Bagian 18: Penyakit Aneh Raja Changle

“Bodoh! Dasar anak ceroboh! Berlutut!”

Perdana menteri, Liu Wang memarahi Liu Erniang di dalam aula utama keluarga. Liu Erniang berlutut di lantai bersama pelayannya, disaksikan Liu Wang dan Gao Hui, istri perdana menteri. Di aula besar tersebut, Liu Wang berkacak pinggang sambil berjalan mondar-mandir, mulutnya tak berhenti menggerutu.

“Ayah, aku hanya ingin Liu Qingyi mati! Siapa suruh dia merebut Raja Changle dariku!”

Liu Wang makin marah. Ia menampar wajah putri bungsunya sampai memerah. Istrinya hanya menghela napas melihat kelakuan suami dan anaknya. Liu Wang begitu murka karena Erniang berbuat ceroboh.

Putri bungsunya telah membuat kesalahan dengan mengirimkan pembunuh untuk meracuni Xiao Junjie dan ingin mengkambinghitamkan Liu Qingyi.

Semalam, ia memergoki salah satu bawahannya pulang dalam kondisi terluka ke kediaman. Bawahannya itu mengatakan ia sudah menyelesaikan tugas dari Nona Erniang namun diserang pembunuh lain. Saat itu sudah hampir fajar. Liu Wang tahu itu akan mendatangkan bencana, kemudian ia membunuh bawahannya dan membuangnya ke tepi sungai.

“Dasar gadis bodoh! Untuk apa menikah dengan pangeran penyakitan sepertinya?”

Liu Erniang tetap tak menyadari kesalahannya.

“Kau pikir siapa Raja Changle? Meskipun dia tidak punya kekuasaan besar, dia tetap seorang pangeran bergelar raja! Jika kau ingin menikah, mengapa tidak memilih pangeran lain yang masa depannya jauh lebih menjanjikan?”

Liu Wang tak habis pikir mengapa ia mempunyai putri bodoh seperti ini. Sejak kecil, Liu Wang berusaha menampilkan yang terbaik agar putri bungsunya bisa menikah dengan keluarga kerajaan, tapi tidak ia sangka kalau putrinya itu malah semakin bodoh dan tidak mengerti apapun.

“Kamu pikir siapa Xiao Junjie? Dia adalah Pangeran Permaisuri! Keluarganya adalah bangsawan besar, dan dia adalah Pangeran Kecil yang diangkat langsung oleh Kaisar. Jika sampai masalah ini tersebar, kediaman Perdana Menteri akan hancur!”

Liu Erniang paling takut dengan kematian. Sejak kecil, ia berusaha menampilkan yang terbaik. Ia dididik untuk menjadi wanita penguasa harem, dicalonkan menjadi permaisuri oleh perdana menteri dan istrinya.

Ia selalu berusaha menampilkan yang terbaik, karena ia tahu jika ia tidak berguna, ia akan ditendang keluar oleh orang tuanya sendiri. Liu Erniang membayar mahal untuk semuanya.

Melihat putrinya menangis, Liu Wang menghela napas. Untung saja dia sudah menyingkirkan bawahannya untuk berjaga-jaga. Jika tidak, seluruh orang di kediaman perdana menteri akan dihukum atas percobaan pembunuhan anggota keluarga kerajaan dan bisa dipenggal tujuh turunan.

“Niang’er, apa kau sudah tahu kesalahanmu?” tanya istri perdana menteri. Liu Erniang mengangguk di sela-sela tangisannya.

Ketika kemarahan perdana menteri mulai mereda, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara tepukan tangan yang berasal dari balik pintu aula disertai gelak tawa yang sangat keras. Mereka menoleh, terkejut dengan sosok di balik pintu yang kini tengah berjalan ke tengah aula sambil terus bertepuk tangan.

“Sungguh drama yang luar biasa! Perdana menteri, aku tidak menyangka ternyata kau dan keluargamu cukup berbakat untuk menjadi pemain sandiwara!”

Qingyi tertawa sumbang, menertawakan festival drama keluarga kuno yang baru saja ia saksikan. Perdana menteri beserta istri dan anaknya seketika tergagap, tidak menduga kalau orang yang hendak dicelakai ternyata ada di sini dan mendengarkan semuanya. Terutama Liu Erniang, dia merasa seluruh hidupnya akan habis hari ini.

