Tengah malam, sesosok bayangan hitam berkelebat di pekarangan kediaman utara mansion Raja Changle. Sosok itu berlari sangat cepat, lincah seperti kijang di tengah hutan. Saat itu, semua pelayan sudah terlelap dan kediaman sepi. Hanya ada suara jangkrik dan binatang malam yang terdengar bernyanyi di tengah kesunyian.
Sosok itu berhenti di depan kamar Pangeran Permaisuri, kamar Xiao Junjie. Gerak-geriknya mencurigakan. Dari dalam pakaian hitamnya, sosok itu mengeluarkan sepotong bambu yang dimodifikasi menjadi sedotan.
Sosok berbaju hitam itu kemudian membolongi jendela kertas, meniupkan sejenis zat beracun yang cukup berbahaya jika terhirup. Asap putih perlahan memenuhi ruangan dalam kamar Xiao Junjie, membuat sang pemiliknya terbatuk lalu memejamkan mata.
Sosok tersebut hendak berbalik, namun ia begitu terkejut ketika sesosok berbaju hitam yang lain berdiri di belakangnya. Sosok yang baru datang – Qingyi, sama terkejutnya.
Ia datang untuk membalas dendam pada Xiao Junjie dengan mengirimkan setumpuk pakaian bau di pintu masuk, tetapi tidak menyangka akan bertemu sosok lain yang sama-sama tengah memasuki kediaman utara.
Qingyi menatap sosok itu dengan alis berkerut. Karena wajah keduanya sama-sama tertutup kain, mereka tidak bisa melihat ekspresi masing-masing. Qingyi merasa orang ini datang tanpa niat baik. Kalau datang bertamu, mana mungkin malam-malam dengan pakaian yang serba hitam. Mirip dengan pembunuh di drama televisi.
Sosok berbaju hitam itu menaburkan serbuk tepung di wajah Qingyi, lalu meloncat ke atap dan berlari menjauh. Qingyi terbatuk sesaat. Setelah efek dari tepung itu hilang, Qingyi ikut melompat ke atap, mengejar sosok tadi. Dia tidak terima seseorang menyerangnya dengan mengelabui. Qingyi ingin mengejar sosok tadi.
Di dunia ini, kemampuan kungfunya meningkat karena ia sering berlatih di ruang dimensi. Tubuhnya juga diasupi nutrisi yang sangat baik, diberi suplemen dari tanaman obat yang ditanam di ruang dimensi. Qingyi bisa menguasai ilmu meringankan tubuh dengan cepat tanpa diketahui orang lain, hingga ia bisa meloncat ke atas atap.
Ia melihat sosok itu berlari dan meloncat dari atap satu ke atap yang lain. Dengan kecepatan penuh, ia mengejar sosok itu. Merasa ada yang membuntuti, sosok berbaju hitam semakin mempercepat pergerakannya.
Semakin cepat ia berlari, semakin cepat pula Qingyi mengejar. Gadis itu juga tidak mau kalah. Puluhan atap rumah penduduk dijejaki, beberapa ruas jalan dilompati. Aksi kejar-kejaran itu mirip aksi dalam drama kolosal.
Tanpa sadar, sosok itu telah membawa Qingyi ke tengah hutan yang gelap. Cahaya bulan samar-samar menyusup lewat celah dedaunan, cukup untuk menerangi jalan agar tidak salah menginjak sesuatu. Qingyi berhenti saat sosok berbaju hitam itu berhenti. Napasnya sedikit tersengal karena ia tak pernah berlari sejauh itu, apalagi di malam hari.
“Tuan, tempat ini berbahaya!” seru Yinghao yang tiba-tiba muncul di pundaknya.
“Apa tidak terlambat mengatakannya sekarang?”
Qingyi menyesali keputusannya yang telah mengikuti sosok berbaju hitam itu. Ia baru sadar kalau ia mungkin telah masuk ke dalam jebakan. Sosok berbaju hitam tersebut sengaja memancingnya kemari, lalu dengan mudah menghabisinya. Atau, ia akan memanggil beberapa temannya yang bersembunyi di dalam kegelapan.
“Siapa kau?” tanya Qingyi memberanikan diri. Meski takut, ia masih penasaran.
“Orang yang akan segera mati tidak perlu banyak berbicara!” sosok berbaju hitam itu mengeluarkan pedang yang tersembunyi di pinggangnya. Ia meloncat hendak menusuk dada Qingyi, namun kalah cepat karena Qingyi menghindar.
"Tidak kena, tidak kena!"
Sosok berbaju hitam itu kembali menerjang.
