin bertanya pada Riani tapi gengsi. Aku tidak ingin dia memberi tahu Piank bahwa Aku mencarinya.

Bahkan di kantin dia tidak pernah ada.

Ada perasaan hampa di hatiku. Juga perasaan rindu ingin bertemu. Tapi apa masih mungkin? Kejadian di Sabtu malam itu benar - benar tak terduga. Kadang aku merasa menyesal. Kenapa Aku harus pergi ke Gedung Kartini malam itu. Andai Aku menolak ajakan Sari dan tidak perlu melihat kemesraan Piank dan gadis itu. Bukankah terkadang ketidaktahuan itu menyelamatkan? Mungkin Aku tidak perlu putus dengan Piank. Mungkin semua masih akan sama seperti kemarin.

Memikirkan semua kemungkinan itu membuatku migrain.

" Ye..!!! Phia melamun " Suara Riani mengagetkanku.

" Siapa bilang melamun " Sanggahku.

Riani mengerucutkan mulutnya.

" Tidak percaya. Pasti sedang mikirin seseorang yang telah pindah sekolah " Ucap Riani.

Aku terperanjat mendengar ucapan Riani. Piank pindah sekolah! Jantungku berdetak lebih cepat. Ingin rasanya aku menangis menahan rasa kecewa, emosi, dan benci.

" Maksudmu Piank pindah sekolah?"

tanyaku. Riani mengangguk.

" SMU 2. Dia harus pindah karna dia ingin ikut ujian akhir tahun ini sama seperti kita. Kebetulan Kepsek SMU 2 itu Om nya dia. " jelas Riani. Aku terdiam.

" Piank bilang kamu memutuskan hubungan " kata Riani lagi.

" Dia berkata begitu? " tanyaku tak bersemangat. Riani mengangguk.

" Piank itu adalah sepupuku. Aku yakin kamu pasti belum tahu." Ucap Riani. Aku merasa semua jadi masuk akal. Tentang keakraban Riani dan Piank.

" Sebenarnya ada yang sangat ingin kuberitahu padamu dari sejak kamu mulai menjalin hubungan dengan Piank. " Ucapan Riani baru saja membuatku tertarik.

" Siapa nama gadis yang bersama Piank malam itu? " tanyaku serius

" Annisa. Itu pacar Piank dari kelas satu SMU " jelas Riani.

Mendengar itu Aku merasa kecewa pada Piank juga Riani. Aku merasa mereka mempermainkanku.

Tapi sudahlah, semuanya sudah terjadi.

Kami akhirnya berdiam diri. Sepertinya Riani bisa mengerti perasaanku.

Tidak lama kemudian bel berbunyi tanda masuk. Ini adalah tes terakhir.

Soalnya mudah jadi Aku bisa menyelesaikannya dengan cepat. Lalu dengan segera Aku menyerahkannya kepada Pak Guru kemudian pulang . Aku ingin tidur. Aku merasa sangat lelah. Atau lebih tepatnya tidak bersemangat.

Tiba di kos, Aku langsung masuk kamar. Aku hanya melempar senyum pada Sari yang sedang ngobrol bersama temannya.

Aku hanya ingin tidur. Berharap saat Aku bangun semua kembali normal. Keadaan yang sama sebelum Aku mengenal Piank.

Namun ternyata semua keinginanku itu pupus saat ponselku berbunyi. Ada pesan masuk. Kulihat nama pengirimnya adalah Piank. Kubuka pesan itu dengan hati - hati berharap bukan hal yang akan menyakitiku.

" Phi, ntar sore Aku jemput kamu ya? Ada hal yang ingin kusampaikan padamu. "

Demikian isi pesan itu. Aku merenung. Mencoba menganalisa kalimat di pesan itu. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Tiba - tiba saja Aku seperti mendapat energi yang besar. Dalam hati Aku berkata bahwa Aku harus kuat. Apapun yang akan di katakan Piank tidak akan membuatku jadi cengeng atau menangis.

" Baiklah. Jemput Aku jam 4.30 "

Balasku dalam pesan teks.

