“Dia tidak ada di kamar?”
Dua pelayan wanita berlutut di depan Baili Qingchen. Kedua pelayan tersebut merupakan pelayan penjaga yang bertugas di kamar pengantin. Kemarin setelah perkelahian antara Xiao Junjie dengan pengantin wanita, mereka diusir keluar dan baru kembali pagi tadi.
Namun, tuan yang mereka jaga malah menghilang dari kamar pengantin dan tidak diketahui keberadaannya.
“Kamar pengantin juga hancur, Yang Mulia,” kata pelayan itu.
Ada begitu banyak pelayan di dalam mansion ini, tetapi semuanya tidak dapat menemukan keberadaan sang permaisuri baru – Liu Qingyi. Tidak peduli sekeras apapun para pelayan ini berusaha mencarinya, mereka tetap tidak bisa menemukan di mana Liu Qingyi bersembunyi. Padahal, seluruh mansion sudah mereka kenal, tidak ada satu tempat pun yang tidak mereka ketahui.
Baili Qingchen mendengus. Pernikahan yang diatur keponakannya sepertinya mendatangkan masalah baru untuknya. Gadis yang ia nikahi, putri perdana menteri, bukan orang yang berguna. Sebelum menikah, ia sudah menyelidiki gadis itu.
Alasan mengapa Baili Qingchen bersedia menikah dengan dekret ialah karena ia tahu gadis itu tidak akan berani berbuat macam-macam. Seorang putri yang tidak disayang, ketika menikah dengan keluarga kerajaan hanya akan menjadi pajangan yang memiliki akhir tragis.
“A-Chen,” panggil seseorang.
Dua pelayan dari kediaman Liu Qingyi berjalan mundur ketika Xiao Junjie keluar dari balik tirai bambu yang memisahkan ruang tengah dengan kamar tidur. Pria itu keluar dengan mengenakan pakaian berwarna putih yang tipis dengan rambut terurai panjang.
Itu sangat kontras dengan penampilan menawan Baili Qingchen yang sudah mengenakan jubah kerajaan berwarna hitam.
“Kenapa kau bangun lebih awal?” tanya Baili Qingchen.
“Aku mendengarmu berbicara dengan dua pelayan itu. Apakah ada masalah?’
“Putri Permaisuri menghilang,” ucap Baili Qingchen.
Xiao Junjie tertawa kecil. Di dalam hatinya, dia sangat senang kalau wanita itu tidak ada. Akan lebih baik jika Qingyi tidak pernah kembali ke sini hingga dia tidak perlu repot-repot menguras tenaga untuk menyingkirkannya. Xiao Junjie sungguh berharap kalau Qingyi menghilang selamanya sampai Baili Qingchen tidak perlu kesulitan lagi.
“Dia mungkin kembali ke kediaman Perdana Menteri,” ucap Xiao Junjie.
“Apa dia berani? Istri Perdana Menteri begitu kejam, apa dia berani melarikan diri? Apa kediaman Perdana Menteri Liu sanggup menerimanya kembali?” tanya Baili Qingchen.
“Kau khawatir?” tanya Xiao Junjie lagi.
“Tidak, tapi ini adalah hari kedua pernikahan. Aku harus membawanya ke istana untuk memberi salam pada Kaisar,” jawab Baili Qingchen.
Xiao Junjie hanya mengangguk.
“Bagaimana dengan luka di pinggangmu? Apakah masih sakit?”
“Berkatmu, lukanya sudah membaik,” ujar Xiao Junjie.
Qingyi tiba-tiba masuk ke dalam, membuat keduanya terkejut. Sebenarnya, dia sudah ada di sana sejak dua pelayan tadi pergi. Qingyi hanya ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh Baili Qingchen ketika mengetahui dirinya menghilang, juga ingin mengetahui apa yang akan direncanakan oleh Xiao Junjie selanjutnya.
Namun, melihat interaksi kedua pria itu yang begitu mesra membuat Qingyi ingin muntah seketika. Dia tidak bisa langsung muncul secepat itu, jadi dia terpaksa menunggu hingga percakapan mereka selesai.
Yinghao duduk di pundaknya dalam mode tak terlihat, sesekali membisikkan kepada tuannya perkataan, “Bersabarlah.”