Qingyi tahu hidupnya dalam bahaya. Sembari mencoba menyingkirkan ketakutannya, ia berbicara pada Yinghao, menyuruhnya mengeluarkan sesuatu yang bisa menahan serangan dari sosok berbaju hitam itu. Yinghao langsung terpikirkan satu benda, kemudian mengeluarkannya dari ruang dimensi.
Qingyi tak habis pikir. Tapi, ia tidak punya waktu untuk mengomeli Yinghao. Diambilnya benda itu, lalu digunakan untuk menangkis serangan pedang sosok berbaju hitam.
Lewat matanya, sosok berbaju hitam itu begitu terkejut karena orang ini ternyata bisa bela diri juga. Untuk menghindari bencana, ia semakin melancarkan serangannya.
“Hah! Stik golf ini ternyata ada gunanya juga!” seru Qingyi sambil menangkis serangan pedang.
Terjadi duel antara dua orang berbaju hitam, antara pedang melawan stik golf. Berdasarkan pergerakannya, Qingyi menebak kalau sosok berbaju hitam itu adalah seorang laki-laki.
Saat lengah, Qingyi mengayunkan stik golfnya ke bagian bawah tubuh si penjahat, tepat ke tempat yang terletak di antara dua kakinya. Ia mengayunkannya dengan keras, lalu si penjahat itu berteriak kesakitan sambil memegangi ‘burungnya’. Qingyi bersorak, rupanya orang itu benar-benar laki-laki.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia memukuli pinggang dan kaki si penjahat dengan stik golfnya berkali-kali. Si penjahat kembali mengeluarkan serbuk tepung dan langsung kabur. Tapi, sebuah benda kemudian terjatuh dari tubuhnya. Qingyi memungutnya, memperhatikannya dengan jelas.
Bentuknya persegi panjang dan di tengahnya terdapat huruf yang entah artinya apa. Untuk berjaga-jaga, ia memasukkan benda itu ke dalam bajunya dan bergegas kembali sebelum orang-orang di mansion Raja Changle menyadari kalau ia tidak ada di kediaman.
Pagi harinya, mansion Raja Changle dibuat heboh dengan keributan yang terjadi di halaman utara. Para pelayan di sana berlari ke sana kemari, memanggil pelayan lain dan meminta Baili Qingchen datang. Katanya, Pangeran Permaisuri muntah darah dan tidak sadarkan diri. Pelayan-pelayan itu berteriak kalau ada seseorang yang telah mencelakai Pangeran Permaisuri Chang Le.
Pelayan kediaman utara menduga orang yang telah mencelakai Xiao Junjie adalah Putri Permaisuri, Liu Qingyi. Kemarin, Xiao Junjie mengirimkan puluhan pot bunga berduri ke halaman barat. Mereka menuduh Qingyi membalas dendam, mencelakai Xiao Junjie dengan meracuninya.
Qingyi yang masih lelah kini dibangunkan paksa oleh Baili Qingchen. Pria itu langsung memarahinya habis-habisan, mengeluarkan kata-kata tidak enak yang memekakkan telinga. Qingyi mengusap wajahnya dengan kasar dan balik membentak Baili Qingchen, menurutnya pria itu terlalu berisik.
“Cepat berikan penawarnya! Aku bisa membiarkanmu hidup!” seru Baili Qingchen.
Qingyi menguap. Drama apa lagi ini? Di pagi buta seperti ini, Baili Qingchen sudah cari masalah dengannya. Qingyi sudah tahu ia akan menjadi kambing hitam. Di kediaman ini, hanya dia yang bermusuhan dengan Xiao Junjie dan dialah satu-satunya kandidat terduga pelaku yang mencelakai pria itu.
“Apa kau punya bukti kalau aku yang mencelakai Xiao Junjie?” tanya Qingyi dengan malas.
“Siapa lagi yang berani selain dirimu? Liu Qingyi, cepat serahkan penawarnya padaku!”
Pelayan kediaman barat membela Qingyi. Mereka mengatakan kalau semalam majikan mereka tetap berada di kediaman. Tidak mungkin Putri Permaisuri yang melakukannya. Para pelayan terus membela, bahkan berlutut. Tetapi, Baili Qingchen bersikeras menuduh Qingyi sebagai pelakunya dan meminta obat untuk Xiao Junjie.
“Alih-alih menuduhku tanpa bukti, kenapa kau tidak mencari pelaku yang sebenarnya? Kau tidak akan mendapatkan apapun meski kau terus mendesakku,” seloroh Qingyi. Meski dituduh, ia tetap bersikap tenang.