Kulihat jam di ponselku masih tertera 14.00. Itu berarti baru jam 2. Aku masih bisa tidur selama satu atau dua jam sebelum Piank datang menjemputku.

Dalam tidur sepertinya Aku bermimpi bertemu Piank. Tapi seperti biasa dia tidak banyak bicara.

" Phia! " Kudengar suara Sari di dalam mimpiku. Aku ingin menjawab panggilannya, namun ada suara ketukan di pintu. Hah! Aku terbangun. Ternyata hanya mimpi. Kecuali suara ketukan itu. Memang ada seseorang yang mengetuk pintu.

" Phia! " suara itu.. Pasti Sari.

Dengan malas Aku bangkit dari tempat tidur dan membukakan pintu untuknya.

Namun yang berdiri di depan pintu bukan Sari tapi Piank.

" Tunggu di ruang tamu aja. Aku ganti baju dulu " ujarku seraya menutup pintu.

Dengan cepat Aku ke kamar mandi untuk cuci muka. Aku tidak punya waktu lagi untuk mandi. Setelah itu Aku ganti pakaian dan segera keluar menemui Piank.

" Yuk! " kataku begitu tiba di depan Piank. Dia bangkit dari tempat duduknya dan kami pun pergi.

Di jalan kami hanya diam. Tidak ada satu kata pun keluar dari mulutku atau mulut Piank.

Tidak lama kemudian, Piank berbelok ke arah sebuah rumah yang lumayan besar dan berhenti di depannya.

" Phi, sudah tiba. Turun! " tegur Piank saat Aku tak kunjung turun dari motor.

Dengan cepat Aku menuruti perintah Piank untuk turun dari motor. Dia lalu memarkir motornya dan mengajakku masuk ke rumah itu. Di dalam kami bertemu dengan seorang wanita paruh baya dan seorang gadis yang kira - kira berusia 20 - an.

" Eh.. Piank bawa teman perempuan ? Tumben. Biasanya hanya teman laki - laki yang di ajak ke rumah. " sambut Wanita paruh baya itu.

" Pacar kali, Ma " sahut gadis itu.

Piank tidak menanggapi dan langsung mengajakku ke ruangan lain. Ruangan yang salah satu dindingnya ada rak yang panjang dipenuhi oleh buku - buku. Mungkin ini ruang baca.

" Yang tadi siapa? "tanyaku sambil melihat - lihat buku yang ada di rak.

" Mama sama Kak Novi " Jawabnya

Aku mengambil tempat duduk yang berhadapan dengannya. Dia menatapku. Aku hanya tersenyum.

" Phi, duduk di samping Aku aja. Kalau berhadapan rasanya seperti lagi wawancara kerja " pinta Piank.

Aku mengangguk dan duduk di sampingnya.

" Phi, yang ingin Aku katakan mungkin tidak bisa kamu terima. " ucap Piank agak berat.

" Apa " kataku.

Dia menyandarkan tubuhnya di Sofa. Seperti sedang mengumpulkan keberanian.

" Katakan saja. Aku janji tidak akan marah " Kataku

Phiank menghela nafas panjang kemudian kembali menegakkan tubuhnya.

" Kami menjadikanmu taruhan. " Ucap Phiank dengan suara yang lirih.

Aku tidak merasa kaget mendengar ucapan Phiank. Temannya pernah menyebutkan itu di kantin waktu pertama kali Aku bertemu dengan Jhon Aria. Dan Aku sempat berpikir kalau yang mereka maksud adalah Aku.

" Kamu tidak marah? " Tanya Phiank heran.

Aku tertawa kecil. Kami bertatapan sejenak.

" Nggak. Aku sudah tahu. Kamu taruhan sama Jhon Aria kan? " ucapku.

Phiank mengangguk.

" Aku pikir Kamu akan mengatakan apa. Ternyata hanya itu. " kataku pelan.

" Memangnya Kamu kira Aku akan mengatakan apa? " tanyanya.

" Aku kira Kamu akan mengatakan sesuatu yang lebih kejam " jawabku sambil melihat kearahnya.