“Qingyi?”

“Kakak?”

Qingyi berjalan mengitari tengah aula sambil terus bertepuk tangan. Dia berhenti di depan Liu Erniang yang masih berlutut. Qingyi mengangkat dagu Erniang, kemudian menatap wajah adiknya dengan tajam. Seulas senyum mengejek kemudian tersungging dari bibirnya yang tipis berwarna merah muda alami.

“Bagaimana rasanya berlutut dan ditampar ayahmu sendiri, adikku sayang?” tanya Qingyi.

Gadis ini begitu menakutkan ketika berhadapan dengan keluarganya sendiri. Liu Erniang tidak bisa berkata-kata, begitu pula dengan perdana menteri dan istrinya.

“Aku tidak akan terjebak trik kotormu. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah menang dariku,” bisik Qingyi di telinga Liu Erniang, membuat bulu kuduk gadis itu berdiri. Dia menghempaskan dagu Erniang hingga gadis itu terhunyung.

Qingyi merubah ekspresinya menjadi sedingin es. Ia menatap tajam perdana menteri dan istrinya seolah ia akan memakan mereka hidup-hidup. Ternyata benar, kediaman perdana menteri yang mengirim penjahat itu. Qingyi tidak terkejut, lambat laun ia juga akan mengalami ini sebagai akibat dari perubahan alur yang signifikan.

Tadi, dia ingin berjalan-jalan sebentar ke kediaman perdana menteri karena terlalu bosan. Siapa yang menyangka kalau ia akan menyaksikan drama keluarga yang seru di pagi hari, yang membeberkan kebenaran atas kejadian semalam. Orang-orang munafik ini benar-benar tidak seperti manusia.

“Qingyi, jika kau mengungkapkannya, kau juga akan dihukum! Bagaimanapun, kau masih keturunan Keluarga Liu!” seru perdana menteri.

“Oh ya? Apa aku perlu melihat dan menunggu? Perdana menteri, aku tidak punya waktu mengurusi urusan keluargamu. Lagipula, cepat atau lambat Baili Qingchen tetap akan mengetahui kebenarannya. Ah, aku harus mengingatkanmu lagi. Aku adalah Putri Permaisuri Changle, kuharap kalian tidak lupa bagaimana cara memanggilu,” tegas Qingyi.

Dia tidak perlu melakukan apapun. Biarkan Cui Kong dan Baili Qingchen yang membongkarnya sendiri. Qingyi berjalan keluar setelah puas menertawakan Liu Erniang dan orang tuanya. Ia merasa gerah jika terus berlama-lama di sarang serigala ini. Dengan langkah tegapnya, ia keluar dari kediaman perdana menteri.

Usai Qingyi pergi, perdana menteri dan istrinya terduduk lesu. Gadis tidak berguna itu sudah berubah menjadi singa betina yang angkuh. Kurang dari satu bulan, anak tertindas yang tidak ia sayangi berbalik menjadi ganas dan tidak tersentuh, memutuskan segala ikatan dengannya dan membersihkan tangannya dari kediaman perdana menteri.

Perdana menteri Liu Wang seperti tidak mengenali putri terbuangnya. Kharisma yang dipancarkan Qingyi mirip seperti seorang ratu yang sesungguhnya, yang memiliki kedudukan tinggi dan tidak tersentuh.

Tatapan mata tajam dan perkataan menohoknya sama sekali bukan perkataan yang bisa dikeluarkan oleh Liu Qingyi sebelum ia menikah dengan Raja Changle. Terlepas dari semua itu, perdana menteri justru menjadi lebih waspada.

Sementara itu, Qingyi mengipasi dirinya dengan kipas kain di dalam kereta. Bertamu ke rumah perdana menteri dan bersikap dingin cukup melelahkan juga. Di dalam kereta, ia tidak lagi menjaga sikap. Qingyi mengangkat kakinya ke tempat duduk, membuka sepatu dan kaus kakinya. Sikapnya tidak mencerminkan sikap seorang permaisuri keluarga kerajaan sama sekali.

“Yinghao, ayo pergi! Menahan marah juga menghabiskan tenaga,” ucapnya pada Yinghao.

Yinghao menyambut dengan semangat. Kali ini, tuannya pasti akan membeli banyak makanan lagi dan dia bisa kenyang.