Baili Qingchen kemudian menyuruh pelayan menggeledah seluruh kediaman barat. Namun, setelah digeledah, tidak ada satu barang pun yang merujuk pada pelaku kejahatan. Itu membuktikan Qingyi tidak bersalah. Baili Qingchen masih tidak percaya, tetapi melihat sikap gadis itu, ia jadi ragu. Hatinya bertanya apakah mungkin ia sudah salah menuduh orang?
“Yang Mulia, ada mayat tidak dikenal ditemukan di pinggiran sungai pagi ini,” Cui Kong tiba-tiba masuk dan melapor.
“Aku menemukan jejak asap beracun yang sama persis dengan Pangeran Permaisuri. Apa Yang Mulia ingin melihatnya?” ucap Cui Kong.
Baili Qingchen langsung bergegas.
“Kongkong, tunggu!” seru Qingyi. Cui Kong berhenti.
“Selidiki benda ini! Aku menemukannya tanpa sengaja,” ucap Qingyi sambil melemparkan benda persegi yang ia dapat dari tubuh si penjahat tadi malam. Cui Kong membelalakkan mata, menatap tak percaya pada Qingyi.
“Yang Mulia, kau?”
Qingyi tahu pengawal itu ingin mengonfirmasi, namun ia menyuruhnya untuk tetap diam. Biarkan Baili Qingchen si menyebalkan itu menemukan sendiri kebenarannya. Qingyi tidak mau ikut campur tangan lebih jauh, ia masih ingin tidur nyeyak. Cui Kong mengangguk mengerti, kemudian menyusul Baili Qingchen.
Pengawal itu belum percaya pada apa yang baru saja terjadi. Benda yang dilemparkan Qingyi adalah sebuah pelat perintah yang dibuat sebuah keluarga.
Insting Cui Kong langsung mengatakan kalau Qingyi-lah yang telah mengatasi pelaku yang meracuni Xiao Junjie, namun gadis itu memilih tetap diam dan membiarkan semuanya terjadi secara alami. Cui Kong tidak menyangka Putri Permaisuri Chang Le yang baru ini memiliki kemampuan yang cukup hebat dan begitu rendah hati.
Sepeninggal Cui Kong, Qingyi merebahkan tubuhnya kembali di ranjang dan mengusir para pelayannya. Yinghao muncul di sampingnya. Panda kecil itu melompat-lompat di atas ranjang sambil berkata,
“Tuan, kau menyelesaikan misi tersembunyi. Satu kotak senjata mutakhir telah ditambahkan ke ruang dimensi!”
“Menurutmu, siapa yang memerintahkan pembunuh itu? Aku lihat dia sepertinya sengaja ingin membuatku menjadi kambing hitam. Selain Xiao Junjie, siapa lagi musuhku?” Yinghao menggelengkan kepalanya. Tuannya bisa juga bodoh di saat seperti ini.
“Mungkin orang yang iri atau dendam padamu.”
“Iri dan dendam? Satu-satunya manusia yang membenciku selain Xiao Junjie hanyalah…. Apa mungkin itu dari kediaman Perdana Menteri?”
“Kita akan tahu jawabannya sesaat lagi!”
Yinghao kembali meloncat-lompat gembira. Aneh, padahal dia seekor panda tetapi tubuhnya bisa begitu fleksibel dan ringan. Qingyi masih asyik menerawang, memikirkan alasan mengapa kediaman perdana menteri begitu ingin menyingkirkannya. Pusing dengan pemikiran itu, ia mengubahnya menjadi sebuah topik pembicaraan yang lain.
“Yinghao, apa aku harus menyelamatkan Xiao Junjie?”
“Terserah Tuan. Yang jelas, selama dia tidak mempengaruhi jalan cerita, kau bisa memilih menyingkirkannya atau mempertahankannya.”
Xiao Junjie belum saatnya mati. Qingyi masih belum menyelesaikan misi utamanya. Kalau Xiao Junjie mati, jalan ceritanya akan semakin runyam dan sulit. Lagipula, di dalam ceritanya, Xiao Junjie baru mati ketika Kaisar Baili menjatuhkan hukuman kepada semua orang di mansion Raja Changle, beberapa tahun setelah Liu Qingyi yang asli meninggal.
“Dia belum saatnya mati. Kalau dia mati, Baili Qingchen akan membunuhku dan cerita bisa berakhir tanpa penyelesaian. Ambillah beberapa tanaman herbal, aku ingin menjenguk istri pertama suamiku.”
Yinghao menurut, ia pergi ke ruang dimensi dan mencabut beberapa tanaman herbal. Sementara itu, Qingyi bersiap pergi ke kediaman utara untuk melihat kondisi istri pertama suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussemangst
2024-01-27
0
Erly Hafidz
hahajajaj pasutri geje
2023-10-15
0
Sulati Cus
madu dan racun bersatu😂
2023-01-02
2