Makin menjadi

Sikap Agus semakin menjadi.

mulai dari jarangnya pulang dengan alasan sibuk sampai uang belanja yang di sunat, yang lebih parah usaha yang selama ini Ima rintis, dengan seenaknya di percayakan sama adiknya. keterlaluan memang.

Padahal Ima sudah menugaskan orang yang selama ini dia percaya.

Semua itu Ima ketahui ketika ia meminta Nuri mengirimkan laporan mingguannya.

" Nur, nanti kesini ya sekalian bawa laporan! " pinta Ima di telpon.

" Loh bu laporan nya udah ku kasih Kak Lintang," jawab Nuri.

" koq ke Lintang Nur ? tanya Ima heran.

" Kan di suruh bapak bu, katanya mulai sekarang semua tanggung jawab kak Lintang yang pegang,." Lanjut Nuri.

" Oh ya sudah kalo gitu. " Ima menutup telponnya.

Malamnya

" A, apa benar kamu serahin semua tanggung jawab di R&R pada Lintang? " (R & R itu nama usaha milik Ima).tanya Ima.

"Iya kenapa emang..? " jawab Agus sambil menyesap rokoknya.

" Jangan bilang keuangan koprasi nya juga kamu serahin ke Lintang ya. " Ima menatap Agus gak suka.

" lah emang kenapa, kamu kan sakit, jadi ya sudah lah serahin Lintang aja, biar ia belajar, lagian kuliahnya juga sebentar lagi selesai ".jawab Agus tanpa merasa bersalah.

" Aku tuh cuma sakit, tapi tidak sampai mati, kenapa sih gak bilang dulu, maen seenaknya aja", Ima menatap geram suaminya.lalu beranjak ke kamar.

Seminggu berlalu

" Teh, ini uang bagian hasil bulan ini. " Lintang menyodorkan amplop.

" Semua sudah di potong buat bahan dan upah, " lanjutnya.

Ima membuka amplop tersebut dan menghitung isinya, kemudian memberikan beberapa lembar pada Lintang.

" ini bagian mu, bagaimana dengan koprasi, apa sudah banyak yg setor? " Ima menatap Lintang.

" Sudah beres teh, tinggal setor ke BANK niatnya aku mau besok, kalo sekarang sudah sore, tanggung bentar lagi tutup, " Lintang beranjak sambil nyomot kue. " aku pulang dulu. "

Seminggu dua minggu sampai sebulan semuanya berjalan lancar. hingga suatu hari pas ada kelompok yg bagian perguliran, uang tersendat, alasan macet, ada yg tidak membayar cicilan lebih dari 3x.sampei mengirimkan surat penagihan, sebab uang harus berputar, tapi tetap tidak menghasilkan.

Sehingga perguliran kembali tersendat.dan terus begitu sampai beberapa kelompok yg lain kena imbasnya pula.

Usaha yang Ima dirikan makin surut dan di ambang kebangkrutan. lantas siapa yg bertanggung jawab ....

Agus dan keluarga nya bahkan tak Terima ketika Ima meminta laporan pertanggung jawaban, sikap mereka jadi berubah, bahkan terang terangan menjauhi Ima.

Ima yang belum sembuh total pun semakin di buat pusing.

kriing...

Telpon ima berbunyi

Neni kakaknya yang paling tua menelpon dan memberi tahu kan bahwa bapak nya sakit.

" Tengoklah ke sini, bapak nanyain kamu terus " pintanya.

" Iya teh, nanti aku usahain ".jawab ima setelah lama ia terdiam.

" Iya!!, " lanjut neni kemudian menutup telponnya.

Ima termenung, sudah lama ia tak berkabar dengan bapak, sejak ia pulang sebulan yg lalu waktu menengok dirinya bahkan sampai saat ini

ima belum nelpon apalagi bertemu dengan bapak.

" A, besok aku mau ke rumah bapak ya, tadi teh Neni nelpon katanya Bapak sakit. " malamnya minta izin sama Agus.

" Terserah, aku gak bisa nganterin, masih banyak pekerjaan, " jawab Agus tanpa melepaskan matanya dari HP.

" Iya gpp aku naik ojek aja. " lanjut ima.

" Mah, kalo mau ke rumah kakek, nanti aja pulang kaka sekolah biar kaka anter, kaka juga dah kangen sama kakek, " Raka nimbrung obrolan Ima dan Agus.

" Baiklah. " ujar Ima singkat, lalu pergi ke kamar.

Akhirnya sore hari nya Ima dan kedua anaknya pergi ke rumah kakek Munzi.

deg...

Hati Ima was-was juga merasa khawatir ketika sampai di sana, karena banyak orang duduk di teras.ia jadi tidak enak rasa.

"Assalamu'alaikum, " Ima mengucapkan salam sambil menyalami semua orang yg ada di sana ternyata tetangga sama kerabatnya.

" waalaikumsalam, " jawab mereka serempak.

" Akhirnya kamu datang juga, nak, maafkan bibi ya gak pernah nengokin kamu lagi, " ucap bibinya sambil memeluk Ima.

Ima hanya mengangguk sambil tersenyum

lalu ia masuk, diliatnya bapak sedang terbaring lemah, di sampingnya Adel kaka Ima yg ke tiga sedang mengaji.

Lalu neni menceritakan kondisi bapak yg sudah beberapa hari gak mau makan bahkan minum pun harus pakai sendok.

" Diajak bicara juga gak ngerespon hanya terus nyebutin nama mu, makanya teteh nelpon kamu, bukannya gak tauk kondisi kamu hanya teteh takut umur bapak gak lama lagi, " Neni sesenggukan sambil memeluk Ima.Ima membalas pelukan kakaknya lalu

menghampiri bapak.

" Pak, ini Ima pak maafin Ima, pak! " Ima menangis sambil menciumi tangan bapak.

perlahan mata bapak terbuka dan berucap " nak, ima, " suara nya lemah hanya air mata yg meleleh di pipinya yg kurus mewakilinya. lantas Ima memeluk bapak sambil menangis dan terus meminta maaf. 😭😭😭

Sudah dulu ya, besok lagi di terusin aku gak kuat 😭😭😭.

Dukung terus dan aku ucapkan terimakasih buat yg sudi mampir di cerita receh ini 🤗😘😘

jangan lupa like komennya 😍😍

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

waduh kok makin menjadi

2023-09-02

0

Yunia Hartini Rahayu

Yunia Hartini Rahayu

siapa inii yg naruhh bawang🤧

2023-03-06

1

Nin Enin

Nin Enin

sedih bet... mewek aku

2023-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!