“Tentu saja, Tuan!”

Qingyi menghabiskan harinya dengan berjalan-jalan di tengah kota. Ia mengunjungi beberapa restoran, mencicipi hidangan paling enak. Wisata kuliner. Jarang-jarang dirinya bisa keluar kediaman dengan bebas. Gadis itu melupakan statusnya sebagai istri seorang pangeran dan bersikap layaknya gadis biasa.

Ia menghabiskan semua uang Baili Qingchen yang diberikan dari pengurus mansion. Qingyi melepaskan semua penat dan lelahnya di sini, di tengah keramaian yang hidup. Bahkan tanpa terasa, hari sudah mulai gelap dan lampion-lampion penerang jalan sudah mulai menyala.

“Yang Mulia, hari sudah larut. Saya khawatir Yang Mulia Changle marah lagi,” ucap kusir.

Permasalahan di mansion sebelumnya belum tuntas dan ia yakin tuannya pasti marah mengetahui permaisurinya tidak ada di rumah.

“Biarkan saja, biarkan aku bersantai sebentar lagi.”

“Tapi,” kusir menggantung ucapannya.

“Apa? Kau takut Baili Qingchen menghukummu karena membiarkanku pergi tanpa seizinnya? Tenang saja. Kau tidak akan mati. Orang itu juga tidak akan mati,” ucap Qingyi. setelah mendengarnya, kusir bernapas lega.

Kereta kuda berjalan lambat. Matahari sudah tenggelam, bintang-bintang mulai tampak. Qingyi baru sampai ke mansion saat waktu diperkirakan sudah pukul delapan malam.

Penjaga mansion menutup pintu gerbang, memastikan tidak ada yang masuk lagi di jam segini. Sementara itu, para pelayan sibuk merapikan tempat tidur majikan di masing-masing kamar.

Halaman kediaman barat tampak sepi begitu Qingyi menjejakkan kakinya di sana. Lampu-lampu taman menyala, menerangi jalan yang membawa Qingyi menuju kamar utamanya. Qingyi langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit sebentar lalu memejamkan mata.

Rasanya tubuhnya benar-benar lelah. Baru saja Qingyi memejamkan mata, ia dikejutkan dengan suara tubrukan yang keras dari arah pintu. Baili Qingchen mendobrak paksa pintu kamar Qingyi, berjalan tidak tegap sambil memegangi dadanya yang terasa panas dan terbakar. Bagian ulu hatinya juga terasa sakit seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum.

“Baili Qingchen, apa kau belum puas menyusahkanku akhir-akhir ini?” gerutu Qingyi.

Namun, ia sangat terkejut ketika melihat kondisi Baili Qingchen yang mengkhawatirkan. Keringat keluar dari tubuhnya, pria itu juga memegangi dada dan bagian ulu hatinya.

“Hei-hei-hei, apa yang terjadi?” tanya Qingyi.

“Sa..Sakit…”

Qingyi jadi panik sendiri. Ia segera memapah Baili Qingchen, membaringkannya di ranjang. Pria itu masih meringis kesakitan. Dadanya masih terasa panas dan ulu hatinya terasa nyeri. Baili Qingchen ingin muntah, namun tidak ada yang keluar dari mulutnya. Keringat dingin terus keluar membasahi pakaiannya.

Qingyi kebingungan. Baili Qingchen tiba-tiba datang dalam kondisi yang mengenaskan dan hanya mengeluarkan satu kata untuk menjawab semua pertanyaannya. Pada situasi kritis tersebut, otak Qingyi beputar cepat memikirkan penyebab kondisi Baili Qingchen menjadi mengkhawatirkan begini. Rasa panas di dada, nyeri ulu hati, mual ingin muntah, Qingyi seperti mengenali gejala itu.

“Heartburn, dyspepsia, mual…. Oh, GERD!”

Qingyi buru-buru memasang bantal tambahan untuk menyangga kepala dan bagian atas tubuh Baili Qingchen hingga posisinya lebih tinggi dari perut. Ia juga meminumkan beberapa gelas air hangat pada pria itu.

Rasa sakit yang dialami Baili Qingchen sedikit berkurang, tidak seperti biasanya. Keringat di tubuhnya sudah tidak keluar lagi, namun bukan berarti rasa sakitnya sudah hilang.

