Jika bukan karena Yinghao memberinya misi, Qingyi memilih untuk tidur di ruang dimensi sepanjang hari ketimbang membuang tenaga mengunjungi keluarga perdana menteri yang seperti siluman itu. Qingyi harus bangun pagi-pagi.
Sepanjang perjalanan, dia juga menghembuskan napas berkali-kali karena Baili Qingchen satu kereta dengannya hingga dia tidak punya kesempatan untuk bicara dengan Yinghao.
Qingyi tidak menyangka pria itu akan ikut bersamanya hari ini. Sebelumnya, Baili Qingchen sama sekali tidak mengatakan ia setuju untuk pulang ke rumah perdana menteri. Tadinya Qingyi akan berangkat sendiri, tetapi pria itu tiba-tiba sudah menunggunya di depan kereta.
Baili Qingchen memperhatikan sekilas ekspresi di wajah permaisurinya. Dia tampak tidak senang dan malas. Baili Qingchen cukup mengerti jika permaisuri barunya pasti tidak ingin kembali menginjakkan kaki di kediaman perdana menteri.
Delapan belas tahun yang dihabiskan di kediaman itu memberikan bekas berupa rasa sakit hati dan penderitaan yang kemarin baru menemui ujung, saat ketika Qingyi akhirnya bisa keluar dari sana.
“Kalau kau tidak mau bertemu dengan keluargamu, kita kembali saja,” kata Baili Qingchen setelah melihat wajah permaisuri keduanya menekuk.
“Kenapa?”
“Tidak ada aturan tertulis bahwa seorang wanita harus selalu pergi ke rumah orang tuanya setelah tiga hari pernikahan,” sambung Baili Qingchen.
Entah angin apa yang telah membuat Baili Qingchen memiliki kepedulian semacam ini. Berdasarkan sifatnya yang ada di dalam imajinasi Qingyi, Baili Qingchen tidak pernah peduli pada urusan keluarga di luar keluarganya. Urusan keluarga Xiao Junjie juga tidak dia pedulikan, apalagi urusan keluarga Liu Qingyi yang rumitnya melebihi benang kusut.
Apa ini efek dari perubahan alur di awal cerita?
“Tidak. Terlepas dari tradisi, aku punya sesuatu yang harus dilakukan,” tolak Qingyi.
Kereta kuda berderit saat sampai di depan gerbang kediaman perdana menteri. Aneh, tidak ada penjaga atau seseorang yang menyambut mereka. Bahkan penjaga gerbang saja tetap diam, tidak melapor atau membantu memarkirkan kereta kuda. Tidak peduli seberapa buruk reputasi Raja Changle, dia tetap seorang pangeran berjasa besar keturunan langsung kaisar. Perlakuan semacam ini jelas-jelas tidak menghormatinya.
Atau, kediaman perdana menteri memang tidak memiliki kehormatan untuk menyambutnya?
“Anak kurang ajar! Apa seluruh hidupmu hanya akan digunakan untuk hal-hal tidak berguna?”
Qingyi menghentikan langkah. Bukan, makian itu tidak ditujukan untuknya, tapi untuk seorang pemuda yang tengah berlutut di tengah halaman sambil dicambuk. Di dekat pemuda itu, istri perdana menteri berdiri pongah melihat putra kandungnya dicambuk ayahnya sendiri.
Tidak ada kesedihan atau raut khawatir di wajah yang sudah agak tua itu. Qingyi memperhatikan kejadian itu dari dekat pintu gerbang.
“Bukan hanya berfoya-foya, tapi juga menggoda wanita! Kau pikir kediaman ini mampu menampung orang tidak berguna sepertimu? Apa yang harus aku katakan pada Kaisar nanti?” pria tua pemegang cambuk kembali melayangkan cambuknya ke punggung pemuda itu.
“Cih, benar-benar keluarga sampah!” gumam Qingyi.
Pemuda di halaman itu adalah Liu Qingti, kakak Liu Qingyi yang kerap membantunya. Dia adalah putra kedua istri perdana menteri, seorang putra sah namun tidak begitu disayangi karena tidak terlalu cerdas seperti putra pertama.
Liu Qingti memang pongah, namun tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk yang merugikan kediaman perdana menteri. Dua puluh tahun hidupnya dihabiskan untuk bersenang-senang di luar.
Pria tua pemegang cambuk kulit adalah Liu Wang, sang perdana menteri. Di kediaman ini, perdana menteri punya dua selir termasuk ibunya. Satu selir sudah meninggal tiga tahun lalu karena sakit. Hanya tersisa ibunya Liu Qingyi, dan itulah yang membuat istri perdana menteri – Gao Hui begitu membenci keberadaan mereka berdua.
“Hentikan!” seru Qingyi saat Liu Qingti hampir ambruk karena terlalu banyak menerima cambukan.
