BAB 4. TARUHAN

Aku terjaga dari tidur. Dengan mata yang berat aku berusaha untuk bangun. Namun rasa malas mengurungkan niatku. Aku teringat kejadian semalam. Kuusap bibirku dengan jari. Jantungku berdesir halus. ****! Aku mengumpat dalam hati. Mengapa tidak ku tampar saja wajah Piank karna berani menciumku tanpa permisi. Huh! Penyesalan selalu datang terlambat. Aku bangun dan meraih handuk di gantungan. Aku masuk ke kamar mandi. Aku ingin mandi berharap air yang dingin meluruhkan penyesalanku yang sudah membuat kesan gadis gampangan.

Usai mandi, aku memakai seragam sekolah dan merapikan diri. Tepat pukul 6.30 Aku siap berangkat ke sekolah. Aku kaget ketika membuka pintu sudah ada Piank menunggu. Kurasakan wajahku berubah warna. Belum sempat membuka mulut, Piank sudah menarik tanganku keluar dengan satu tangan dan tangannya yang lain menutup dan mengunci pintu.

" Oke. Ayo berangkat! " Anaknya sambil menarik tanganku.

" Jangan tarik - tarik dong ah! " sungut ku. Di depan kamar Sari kami bertemu dengan Sari yang juga akan berangkat sekolah. Sari melihat kami sambil tersenyum.

" Piank, Kamu nggak pulang semalam? " tanya Sari menyelidik.

" Enak aja! " kataku pada Sari. Teman sekosanku itu tertawa.

Kami berjalan keluar kos bertiga.

" Ikut aku atau kamu bareng Piank? " tanya Sari seraya mendekati motor scoopy nya. Baru aja aku mau menjawab tiba - tiba Piank sudah lebih dulu menjawab.

" Bareng aku aja. Kami kan satu sekolah " kata Piank.

" Sip! " Sari mengacungkan jempolnya kearah kami dan pergi. Aku dan Sari memang beda Sekolah. Dia bersekolah di SMU 1. Sekolah unggulan di kota kecil ini.

" Yuk! " ajak Piank begitu Sari sudah pergi. Dengan berat hati Aku ikut dengannya.

Tiba di depan gerbang, makhluk manis yang bernama Riani sudah menunggu bersama seorang cowok yang kukenal duduk di kelas 3 IPS. Kalau nggak salah namanya Rio.

" Cieee...! Yang baru jadian dengan cara yang spektakuler. " Olok Riani sambil tertawa. Rio yang ada di sampingnya ikut tersenyum.

" Apa? Piank cerita apa kekamu? " tanyaku sengit. Pastinya dengan muka yang memerah. Riani makin tertawa. Sedang Piank langsung pergi dengan motornya seperti biasa.

Riani menarik ku dan menggandeng tanganku menuju kelas. Sedang Rio pergi kearah lain.

" Rio nggak di gandeng sekalian " tanyaku yang di sambut cubitan di pinggang ku oleh Riani.

" Kami udah pacaran dari SMP. Jadi santai aja " ucapnya. Aku menatapnya. Riani balas menatapku.

" Apa? " katanya sambil mencubit ku.

" Ya..heran aja. Kamu pertumbuhannya cepat juga ya. SMP udah pacar - pacaran. " kataku menggodanya. Riani malah tertawa.

Kami tiba di kelas. Jam pelajaran belum di mulai. Riani melanjutkan obrolannya denganku.

" Jadi Piank itu sempat nelpon aku semalam usai dari tempatmu " kata Riani.

" Hah! Dia bilang apa? nggak aneh - aneh kan? " tanyaku penuh selidik.

" lagian anak itu ngapain pakai nelpon kamu sih? Bukannya kamu lagi sama Rio? " tanyaku lagi. Riani pasang ekspresi lucu sebelum akhirnya menjawab ku.

" Nah itu dia Phi. Baru aja aku sama Rio mau ciuman tiba - tiba dia nelpon! " katanya sambil tertawa. Dia kemudian menunjuk kearahku membuat mukaku merah. Piank brengsek! Pasti dia sudah ngomong ke Riani tentang kejadian semalam. " Jangan menghakimi aku! Bukannya kamu semalam tidak menolak di cium sama Piank? " Kata Riani.

" Hah! Piank brengsek!!! " makiku dengan geram.

" Hahahaha...!!! " Riani tertawa melihat kegeraman ku.

