Malam harinya ketika Qingyi selesai mengobati luka bakar akibat ledakan di ruang dimensi, dia kembali ke mansion Raja Changle. Malam ini, ia berencana membalas kehancuran kamarnya dengan mendatangi kediaman Baili Qingchen.
Persetan dengan sebutan wanita tidak tahu malu atau apa, Qingyi hanya ingin Baili Qingchen melunasi utangnya.
Di mansion ini, Qingyi tidak punya kediaman lain selain kamar yang telah hancur. Dia juga tidak bisa bolak-balik ke ruang dimensi karena misi utamanya bisa terpengaruh. Kebetulan, dia penasaran dengan kemewahan kamar utama Raja Changle.
Dengar-dengar, Xiao Junjie pernah tidur di sana. Karena tidak suka kalah bersaing dengan pria dan ingin membalas dendam, Qingyi ingin bermain sedikit.
Pada malam yang belum begitu larut, gadis itu mendatangi kamar Baili Qingchen, mengetuknya dengan keras sambil berteriak. Pelayan di sana memperhatikannya, lalu menggelengkan kepala.
Tingkah sang putri permaisuri sangat tidak beradab menurut mereka. Siapa Raja Changle? Dia adalah seorang pangeran, tidak pantas diganggu malam-malam oleh seorang wanita dengan cara seperti itu.
“Ada apa?” tanya pria itu ketika melihat Qingyi berdiri di depan pintu kamarnya.
“Kau bertanya ada apa? Yang Mulia, kau menghancurkan kamarku. Apa aku akan baik-baik saja tidur di ruangan yang bahkan lebih buruk dari kandang babi?”
“Aku akan menyuruh pelayan mempersiapkan kamar lain untukmu.”
“Tidak perlu. Karena kau yang mengancurkannya, maka kau yang harus bertanggungjawab!”
Qingyi menerobos kamar Baili Qingchen lalu berbalik.
Senyum jahatnya terukir. Qingyi mendorong keluar Baili Qingchen, lalu menutup pintu dan menguncinya. Merasa terusir, Baili Qingchen mengetuk pintu keras-keras, namun tidak juga terbuka.
“Keluar dari kamarku!” teriak Baili Qingchen. Namun, tidak ada jawaban dan kamar hening. Dia ingin mendobraknya, tapi hari sudah malam. Itu hanya akan menarik perhatian.
Di dalam kamar Baili Qingchen, Qingyi duduk di kursi kayu. Ruangan ini lebih besar dan lebih bagus, mungkin yang terbagus dari semua kamar yang ada di mansion ini. Perabotannya mahal, detail-detailnya juga unik. Qingyi tersenyum menang. Bukan hanya Xiao Junjie yang bisa masuk, dia juga bisa. Bahkan Qingyi tidak perlu menunggu persetujuan siapapun.
“Tuan, apa kau akan tidur di sini?” tanya Yinghao.
Qingyi menggeleng cepat.
“Lalu kenapa kau menginginkan kamar ini?” panda itu bertanya kembali.
“Karena aku ingin membuat Xiao Junjie marah. Ada dua keuntungan di depan mata, kenapa aku harus memilih salah satunya?”
“Sepertinya kau salah peran. Seharusnya kau menjadi peran pembantu yang antagonis saja,” ujar panda itu, heran dengan kelakuan tuannya yang tidak bisa ditebak.
“Aku tidak mau tidur di ranjang yang sama dengan yang pernah ditiduri Xiao Junjie,” ucap Qingyi. Yinghao meloncat ke pundaknya. Setelah ini, dia tahu tuannya akan pergi ke mana.
Di luar, Baili Qingchen berjalan meninggalkan halaman kediaman utamanya. Tujuannya adalah kediaman Xiao Junjie. Barangkali pria tercintanya bersedia berbagi kamar dengannya malam ini.
Diketuknya pintu kayu tersebut sambil memanggil namanya. Tidak lama kemudian, Xiao Junjie keluar dalam setelan baju tidur putih. Dia terkejut karena tengah malam begini Baili Qingchen datang ke kamarnya.
“A-Chen?”
“A-Jie, apa malam ini aku boleh menginap di sini?” tanya Baili Qingchen.
“Tentu saja! Tapi, kenapa kau keluar malam-malam begini?”
“Putri Permaisuri merebut kamarku.”
Dia lagi, gumam Xiao Junjie dalam hati. Beberapa hari ini gadis itu terus membuat keributan. Kalau bukan karena Baili Qingchen melarangnya bertengkar dengannya, Xiao Junjie sudah dari kemarin memberi gadis itu pelajaran. Bisa-bisanya dia mengusir Raja Changle dari tempat tidurnya sendiri.
“Aku meledakkan kamarnya, jadi dia datang meminta pertanggungjawaban,” sambung Baili Qingchen. Xiao Junjie menghela napas, lalu menuntunnya ke dalam dan menutup pintu.
Sementara itu, di semak-semak yang gelap, Qingyi mendecih menyaksikan kedua pria tersebut masuk ke dalam kamar.
“Lihatlah! Mereka pikir ini roman Romeo and Juliet? Atau Laila Majnun?” cibirnya.
“Tuan, kenapa kau sangat repot mengurusi mereka? Bukankah seharusnya kita beristirahat di ruang dimensi?” Yinghao mengigit potongan bambu muda kesukaannya.
“Aku harus melakukan sesuatu.”
Qingyi mendatangi sebuah bangunan di belakang kediaman utama tempat ibunya – Zhao Yinniang ditempatkan. Wanita tersebut sedang tertidur pulas usai menerima perawatan.