Tangan sang perdana menteri mengambang di udara, lalu perhatiannya pindah pada dua sosok manusia yang berjalan menuju kepadanya.
“Apa begini cara kalian menyambut Raja Changle?” tanya gadis itu.
Qingyi membantu saudaranya untuk bangkit. Kain pakaian di punggungnya robek dan darah sudah memerah membasahi kain biru muda tersebut. Liu Qingti meringis, namun hatinya begitu senang karena adik yang selalu dibelanya datang mengunjungi rumah neraka ini.
Bagi Liu Qingti, Qingyi senasib dengannya. Di kediaman ini, meskipun dia putra sah, namun hidupnya tidak jauh berbeda dengan putra-putri selir. Hanya karena otaknya tidak terlalu pintar, ayah ibunya langsung menganggapnya tidak berguna.
Perdana menteri menjatuhkan cambuknya. Sungguh, dia sama sekali tidak tahu kalau Raja Changle datang ke kediamannya sepagi ini. Istri perdana menteri juga tampak terkejut. Wajahnya seperti kucing yang dikejar anjing. Dia menatap sejenak pada Qingyi, gadis yang dua hari lalu masih tampak seperti gelandangan yang dia lemparkan ke dalam sedan merah pengantin.
“Perdana Menteri, apa maksudmu?”
Kali ini, Baili Qingchen yang bertindak. Dingin, mendominasi. Persis seperti para pangeran dalam drama. Pria tua itu langsung menjatuhkan dirinya di tanah dan berlutut. Aura seorang pangeran tetap menjadi yang terbaik dalam segala situasi.
Walau Baili Qingchen kini tidak punya banyak kekuatan, namun sisi pangerannya masih utuh dan mendominasi. Dia masih bisa mengendalikan dan menaklukan orang hanya dari perkataannya saja.
“Mohon maafkan pria tua ini. Pria tua ini tidak tahu kalau Yang Mulia akan datang hingga membiarkanmu melihat kekonyolan ini,” kata perdana menteri dengan suaranya yang bergetar.
Baili Qingchen tidak menerima alasan konyol itu. Dengan aura dinginnya, dia melengang masuk diiringi perdana menteri dan istrinya. Qingyi menggunakan kesempatan ini untuk memanggil pelayan dan menyuruh mereka mengantarkan tuan muda kedua ke kediamannya di halaman utara, lalu meminta mereka memanggilkan tabib agar luka-luka di punggungnya tidak semakin parah.
Qingyi menyusul Baili Qingchen ke aula utama. Di dalam ruangan itu, Baili Qingchen dan perdana menteri serta istrinya sudah duduk di tempat masing-masing. Selain itu, ada seorang gadis muda yang usianya dua tahun lebih muda dari Qingyi.
Qingyi membingkainya, lalu menerka bahwa gadis muda berpakaian jingga tersebut adalah Liu Erniang, adiknya – putri dari Gao Hui yang dikenal sebagai gadis anggun. Di kediaman ini, Liu Erniang adalah gadis beracun yang sering mengadu domba kakak-kakaknya dan begitu licin lidahnya.
“Perdana Menteri tidak ingat kalau hari ini anak ketiganya datang setelah pernikahan. Nyonya Besar, apa kau tidak mengingatkannya?” todong Qingyi. Istri perdana mentri dan Liu Erniang tampak sangat terkejut atas pertanyaannya.
“Kakak, kenapa kau berkata begitu? Itu tidak sopan,” ucap Liu Erniang.
Qingyi mendecih. Gadis itu masih ingat kalau dia adalah kakaknya?
“Qingyi, apa kau mencurigaiku? Kau mengira aku sengaja melakukannya agar kau malu?” Istri perdana menteri membalas.
Baili Qingchen menggebrak meja. Drama di dalam kediaman perdana menteri ini sudah terlalu banyak. Istri perdana menteri menggunakan Liu Qingyi untuk ditindas bahkan setelah gadis itu menikah ke kediaman Raja Changle.
Apa katanya tadi? Dia memanggil permaisuri keduanya dengan sebutan nama aslinya? Bukankah itu sebuah pelanggaran identitas bagi wanita yang namanya baru saja dimasukkan ke dalam silsilah keluarga kekaisaran?
“Nyonya Besar Gao, apa kau sudah pikun karena terlalu tua?” tanya Baili Qingchen.
“Maksud Yang Mulia?”
“Liu Qingyi sudah menikah denganku. Dia adalah Putri Permaisuri Changle. Kau seharusnya memanggilnya Yang Mulia!”
Di dalam aula itu, jika bukan karena Raja Changle, semua orang sudah menumpahkan emosinya. Perdana menteri beserta istri dan anaknya tidak menyangka kalau Baili Qingchen akan sangat menghargai Qingyi sebagai permaisurinya.
Awalnya, perdana menteri sengaja menawarkan putrinya untuk dinikahkan agar dia bisa mendapat keuntungan berupa kepercayaan kaisar sekaligus membuang Qingyi ke kandang macan di mansion Raja Changle.