“Tuan, kau cukup tanggap juga,” ujar Yinghao di pundak Qingyi, dalam mode samaran.

“Jangan banyak bicara. Aku butuh permen karet!”

Yinghao menjatuhkan sebungkus permen karet yang diambil dari lemari ruang dimensi. Bungkusnya dibuang, lalu Qingyi menyuapkan permen karet itu ke mulut Baili Qingchen dan menyuruhnya untuk mengunyahnya.

Mulut Baili Qingchen yang semula terasa asam perlahan merasakan manis. Panas di dada dan tenggorokannya hampir hilang sepenuhnya. Matanya menatap sayu pada Qingyi yang sedang duduk di samping ranjang.

Qingyi melipat tangannya di dada, menatap Baili Qingchen yang tampak seperti orang baru melahirkan. Ia tiba-tiba kesal setelah sadar kalau ia sempat panik.

Suaminya ini mengalami gejala asam lambung naik, yang menyebabkan rasa terbakar di dada, nyeri ulu hati, mual dan mulut terasa asam. Setelah Qingyi menyadarinya, ia benar-benar merasa konyol sekali.

“Kamu tunggu di sini! Kupikir kenapa, ternyata hanya asam lambung. Benar-benar membuat orang panik!”

Baili Qingchen yang masih lemas mengantar kepergian Qingyi dengan gerakan mata. Setelah gadis itu hilang di balik pintu, Baili Qingchen menutup matanya sejenak. Beberapa saat yang lalu, penyakitnya tiba-tiba kambuh.

Langkah kakinya membawa dia ke kediaman barat tanpa sadar. Karena sudah tidak kuat, Baili Qingchen langsung menerobos masuk ke kamar Qingyi tanpa mengetuk pintu.

Aneh, pikirnya. Gadis itu langsung tahu cara menangani penyakitnya dengan tepat. Bahkan tingkat kesembuhannya jauh lebih tinggi dan lebih cepat dari pengobatan biasanya.

Dulu jika penyakitnya kambuh, Baili Qingchen memerlukan waktu hingga dua hari untuk pulih. Gadis itu menyembuhkannya dalam hitungan menit, caranya mengobati juga begitu sederhana.

Para tabib yang mengobatinya kebanyakan menggunakan akupuntur serta bahan-bahan herbal barulah bisa menekan rasa sakitnya. Hari ini Baili Qingchen malah dibuat tercengang karena gadis ini punya metode pengobatan yang begitu sederhana dan tidak ribet.

Meski ia tidak tahu arti istilah yang dikatakan gadis itu tadi, ia harus bersyukur karena gadis itu berhasil menolongnya. Sambil mengunyah benda kenyal yang manis, Baili Qingchen menunggu gadis itu dengan penasaran.

Beberapa menit kemudian, Qingyi datang membawa semangkuk sup jahe yang masih mengepulkan asap. Aroma jahenya menguar ke udara, menusuk hidung Baili Qingchen. Ia menutup hidungnya ketika mangkuk itu berada di depannya.

“Minumlah!” perintah Qingyi. Baili Qingchen menggelengkan kepala.

“Baiklah. Tidak apa jika kau tidak mau meminumnya. Kalau penyakitmu kambuh lagi, aku tidak akan menolongmu.”

Baili Qingchen merebut sup jahe dan meneguknya hingga tandas. Walau agak menyengat, tapi tenggorokan dan perutnya jadi terasa hangat. Mualnya hilang dan ia merasa lambungnya baik-baik saja. Qingyi meletakkan mangkuk di meja, lalu duduk di kursi panjang yang letaknya di pinggir jendela.

“Setelah fajar, kau harus pergi. Aku malas meladeni istri priamu yang pemarah itu,” ujar Qingyi sambil berbaring, memunggungi Baili Qingchen.

Sungguh, tubuhnya benar-benar lelah. Ia pikir ia bisa beristirahat dengan tenang. Nyatanya malamnya harus tersita karena ia harus menolong suaminya terlebih dahulu. Ia berharap ia bisa melewati malam ini dengan tenang.