Semua luka di tubuhnya sudah dibersihkan dan diobati, hanya tinggal menunggu pemulihan. Parasnya memang mirip dengan wajah Qingyi. Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari ruang dimensi, lalu menusukannya ke lengan Zhao Yinniang.
“Tuan, kenapa kau membiusnya?” tanya Yinghao.
“Agar dia aman dalam perjalanan,” jawabnya.
Beberapa pelayan lalu masuk setelah Qingyi memanggil mereka. Tubuh Zhao Yinniang diangkat, lalu dikeluarkan diam-diam dari mansion Raja Changle lewat gerbang belakang.
Di sana, sebuah kereta kuda penumpang dan beberapa kereta barang sudah siap. Zhao Yinniang dipindahkan ke dalam kereta, lalu kereta tersebut melaju meninggalkan mansion Raja Changle.
Qingyi tersenyum kecil, lalu kembali ke ruang dimensi.
...***...
“A-Chen, tehnya.”
Xiao Junjie menyodorkan segelas teh hangat kepada suaminya. Malam ini, keduanya tidak bisa tidur karena di luar begitu berisik. Entah siapa yang sedang memotong kayu, tetapi suaranya sangat menganggu. Xiao Junjie dan Baili Qingchen duduk berhadapan. Di meja kecilnya terdapat sepoci teh yang baru diseduh.
Cahaya di dalam ruangan tidak terlalu terang. Xiao Junjie memadamkan beberapa lilin karena berpikir Baili Qingchen tidak terlalu suka dengan penerangan yang terlalu terang.
Dia baru saja hendak tidur ketika Baili Qingchen mengetuk pintu kamarnya. Sudah satu bulan sejak dekret pernikahan kedua dikeluarkan, dia baru bisa berbicara di kamarnya sendiri dengan Baili Qingchen.
“Apa hari ini berjalan lancar?’ tanya Xiao Junjie.
Baili Qingchen menarik napas, lalu mengeluarkannya perlahan.
“Dia membuat ibunya bercerai dengan Perdana Menteri dan mengambil kembali semua maharnya,” jawab Baili Qingchen.
“Sepertinya, kita tidak boleh percaya pada rumor,” ucap Xiao Junjie.
Tidak mengherankan bila keduanya sama-sama terkejut. Sebelum pernikahan berlangsung, Baili Qingchen dan Xiao Junjie sudah sama-sama mencari informasi mengenai Liu Qingyi dari bawahan masing-masing.
Jawaban mereka sama. Namun yang mereka lihat tiga hari lalu, dua hari lalu dan hari ini justru sangat berbeda dengan bayangan mereka.
Xiao Junjie ingin Liu Qingyi segera pergi. Baginya, kehadiran Qingyi di dalam mansion Raja Changle bukan hanya menjadi saingan yang nanti terjadi, namun membuat ruang geraknya terasa terbatas.
Selama tiga tahun ini, dia selalu bebas bergerak semaunya tanpa ada yang mencela. Kalau gadis itu ada, Xiao Junjie kemungkinan kehilangan hari-hari damainya di dalam mansion yang besar ini. Karena dia tahu, temperamen gadis itu sungguh tidak bisa diremehkan.
Lain halnya dengan Baili Qingchen. Sebagai seorang pangeran, adiknya yang jadi kaisar itu tentu tidak akan membiarkannya begitu saja. Keluarga kekaisaran dan bangsawan tidak pernah memiliki satu istri.
Dengan kata lain, sekalipun Baili Qingchen sudah menikah, dia akan tetap memiliki istri lain entah itu statusnya selir atau gundik. Namun, yang dia dapatkan justru seorang istri sah lagi.
Baili Qingchen memang tidak menyukainya. Ia menerima pernikahan itu karena terpaksa. Sebagai pangeran, dia segala kehidupannya diatur oleh istana meskipun dia sudah memiliki tempat tinggal sendiri. Baili Qingchen hanya bisa menerima dan menunggu saat yang tepat untuk menyingkirkan gadis itu. Ketika saat itu belum tiba, Baili Qingchen tidak bisa berbuat macam-macam padanya.
Terlebih, Qingyi diutus untuk menjadi penangkal penyakit. Hari ini setelah dia berkunjung ke kediaman perdana menteri, Baili Qingchen mengetahui kalau kehidupan gadis itu sangat tidak baik. Hanya karena ibunya seorang selir, dia diperlakukan tidak baik dan ditindas bahkan oleh adiknya sendiri.
Baili Qingchen melihat kalau kekuatan diri gadis itu tumbuh karena penindasan yang selama ini dia alami. Wajar saja hari ini dia begitu meledak-ledak. Keberaniannya justru yang mencengangkan.
Seorang anak selir bahkan telah berhasil membuat ibunya sendiri bercerai dari ayahnya dan mengambil kembali semua mahar. Kemampuannya tidak biasa. Baili Qingchen mulai sekarang harus waspada, karena dia tidak tahu seperti apa sifat asli dari Liu Qingyi. Dia pikir, gadis ini tidak bisa diremehkan.
“Sudah malam. A-Chen, apa kau hendak beristirahat?” tanya Xiao Junjie.
“Ya.”
“Hari ini kau telah bekerja keras.”
Baili Qingchen membaringkan tubuhnya di samping Xiao Junjie. Keduanya menarik selimut, lalu memejamkan mata. Cahaya temaram dari lilin menjadi penerang, sesekali meliuk-liuk karena angin yang berhembus lewat celah atas jendela.
Sunyi. Sepi. Mansion Raja Changle seperti bangunan kosong tak berpenghuni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-01-27
0
Sulati Cus
😂😂😂😂😂ngakak deh pasutri gaje
2022-12-29
3