Perdana menteri mengira Qingyi cepat atau lambat akan mati karena tertekan dan tidak dihargai di mansion, sehingga jika dia mati, perdana menteri tidak akan terlibat dan dia bisa menuntut pertanggungjawaban kaisar atas keselamatan hidup putrinya.
Tiga keuntungan dalam satu hitungan, benar-benar seorang perdana menteri.
“Sudahlah. Lagipula, aku datang untuk menagih janji Nyonya Besar. Kalian tidak mungkin lupa, bukan?”
Qingyi melihat sekeliling. Aneh, dia baru menyadari kalau kediaman ini tampak lengang. Dia tidak melihat ibunya yang biasanya sedang mengerjakan pekerjaan rumah dari kejauhan. Yinghao berbisik di telinganya kalau dia harus segera menyelesaikan misi. Waktunya hampir habis.
“Di mana ibuku?” tanya Qingyi. Dia menatap tiga orang siluman itu satu persatu.
“Aku tanya di mana ibuku?!” Qingyi membentak mereka.
Gadis itu pergi ke halaman belakang. Setiap pintu bangunan ditendang untuk mengetahui apakah ibunya ada di sana atau tidak. Tapi, setelah berkeliling cukup lama, Qingyi tidak bisa menemukan keberadaan ibunya. Dia yakin istri perdana menteri belum mengirimnya pergi.
Ibunya pasti disembunyikan di suatu tempat. Kemudian, Qingti berjalan tertatih dari kediamannya, lalu memberitahu Qingyi kalau Nyonya Zhao Yinniang dikurung di dekat kandang babi.
“Bedebah sialan!” Qingyi mengumpat keras saat dia menemukan ibunya di dekat kandang babi dalam keadaan pingsan.
Seluruh tubuhnya kotor dipenuhi luka. Qingyi benar-benar marah. Istri perdana menteri bukan hanya kejam, tapi berhati iblis. Ibunya ini manusia, bukan binatang. Bukan hanya tidak menepati janji untuk mengirimnya ke kediaman lain dan tidak mengganggunya, istri perdana menteri bahkan menyamakannya dengan babi.
Beberapa pelayan pria yang tampak ketakutan membantunya menggendong Nyonya Zhao dan mengangkatnya dari kandang babi. Wajah Qingyi menggelap dipenuhi kabut amarah. Baginya, ini sudah sangat keterlaluan.
Gadis itu kembali ke aula, lalu memaki dan memarahi istri perdana menteri habis-habisan disaksikan Baili Qingchen. Semua perkataan kotor yang hanya pantas diucapkan kepada orang hina dilontarkan dengan lantang kepada ketiga siluman kurang ajar tersebut.
“Walaupun seorang selir, ibuku juga menikah dengan mahar. Perdana Menteri, tulis surat cerainya dan antarkan ke mansion Raja Changle. Jangan lupa, kalian juga harus mengembalikan seluruh mahar ibuku dan mahar milikku kepadaku hari ini juga!” tegas Qingyi setelah dia meluapkan amarahnya.
Tidak ada jalan lain, dia harus membuat perdana menteri menceraikan ibunya agar bisa terbebas dari kediaman neraka ini.
“Tapi, apa itu pantas?” tanya sang perdana menteri tidak terima.
“Berbicara pantas atau tidak, Perdana Menteri, kau mengetahuinya lebih jelas dari siapapun!” tekan gadis itu.
“Yang Mulia, ini?” Sang perdana menteri berharap mendapat bantuan.
“Apa yang dikatakan Putri Permaisuri Changle benar,” ucap Baili Qingchen.
Pada akhirnya, perdana menteri beserta istri dan anaknya tidak bisa berkutik. Dengan terpaksa dia menulis surat cerai untuk Zhao Yinniang dan mengembalikan seluruh maharnya.
Sekarang, ibunya sudah bukan lagi selir perdana menteri, tetapi seorang wanita bebas yang merdeka. Istri perdana menteri tampak sangat marah, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Hari ini, dia harus mengeluarkan banyak uang dan barang untuk mengganti mahar Zhao Yinniang dan Qingyi.
Sementara itu, Qingyi membawa ibunya ke mansion Raja Changle dengan bantuan Baili Qingchen.
...****************...
...Haloo pembaca kesayangan Otor! Gimana nih perkembangan ceritanya sejauh ini? Otor mencoba bikin cerita yang agak kompleks supaya kalian merasakan sensasi berbeda dari cerita-cerita Otor yang lain. Kalau ada kritik dan saran atau tanggapan, tulis di kolom komentar ya! Sampai jumpa di bagian selanjutnya! ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Na
Novelnya Seru 🤓
2024-08-17
1
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-01-27
0
Kartika Lina
gas keun qingyu 💪
2024-01-10
0