" Udah Phi. Nggak usah malu sama aku. Biasa aja mah aku. Keep secret! Haha.. " ucap Riani. Namun ada yang aneh menurutku. Seakrab itukah hubungan pertemanan Riani dan Piank? Dari awal bertemu mereka berdua, Aku sudah merasa ada yang tidak biasa dengan mereka.

Belum sempat memikirkan jawaban terbaik untuk pertanyaanku, Pak Guru sudah memasuki kelas. Aku tidak bisa fokus sama sekali. Aku tidak sabar ingin bertemu Piank dan menghajarnya. Cowok itu benar - benar brengsek.

Jam istirahat yang kutunggu akhirnya datang.

" Kantin yuk! " ajakku pada Riani.

" Sabar Neng. Aku masih merapikan buku. " Kata Riani. Aku berjalan keluar kelas lebih dulu. Riani menyusul 3 menit kemudian. Dia menggandeng ku menuju kantin.

" Buru - buru amat. Nggak sabar ketemu Piank? " tanyanya menggodaku. Aku mencubit pinggangnya pelan.

Tiba di kantin, Aku tidak melihat Piank. Hanya teman - teman Genk nya.

" Hai.. Phia! " Sapa teman - teman Piank kompak. Aku heran. Tidak biasanya mereka menyapaku sekompak itu. Atau jangan - jangan Piank ember itu memberi tahu mereka juga. Aduh!!! Betapa malunya Aku.

Brumm,.. suara motor memasuki halaman kantin. Kulihat Piank datang membonceng seorang gadis yang juga memakai seragam sekolah. Namun bukan dari sekolah kami. Belum sempat Aku mengekspresikan rasa kaget ku, Riani dengan cepat menarik tanganku masuk ke dalam kantin.

Sekilas kulihat Piank menatapku.

" Hei.. Nggak usah cemburu. Santai aja " Bisik Riani.

" Aku nggak cemburu " balas ku berbisik. Riani mengangguk.

" Ani , pesan seperti biasa ya? " tanya Bu kantin.

" Ya, Bu " Jawab Riani.

Tidak lama kemudian, makanan dan minuman pesanan kami pun datang.

Kami makan sambil sesekali bersenggolan tangan. Kemudian tersenyum bersama.

Tanpa kami sadari tiba - tiba Piank datang dan duduk di depan kami. Dia meraih gelas minum ku dan meminumnya sedikit. Riani menatap Piank dengan mata melotot. Piank tersenyum.

" Aku cobain. Siapa tahu Bu kantin memasukkan sesuatu ke minuman Phia." Kata Piank pura - pura polos.

" Kamu pikir Bu Kantin psycophat! " kata Riani kesal. Piank tertawa.

" Pacar kamu mana? Ntar di cari'in. Sana! "Ujar Riani lagi. Aku hanya pura - pura asyik makan. Padahal dalam hati aku ingin menyiramkan air di gelas ku kepada Cowok yang ada di depanku ini.

" Pacar yang mana? Kan dia lagi di sampingmu. " Ucap Piank sambil mengedipkan mata padaku. Riani dan aku menatap Piank kesal dengan alasan yang berbeda.

" Nggak makan? " Tanyaku akhirnya.

" Nggak. Aku lebih suka menatapmu. kamu cantik " jawab Piank. Aku merasakan wajahku memerah lagi mendengar rayuan Piank yang konyol. Beda dengan Riani. Dia malah tertawa.

" Piank. Antar aku balik dong, Say"

Aku dan Riani serempak menoleh ke arah datangnya suara. Seorang gadis cantik berdiri disana. Gadis yang tadi di bonceng Piank.

" Ok. " Ucap Piank seraya bangkit dari tempat duduknya. Dia mencubit pipiku sebelum pergi. Perasaanku tidak menentu. Entah merasa apa. Riani tampaknya mengerti dengan perasaanku. Dia menepuk pundakku dan mengajakku kembali ke kelas. Dia membayar makanan kami ke Ibu Kantin kemudian kami pun pergi. Di depan kantin kami bertemu dengan seorang Cowok yang sama kerennya dengan Piank. Dia mengendarai motor yang bertuliskan sama dengan Piank. Mungkin mereka se - Genk. Cowok itu menatapku dengan tatapan sayu. Perasaanku jadi aneh.

" Ani. Salam buat temanmu. Aku nggak di kenalin? " kata Cowok itu pada Riani.

" Nggak. Dia sudah punya pacar " jawab Riani cuek.

Riani menarik tanganku mengajakku pergi. Samar - Samar kudengar seseorang berkata " lo kalah taruhan, Bro! Dia udah jadian sama Piank ". Deg!!! Siapa yang dia maksud?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!