Qingyi memejamkan mata tanpa tahu kalau Baili Qingchen tengah menatapnya lekat-lekat.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussehat

2024-01-27

0

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

kok jahe ???? kan bikin panas di perut...seharusnya kunir ma madu klo ada

2023-09-23

0

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

berarti penyakit aneh itu....asam lambung atau sakit maag ya 😅😅😅😅😅😅

2023-09-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Masuk Portal
2 Bagian 2: Pengurus Rumah Kecil
3 Bagian 3: Sedan Merah Pengantin
4 Bagian 4: Upacara
5 Bagian 5: Kunjungan Istri Pertama
6 Bagian 6: Dua Permaisuri
7 Bagian 7: Sosok Kaisar Baili
8 Bagian 8: Menekan Sebelum Ditekan
9 Bagian 9: Jalan Ibukota
10 Bagian 10: Taruhan
11 Bagian 11: Keluarga Sampah
12 Bagian 12: Ledakan Misterius
13 Bagian 13: Menagih Utang
14 Bagian 14: Menyusun CV
15 Bagian 15: Mengambil Langkah
16 Bagian 16: Misi Pengganti
17 Bagian 17: Keterlibatan Orang Lain
18 Bagian 18: Penyakit Aneh Raja Changle
19 Bagian 19: Tuduhan Bersih
20 Bagian 20: Senam Pagi
21 Bagian 21: Mengajari Adik Ipar
22 Bagian 22: Empat Sehat Lima Sempurna
23 Bagian 23: Misi Khusus Xizhou
24 Bagian 24: Sebuah Serangan
25 Bagian 25: Mengunjungi Yang Mulia
26 Bagian 26: Bertemu Ibu
27 Bagian 27: Satu Kamar Lagi
28 Bagian 28: Petunjuk Misi
29 Bagian 29: Identitas Asli Nyonya Zhao
30 Bagian 30: Ikut Campur
31 Bagian 31: Bingung
32 Bagian 32: Firasat Buruk
33 Bagian 33: Melarikan Diri
34 Bagian 34: Pelajaran untuk Adik Tersayang
35 Bagian 35: Menyerahlah!
36 Bagian 36: Meminjam Tangan
37 Bagian 37: Sebuah Pembalasan
38 Bagian 38: Rahasia dan Rahasia
39 Bagian 39: Perihal Istri Pertama
40 Bagian 40: Opera Tujuh Rupa
41 Bagian 41: Tidak Ada Gunanya
42 Bagian 42: Kepercayaan yang Horor
43 Bagian 43: Berpikir Tentang Tarian Pedang
44 Bagian 44: Mengamankan Orang
45 Bagian 45: Penahanan
46 Bagian 46: Solusi untuk Pangeran Ketiga
47 Bagian 47: Pembatalan
48 Bagian 48: Kotak Makan
49 Bagian 49. Perkelahian Tengah Kota
50 Bagian 50: Hukuman Mandiri
51 Bagian 51: Dialog
52 Bagian 52: Interogasi
53 Bagian 53: Sebuah Kecurigaan
54 Bagian 54: Ingin Menghindar
55 Bagian 55: Sedikit Penasaran
56 Bagian 56: Bujuk Rayu
57 Bagian 57: Menginginkan Kesepakatan
58 Bagian 58: Dua Ikan dalam Satu Kail
59 Bagian 59: Permintaan Kaisar Baili
60 Bagian 60: Pemakzulan
61 Bagian 61: Marah
62 Bagian 62: Rahasia Hubungan
63 Bagian 63: Menuntaskan Dendam Lama
64 Bagian 64: Mahakarya Putri Permaisuri
65 Bagian 65: Hadiah Permintaan Maaf
66 Bagian 66: Bola Nasi Kecil
67 Bagian 67: Kunjungan Kakak
68 Bagian 68: Jamuan Istana
69 Bagian 69: Hadiah Pernikahan
70 Bagian 70: Mengacaukan Malam Pertama
71 Bagian 71: Jatuh Bersama
72 Bagian 72: Lelucon Istana Bingyue
73 Bagian 73: Ucapan Selamat Tinggal
74 Bagian 74: Mencium Bau Konspirasi
75 Bagian 75: Terlalu Penasaran
76 Bagian 76: Hari Festival