“Aiya! Yang Mulia, apakah kau sudah lama menungguku?” tanya Qingyi dengan senyum ramah.
Siapapun bisa tahu kalau gadis itu menyembunyikan pisau di balik perkataan dan senyumannya. Kemarin sebelum Xiao Junjie berkelahi dengannya, Liu Qingyi juga tersenyum seperti itu. Baili Qingchen menghela napas, mengatur emosi agar tidak marah karena pada akhirnya gadis ini muncul juga.
“Tidak sopan! Apa begini caramu menyapa suamimu?” tanya Xiao Junjie.
Qingyi hanya mengangguk sambil tersenyum remeh pada Xiao Junjie.
“Ke mana kau pergi?” tanya Baili Qingchen pada Liu Qingyi.
“Aku harus berterima kasih kepada saudara baruku, dia sudah membuat kamar pengantinku hancur sebelum aku menempatinya. Oh, salah. Aku seharusnya memanggilmu jie-jie, atau gege?” sarkas Qingyi.
“Wanita tidak tahu malu, tidak tahu aturan!” gumam Xiao Junjie. Wajahnya sedikit menggelap. Di samping itu, Baili Qingchen mendengus kasar. Dia pikir gadis ini begitu berani.
Xiao Junjie tampak tidak senang, namun di hadapan Baili Qingchen, dia tidak bisa marah. Kejadian kemarin sudah membuatnya terkejut karena Qingyi ternyata begitu hebat, bahkan mampu mengalahkannya.
Rasa sakit di pinggangnya belum hilang, jangan sampai dia dipukul oleh gadis itu lagi. Xiao Junjie memilih mengabaikan semua perkataan Qingyi dan berpura-pura tidak mendengar.
Qingyi sengaja memprovokasi Xiao Junjie untuk melampiaskan kekesalannya. Untung saja dia punya ruang dimensi rahasia hingga dia bisa beristirahat di sana sampai semua rasa lelahnya hilang. Qingyi juga sengaja memilih pakaian yang bagus dan cantik, yang bisa membuat semua orang terpesona akan penampilannya. Itu hanya semata-mata untuk menunjukkan bahwa kodrat seorang wanita adalah menjadi istri, tidak akan ada kodrat pria yang menjadi istri.
Seorang pelayan tiba-tiba masuk memberi laporan yang meminta Raja Changle ini membawa serta permaisuri baru dan pangeran kecil ke istana untuk memberi salam kepada kaisar.
“Yang Mulia, Kaisar meminta untuk membawa Putri Permaisuri dan Pangeran Permaisuri ke istana hari ini,” ucap pelayan itu.
“Aku mengerti,” ucap Baili Qingchen. Tampaknya telinga pria itu juga sudah terbiasa dengan panggilan ‘pangeran permaisuri’ untuk sahabat sehidup sematinya.
Qingyi yang sudah bosan melihat kemesraan dua pria itu memilih pergi terlebih dahulu. Hari kedua pernikahan merupakan momen ketika pengantin pria dan wanita dari keluarga kerajaan memberi hormat kepada orang tua. Ini adalah adat.
Akan tetapi, seingat Qingyi, dia tidak pernah menulis bagian ini karena cerita tentang karakternya hanya sampai pada malam pernikahan yang tidak pernah terwujud dan kematian tragis akibat keputusasaannya.
“Apa alurnya berubah lagi?” tanya Qingyi pada diri sendiri.
“Sudah aku bilang, alurnya memang harus berubah,” jawab Yinghao.
“Tapi, kenapa Kaisar Baili memanggil serta Xiao Junjie? Apa yang dia inginkan?”
Yinghao menguap sesaat, lalu meregangkan tubuhnya. Panda kecil itu melompat ke atas kepala Qingyi.
“Bukankah karakter Kaisar Baili ini adalah antagonis kedua?”
“Dia memang antagonis, tetapi tidak terlalu memandang Xiao Junjie. Jadi, untuk apa memanggilnya juga?”
“Kita cari saja jawabannya di istana.”