Phiank mencubit pipiku pelan.

" Aku tidak punya hak untuk melakukan itu, Phia " Ucap Phiank pelan. Dia berbicara seolah untuk dirinya sendiri.

" Terimakasih karna nggak marah " katanya lagi.

Aku mengangguk.

" Ya, udah. Antar Aku balik yuk " pintaku.

Dia menggeleng.

" Malam Minggu di sini aja. " katanya.

Belum sempat Aku bicara, Mamanya Piank masuk ke ruangan membawa 2 gelas teh.

" Ya. Tinggallah dulu di sini. Tante, Kak Novi, dan Om ada acara malam ini. " Kata Mamanya Piank.

" Phiank nggak di bawa sekalian, Tante? " tanyaku berseloroh

" Dia nggak mau. Katanya dia malas ketemu sama gadis anak teman Tante itu. " jelas Mamanya.

"Ma.. " kata Phiank sambil memberikan kode pada Mamanya.

Mamanya tersenyum. Kemudian pergi keluar.

" Enak ya punya keluarga utuh yang harmonis. " kataku.

" Memang keluargamu kenapa? " tanya Phiank sambil menatapku

Aku menggeleng. Aku malas membahas keluargaku.

" Minum tehnya " Kata Phiank sambil mengambil gelas yang ada di depannya. Aku mengikutinya.

" Antar Aku pulang aja yuk. Ini kan malam minggu.. " ujarku meminta.

" Kamu ada janji? " tanyanya pelan.

" Nggak ada sih " jawabku.

Phiank meraih tanganku dan menatapku.

" Aku ingin memulai dari awal lagi, Phi " katanya.

Aku menarik tanganku perlahan.

" Jangan. Kamu kan sudah punya pacar."kataku.

" Annisa " Katanya sambil melihatku.

" Kami sudah putus " lanjutnya.

Aku terdiam.

" Jadi itu sebabnya Piank ingin memulai lagi dari Awal denganku " pikirku.

" Gimana, Phi? " tanya Piank dengan ekspresi penuh harap.

" Pernahkah hubungan kita berakhir? Kenapa kamu ingin memulai dari awal? " tanyaku.

Entah kenapa Aku memilih kalimat itu. Dan kulihat Piank tersenyum penuh arti padaku.

" Kamu nggak takut menyakiti hati Jhon?" tanya Piank

" What? Kami cuma teman. Lagi pula Jhon tidak suka sama Aku " jawabku.

Piank tertawa kecil. Seolah ucapanku lucu.

" Funny.. Darimana kamu tahu bahwa Jhon tidak suka sama kamu " tanya Piank lagi.

" Karna Jhon bukan kamu. " jawabku sekenanya.

" Memang Aku kenapa? " tanya Piank seraya mencubit pipiku.

" Hahahaha...!!! " Aku memilih tertawa daripada menjawab pertanyaan Piank yang tidak ada hentinya.

Kami bercanda sampai jam di dinding menunjukkan pukul 7 malam.

" Eh, Mamamu udah pergi nggak? " tanyaku saat tersadar suasana rumah hening

" Kenapa? Mau pindah ke kamar? " tanya Piank jahil.

" Ih..!!! Bukan. Aku juga ingin pulang." kataku sambil mencubit Piank.

" Mereka udah jalan." katanya

" Ya.. udah. Aku antar pulang " lanjutnya.

Dia berdiri dan berjalan keluar. Di susul olehku.

Tiba di kos, dia langsung memutar balik motornya.

" Aku langsung pulang ya. Aku di minta jaga rumah sama Mama " Kata Piank.

Aku mengangguk.

Dia pun langsung tancap gas, pulang.

Aku masuk ke dalam Kos dan di sambut senyum penuh arti Sari.

" Ada yang bahagia, ada yang patah hati. Tega banget lo, Phi " kata Sari.

Aku tidak mengerti apa arti kalimat Sari. Tapi bodoh amat! Aku langsung ke kamar. Aku harus menelpon Bapak. Kalau tidak beliau akan marah karna Aku sangat jarang memberinya kabar tentangku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!