77 Bagian 77: Hanya Seorang Selir!
78 Bagian 78: Catatan Obat
79 Bagian 79: Pengejaran
80 Bagian 80: Sama-Sama Terluka
81 Bagian 81: Obrolan Malam yang Panjang
82 Bagian 82: Jebakan Putri Permaisuri
83 Bagian 83: Jangan Terluka Untukku
84 Bagian 84: Pemeriksaan
85 Bagian 85: Bukan Dokter Kandungan
86 Bagian 86: Sepasang Angsa Putih
87 Bagian 87: Sepasang Mata Sejuta Rahasia
88 Bagian 88: Manis Seperti Gula
89 Bagian 89: Bara Api Istana Harem
90 Bagian 90: Meminta Bantuan
91 Bagian 91: Reservasi Kematian
92 Bagian 92: Jangan Memaksaku!
93 Bagian 93: Kecurigaan Satu Nama
94 Bagian 94: Memutuskan Tangan Kanan
95 Bagian 95: Jatuh Sakit
96 Bagian 96: Satu Tebasan Pedang
97 Bagian 97: Merawat Istri
98 Bagian 98: Pengikut Baru
99 Bagian 99: Dilema Sang Raja
100 Bagian 100: Manis dan Menyedihkan di Waktu Bersamaan
101 Bagian 101: Keputusan Sulit
102 Bagian 102: Gigitan Serangga
103 Bagian 103: Orang yang Tidak Lagi Sama
104 Bagian 104: Ayo Bertarung Denganku!
105 Bagian 105: Iblis Kecil Tidak Bisa Diganggu!
106 Bagian 106: Paman, Kau Juga Digigit Serangga?
107 Bagian 107: Masih Ada Tempat
108 Bagian 108: Bertemu Kembali
109 Bagian 109: Sebuah Peringatan Dini
110 Bagian 110: Mengunjungi Ibu Mertua
111 Bagian 111: Seperti Pakaian Dinas
112 Bagian 112: Pindah Kereta
113 Bagian 113: Tragedi Malam Musim Semi
114 Bagian 114: Penculikan
115 Bagian 115: Kemarahan Raja yang Mengerikan
116 Bagian 116: Pencarian
117 Bagian 117: Hancurkan Saja!
118 Bagian 118: Biarkan Dia yang Memutuskan Sendiri!
119 Bagian 119: Saling Merawat
120 Bagian 120: Permintaan Maaf Kaisar
121 Bagian 121: Gajah di Balik Batu
122 Bagian 122: Teman Masa Kecil
123 Bagian 123: Dianggap Selir
124 Bagian 124: Ayo Bercerai!
125 Bagian 125: Rumah Bordil
126 Bagian 126: Biarkan Aku Bersikap Egois
127 Bagian 127: Purnama yang Terbelah
128 Bagian 128: Cara Meminta Maaf yang Benar
129 Bagian 129: Bekerja Sama dengan Kaisar
130 Bagian 130: Memulai Pertunjukkan
131 Bagian 131: Mengobati dengan Tubuh?
132 Bagian 132: Otak Perencana
133 Bagian 133: Bermimpi Lagi
134 Bagian 134: Pemenang Taruhan
135 Bagian 135: Lakukan Apapun yang Kau Inginkan!
136 Bagian 136: Skenario Lain
137 Bagian 137: Berani Bermain Trik
138 Bagian 138: Pengkhianat Pengadilan
139 Bagian 139: Tidak Boleh Menyembunyikan Apapun
140 Bagian 140: Sketsa
141 Bagian 141: Kehamilan Selir Xian
142 Bagian 142: Membujuk Kaisar
143 Bagian 143: Ucapan Selamat Ulang Tahun
144 Bagian 144: Orang yang Tidak Sabar
145 Bagian 145: Laporan Rahasia
146 Bagian 146: Ucapan Perpisahan
147 Bagian 147: Menjebak Kaisar
148 Bagian 148: Bersabarlah, Adik!
149 Bagian 149: Menyadari Jebakan
150 Bagian 150: Penjemputan
151 Bagian 151: Aksi Pengamanan
152 Bagian 152: Dekret Rahasia
153 Bagian 153: Pertarungan Akhir
154 Bagian 154: Penukaran Hidup dan Mati
155 Bagian 155: Kembali?
156 Bagian 156: Pertemuan Kembali
157 Bagian 157: Kisah yang Sebenarnya