Cukup lama Qingyi menunggu Xiao Junjie dan Baili Qingchen. Kereta kuda sudah siap sedari tadi. Sembari menunggu kedua pria itu datang, gadis tersebut melihat-lihat kediaman dari jalan menuju gerbang mansion. Kain-kain merah bekas pesta kemarin masih menggantung di sana-sini. Area sekitar terlihat basah. Mungkin, semalam ketika dia beristirahat di ruang dimensi, hujan turun di sini.
Para pelayan yang melihat Qingyi berjalan dan berbicara sendiri sampai mengira kalau gadis itu pasti sudah gila. Qingyi mungkin terlalu sedih dan putus asa karena Raja Changle memilih bermalam bersama Xiao Junjie ketimbang bermalam pengantin bersama pengantin barunya.
Di masa ini, pengantin pria tidak bermalam bersama pengantin wanita merupakan sebuah aib yang memalukan dan penghinaan yang besar.
“Buat mereka terdiam,” pinta Qingyi.
Yinghao menjentikkan jarinya. Dalam sekejap, para pelayan yang membicarakannya langsung terjatuh. Qingyi hanya tersenyum aneh. Cerita ini sekarang adalah miliknya, dia bisa melakukan apapun semaunya. Bahkan jika dia harus membunuh seluruh pelayan, dia juga bisa melakukannya.
Satu jam kemudian, Baili Qingchen baru keluar bersama Xiao Junjie.
Qingyi mendahului mereka masuk kereta. Saat Baili Qingchen dan Xiao Junjie hendak masuk, gadis itu mendorong mereka sekuat tenaga hingga Baili Qingchen dan Xiao Junjie terlempar keluar dari kereta. Tubuh kedua pria itu mendarat di permukaan tanah, namun masih bisa berdiri karena mereka bisa menjaga keseimbangan.
Baili Qingchen dan Xiao Junjie terperangah.
“Putri Permaisuri! Apa maksudmu?” tanya Xiao Junjie.
Dari dalam kereta, gadis itu berteriak,
“Aku tidak ingin satu kereta dengan kalian!”
Xiao Junjie hendak naik lagi untuk memberi pelajaran pada gadis itu, namun ditahan oleh Baili Qingchen. Pria itu menggelengkan kepalanya. Sekarang bukan saatnya bertengkar. Ini sudah terlambat, mereka harus segera sampai di istana sebelum siang. Xiao Junjie tidak boleh menunda waktu hanya karena masalah kecil ini.
“Masih ada satu kereta di belakang,” ucap Baili Qingchen.
Pria itu meraih tangan Xiao Junjie, lalu menariknya ke kereta di belakang kereta Liu Qingyi.
Di dalam kereta, Yinghao melompat ke tempat duduk, lalu menonaktifkan mode penyamaran. Sekarang panda kecil itu sudah berwujud kembali ke semula. Qingyi menyandarkan tubuhnya, menikmati sensasi tenang yang ada di dalam sana. Gadis itu memejamkan mata sambil menyilangkan lengan di dada.
“Mengapa kau membiarkan Baili Qingchen dan Xiao Junjie satu kereta? Apa kau mencoba menunda alur cerita?” tanya Yinghao penasaran.
“Tidak usah buru-buru. Aku sudah mengatur rencana,” jawab Qingyi dengan tenang.
“Aku khawatir kalau kau tidak bisa melakukan itu sembarangan,” ucap Yinghao.
“Apa maksudmu? Semakin mereka dekat, maka semakin sulit dipisahkan. Mereka ini tidak seperti sahabat sehidup semati. Lihat, interaksi mereka seperti sepasang suami istri. Coba kau pikir, bagaimana jadinya jika seseorang yang kau cintai tiba-tiba berubah menjadi orang lain dan tampak asing bagimu? Kedatanganku kali ini sudah mengubah alur. Takdir semua orang di sini berubah. Maka, lambat laun kedua pria itu juga akan berubah,” sambung Qingyi.
“Maksudmu, kau ingin menggunakan kesempatan ini untuk melihat apakah Xiao Junjie dan Baili Qingchen akan saling membenci atau tidak karena kehadiranmu?”
“Ya. Ini adalah pengaturanku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
_cloetffny
bagusss gue suka kalo karakter novel sangat memperhatikan penampilannya sendiri ♥️
2024-05-23
1
_cloetffny
dasar gay
2024-05-23
0
_cloetffny
EWWW JIJIKKK😭
2024-05-23
0