BAB 3. JADIAN

" Akhirnya.... " Aku menarik nafas lega saat pe-er Kimiaku selesai. Aku ingin segera berbaring karna merasa sedikit kelelahan. Namun, baru saja akan merebahkan badan, tiba - tiba.... Tok.. tok.. tok... Suara ketukan di pintu kamar kosku menghalangi niatku.

Dengan perasaan malas Aku melangkah kearah pintu dan membukanya. Hah..! Kulihat dua sosok tubuh berdiri di depanku. Riani dan Piank.

" Mau ngapain kalian disini? " Tanyaku heran. Tapi Riani bukannya menjawab malah langsung masuk ke kamarku. Sedang Piank tetap berdiri di depan pintu.

" Koq nggak nelpon dulu baru datang ? " tanyaku lagi

" Buat apa nelpon? "Jawab Riani yang sedang asyik rebahan di kasur ku. Piank yang sedari tadi berdiri di depan pintu akhirnya masuk dan memilih duduk di kursi belajar ku.

" Kami sudah lapor Pak RT sebelum kesini " Kata Piank asal. Aku yang tidak bisa menolak kedatangan kedua tamu ini akhirnya ikut rebahan disamping Riani.

Kami bertiga terdiam sejenak. Tiba - tiba ponsel Piank berdering. Namun Si empunya ponsel malah mematikannya.

" Kenapa nggak di angkat? " Tanya Riani.

" Siapa tahu pacar lo nelpon. Siapa tahu dia lagi kangen atau apalah " lanjut Riani seperti orang yang sedang mengomel.

" Kalian berdua nggak akur tapi kenapa malah datang bersama kemari sih? " Tanyaku dengan nada heran. Riani menarik nafas panjang dengan kasar. Kemudian dia bangkit dari posisi rebahnya dan duduk di pinggir ranjang. Dia menatap Piank. Keduanya bertatapan.

" Ada apa sih? Pertama -tama katakan dulu kenapa kalian kesini? " Tanyaku seraya duduk di samping Riani. Dan ikut menatap Piank. Tapi yang di tatap malah pasang muka biasa aja. Aku ganti menatap Riani namun dia hanya mengangkat kedua bahunya.

" Sebenarnya Piank nelpon Aku minta di temani kesini." Ucap Riani

" Oh.. ya udah. Karna kalian udah disini maka lebih baik kita mengobrol. Daripada diam - diaman. Bagaimana? " Kataku sambil menatap Riani dan Piank bergantian.

" Masalahnya skenario yang kami rancang sebelum kesini itu nggak seperti itu. Sebentar lagi pacarku jemput. Kami mau jalan " Tukas Riani.

" Trus Piank pulang sendiri " kataku

" Iya Phia. Piank itu ada perlu sama kamu. " Jelas Riani.

Aku tertawa dengan tangan kanan menutup mulut.

" Kenapa tertawa " tanya Riani.

" Lucu " jawabku singkat.

" Ya. Masalah hati itu memang lucu. Dan sangat rumit. lebih rumit dari minjam uang ke Rentenir " kata Riani ikut tertawa. Piank yang dari tadi diam akhirnya ikut tersenyum.

" Phia! " Sari tiba - tiba membuka pintu kamarku yang tidak terkunci.

"Ada Cowok di luar nyari teman kamu yang namanya Ani" Katanya

" Oh, iya Kak. Ntar lagi Riani keluar " kataku pada tetangga kamarku itu.

" Ok." Kata Sari. Setelah berkata begitu Dia pun kembali ke kamarnya.

Sepeninggalan Sari, Riani langsung berdiri dan pamit pulang.

" Aku pulang dulu ya " kata Riani. Dia melirik kearah Piank. Kemudian memberikan isyarat padaku yang jelas tidak kumengerti apa artinya.

Aku berdiri dan mengantar Riani sampai di pintu. Kemudian kembali duduk di dekat Piank.

" Mau minum apa? " tanyaku

" Kopi " Jawab Piank singkat

Aku mengambil air aqua gelas beserta sedotannya dan memberikannya pada Piank.

" Koq air putih? " tanyanya sambil meraih air aqua di tanganku. Aku tersenyum lebar. Dia menatapku lekat. Jantungku jadi berpacu dalam melodi. Akhirnya Aku jadi salah tingkah.

" Hei, kamu sedang berpikiran jorok ya? " tanyaku berusaha mencairkan suasana. Tapi Piank hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kuraih ponselku untuk mengusir kebisuan antara Aku dan Piank. Sampai akhirnya ponsel Piank berdering lagi. Dia melihat sekilas ke layar ponselnya kemudian berdiri.

" Aku pulang dulu. Sudah jam 9. Besok kamu harus sekolah kan? " katanya. Aku mengangguk dan berdiri untuk mengantar Piank sampai ke pintu.

" Sampai jumpa di sekolah besok " kata Piank pelan. Aku menjawab dengan anggukan lagi. Aku berniat menutup pintu kamarku saat Piank mulai melangkah pergi, tapi tiba - tiba pintunya di tahan. Piank muncul dan menahan pintunya. Seolah ada yang ingin di katakan nya.

" Pulanglah " pintaku. Aku dilanda bimbang. Sedang Piank hanya diam.

" Aku suka kamu, Phia. " Kata Piank pelan. Aku hanya bisa diam. Kutatap wajah Piank seolah mencari kesungguhan di sana. Terus terang Aku tidak pernah percaya cinta masa SMU. Kami bertatapan seolah mata yang berbicara pada hati. Perlahan Piank mendekatkan wajahnya kewajahku. Lalu kemudian dia mencium bibirku lagi. Aku tidak setuju dia melakukan itu padaku. Namun juga tidak menolak.

" Selamat malam Phia. I love you " Kata Piank padaku. Aku hanya menatapnya. Dia berbalik dan pergi. Aku berdiri mematung di dekat pintu. Sampai kemudian nada pesan ponselku berbunyi. Aku menutup pintu kamarku dan berjalan kearah tempat tidur dimana ponselku berada. Kulihat dilayar tertulis nama Piank. Aku membuka pesan whatsapp dari Piank. Isinya Singkat. Hanya kata " You and Me ".

Tiba - tiba aku merasa sangat lelah. Aku merebahkan tubuhku dan akhirnya tidur dengan perasaan yang tak menentu. Inikah yang namanya Cinta? Atau sekedar suka karna wajah dan penampilannya yang cool? Biarlah malam yang melebur pertanyaan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!