158 SIDE STORY 1: SETELAH DIA PERGI
159 SIDE STORY 2: TARUHAN LIU QINGTI DAN BAILI QINGYAN
160 SIDE STORY 3: PERTOBATAN KAISAR BAILI
161 Pengumuman
162 PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!!
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bagian 1: Masuk Portal
2
Bagian 2: Pengurus Rumah Kecil
3
Bagian 3: Sedan Merah Pengantin
4
Bagian 4: Upacara
5
Bagian 5: Kunjungan Istri Pertama
6
Bagian 6: Dua Permaisuri
7
Bagian 7: Sosok Kaisar Baili
8
Bagian 8: Menekan Sebelum Ditekan
9
Bagian 9: Jalan Ibukota
10
Bagian 10: Taruhan
11
Bagian 11: Keluarga Sampah
12
Bagian 12: Ledakan Misterius
13
Bagian 13: Menagih Utang
14
Bagian 14: Menyusun CV
15
Bagian 15: Mengambil Langkah
16
Bagian 16: Misi Pengganti
17
Bagian 17: Keterlibatan Orang Lain
18
Bagian 18: Penyakit Aneh Raja Changle
19
Bagian 19: Tuduhan Bersih
20
Bagian 20: Senam Pagi
21
Bagian 21: Mengajari Adik Ipar
22
Bagian 22: Empat Sehat Lima Sempurna
23
Bagian 23: Misi Khusus Xizhou
24
Bagian 24: Sebuah Serangan
25
Bagian 25: Mengunjungi Yang Mulia
26
Bagian 26: Bertemu Ibu
27
Bagian 27: Satu Kamar Lagi
28
Bagian 28: Petunjuk Misi
29
Bagian 29: Identitas Asli Nyonya Zhao
30
Bagian 30: Ikut Campur
31
Bagian 31: Bingung
32
Bagian 32: Firasat Buruk
33
Bagian 33: Melarikan Diri
34
Bagian 34: Pelajaran untuk Adik Tersayang
35
Bagian 35: Menyerahlah!
36
Bagian 36: Meminjam Tangan
37
Bagian 37: Sebuah Pembalasan
38
Bagian 38: Rahasia dan Rahasia
39
Bagian 39: Perihal Istri Pertama
40
Bagian 40: Opera Tujuh Rupa
41
Bagian 41: Tidak Ada Gunanya
42
Bagian 42: Kepercayaan yang Horor
43
Bagian 43: Berpikir Tentang Tarian Pedang
44
Bagian 44: Mengamankan Orang
45
Bagian 45: Penahanan
46
Bagian 46: Solusi untuk Pangeran Ketiga
47
Bagian 47: Pembatalan
48
Bagian 48: Kotak Makan
49
Bagian 49. Perkelahian Tengah Kota
50
Bagian 50: Hukuman Mandiri
51
Bagian 51: Dialog
52
Bagian 52: Interogasi
53
Bagian 53: Sebuah Kecurigaan
54
Bagian 54: Ingin Menghindar
55
Bagian 55: Sedikit Penasaran
56
Bagian 56: Bujuk Rayu
57
Bagian 57: Menginginkan Kesepakatan
58
Bagian 58: Dua Ikan dalam Satu Kail
59
Bagian 59: Permintaan Kaisar Baili
60
Bagian 60: Pemakzulan
61
Bagian 61: Marah
62
Bagian 62: Rahasia Hubungan
63
Bagian 63: Menuntaskan Dendam Lama
64
Bagian 64: Mahakarya Putri Permaisuri
65
Bagian 65: Hadiah Permintaan Maaf
66
Bagian 66: Bola Nasi Kecil
67
Bagian 67: Kunjungan Kakak
68
Bagian 68: Jamuan Istana
69
Bagian 69: Hadiah Pernikahan
70
Bagian 70: Mengacaukan Malam Pertama
71
Bagian 71: Jatuh Bersama
72
Bagian 72: Lelucon Istana Bingyue
73
Bagian 73: Ucapan Selamat Tinggal
74
Bagian 74: Mencium Bau Konspirasi
75
Bagian 75: Terlalu Penasaran
76
Bagian 76: Hari Festival
77
Bagian 77: Hanya Seorang Selir!
78
Bagian 78: Catatan Obat
79
Bagian 79: Pengejaran
80
Bagian 80: Sama-Sama Terluka
81
Bagian 81: Obrolan Malam yang Panjang
82
Bagian 82: Jebakan Putri Permaisuri
83
Bagian 83: Jangan Terluka Untukku
84
Bagian 84: Pemeriksaan
85
Bagian 85: Bukan Dokter Kandungan
86
Bagian 86: Sepasang Angsa Putih
87
Bagian 87: Sepasang Mata Sejuta Rahasia
88
Bagian 88: Manis Seperti Gula
89
Bagian 89: Bara Api Istana Harem
90
Bagian 90: Meminta Bantuan
91
Bagian 91: Reservasi Kematian
92
Bagian 92: Jangan Memaksaku!
93
Bagian 93: Kecurigaan Satu Nama
94
Bagian 94: Memutuskan Tangan Kanan
95
Bagian 95: Jatuh Sakit
96
Bagian 96: Satu Tebasan Pedang
97
Bagian 97: Merawat Istri
98
Bagian 98: Pengikut Baru
99
Bagian 99: Dilema Sang Raja
100
Bagian 100: Manis dan Menyedihkan di Waktu Bersamaan
101
Bagian 101: Keputusan Sulit
102
Bagian 102: Gigitan Serangga
103
Bagian 103: Orang yang Tidak Lagi Sama
104
Bagian 104: Ayo Bertarung Denganku!
105
Bagian 105: Iblis Kecil Tidak Bisa Diganggu!
106
Bagian 106: Paman, Kau Juga Digigit Serangga?
107
Bagian 107: Masih Ada Tempat
108
Bagian 108: Bertemu Kembali
109
Bagian 109: Sebuah Peringatan Dini
110
Bagian 110: Mengunjungi Ibu Mertua
111
Bagian 111: Seperti Pakaian Dinas
112
Bagian 112: Pindah Kereta
113
Bagian 113: Tragedi Malam Musim Semi
114
Bagian 114: Penculikan
115
Bagian 115: Kemarahan Raja yang Mengerikan
116
Bagian 116: Pencarian
117
Bagian 117: Hancurkan Saja!
118
Bagian 118: Biarkan Dia yang Memutuskan Sendiri!
119
Bagian 119: Saling Merawat
120
Bagian 120: Permintaan Maaf Kaisar
121
Bagian 121: Gajah di Balik Batu
122
Bagian 122: Teman Masa Kecil
123
Bagian 123: Dianggap Selir
124
Bagian 124: Ayo Bercerai!
125
Bagian 125: Rumah Bordil
126
Bagian 126: Biarkan Aku Bersikap Egois
127
Bagian 127: Purnama yang Terbelah
128
Bagian 128: Cara Meminta Maaf yang Benar
129
Bagian 129: Bekerja Sama dengan Kaisar
130
Bagian 130: Memulai Pertunjukkan
131
Bagian 131: Mengobati dengan Tubuh?
132
Bagian 132: Otak Perencana
133
Bagian 133: Bermimpi Lagi
134
Bagian 134: Pemenang Taruhan
135
Bagian 135: Lakukan Apapun yang Kau Inginkan!
136
Bagian 136: Skenario Lain
137
Bagian 137: Berani Bermain Trik
138
Bagian 138: Pengkhianat Pengadilan
139
Bagian 139: Tidak Boleh Menyembunyikan Apapun
140
Bagian 140: Sketsa
141
Bagian 141: Kehamilan Selir Xian
142
Bagian 142: Membujuk Kaisar
143
Bagian 143: Ucapan Selamat Ulang Tahun
144
Bagian 144: Orang yang Tidak Sabar
145
Bagian 145: Laporan Rahasia
146
Bagian 146: Ucapan Perpisahan
147
Bagian 147: Menjebak Kaisar
148
Bagian 148: Bersabarlah, Adik!
149
Bagian 149: Menyadari Jebakan
150
Bagian 150: Penjemputan
151
Bagian 151: Aksi Pengamanan
152
Bagian 152: Dekret Rahasia
153
Bagian 153: Pertarungan Akhir
154
Bagian 154: Penukaran Hidup dan Mati
155
Bagian 155: Kembali?
156
Bagian 156: Pertemuan Kembali
157
Bagian 157: Kisah yang Sebenarnya
158
SIDE STORY 1: SETELAH DIA PERGI
159
SIDE STORY 2: TARUHAN LIU QINGTI DAN BAILI QINGYAN
160
SIDE STORY 3: PERTOBATAN KAISAR BAILI
161
Pengumuman
162
PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!