Senja berganti malam yang gelap saat Felix menjemput kedua gadis itu dari sebuah rumah sederhana tapi ada kehangatan penuh di hati Susan, dibarengi dengan wajah sedih Brian yang kehilangan teman bermainnya. Bianca merasa sedikit lega karena bisa bertemu dengan ayahnya dan mereka sempat berbincang meski sebentar.
"Daagh Papa, Mama, Brian? Senyum dong ...."
Bianca pun rasanya masih ingin tinggal, tapi dia layaknya tahanan bertanggung jawab yang sedang memperoleh kesempatan keluar dari sel selama beberapa jam, lalu harus pulang kembali ke penjara.
Mobil mulai melaju saat Brian menangis meraung atas kesedihannya, membuat Bianca pun tak kuasa menahan air mata. Dikedipkannya cepat-cepat agar air mata tidak banyak keluar hingga Susan mengetahuinya. Namun, gadis itu terlanjur melihat mata basah Bianca.
Susan hanya memegang tangan Bianca, yang malah membuatnya makin sedih. Akhirnya tetesan air sukses meluncur dari kedua matanya. Tangan Susan mengelus punggung kakak iparnya itu. Bianca makin menyesali kejadian di hotel yang membuatnya harus menjalani semua ini.
Aku adalah satu-satunya manusia di dunia ini yang memiliki jalan hidup aneh!
"Makasih ya Kak, telah mengijinkan aku untuk ikut ke rumah Kakak. Aku mengerti perasaan kakak saat meninggalkan rumah itu."
Aku pun merasa kehilangan kehangatan di rumah itu.
Susan memegang sebuah lipatan origami yang dibuat oleh Brian.
***
Key telah duduk bersandar meluruskan kaki di atas ranjang memakai piyama bergaris dan memangku laptopnya saat Bianca masuk.
"Kenapa kamu tidak mengetuk pintu sebelum masuk?"
"Maaf, Key."
Key hanya mendengus, Untung saja aku tidak sedang telanjang!
Gadis itu merasa asing di kamarnya sendiri. Memasuki kamar mandi untuk mencuci muka lalu pergi tidur di sofa, tapi di belakangnya ada seseorang yang masih belum memejamkan mata dan mengetik sesuatu sambil menyetel lagu.
Berisik sekali!
Bianca mencoba menutup telinganya yang tajam mendengar setiap lirik lagu dari laptop. Berdecak kesal pun dia tidak berani, apalagi menyuruh suaminya mematikan alunan lagu yang sedang dia putar menemaninya.
Kenapa dia tidak mamakai headset? Aargh!
Lagunya pun lagu baheula, usia berapa sih orang ini, apa jangan-jangan dia seusia papa?
Selama satu jam gadis itu menutup kedua telinga dengan bantal lalu akhirnya rasa kantuk telah memenangkan pertarungan dengan gangguan musik di telinga. Bianca berhasil tertidur.
Plak!
Tiba-tiba saja ada tepukan keras di pipi gadis itu. Apalagi, dia sedang bermimpi buruk. Tepukan itu membuatnya kaget lalu terbangun dan mendadak menendang sekenanya.
Duak!!
"Aaaargh!!" Teriakan kesakitan terdengar keras di dalam ruangan kamar itu.
Bianca terperanjat mendengar teriakan itu lalu segera berdiri dan menemukan seseorang sedang menelungkup di lantai sambil mengerang kesakitan memegangi 'adik kecilnya'.
"Aaaduh!"
"Ke-kenapa, Key?" Bianca berusaha membangunkannya, tapi Key masih saja kesakitan.
"Kamu menendangku! Padahal aku hanya ingin membunuh nyamuk yang menempel di pipimu!"
Bianca merasa bersalah telah menendangnya, tapi dia tidak sengaja melakukannya.
"Apa kamu tahu, daerah ini belum kugunakan sekalipun, sudah kamu tendang! Bagaimana kalau dia ngambek tidak mau berfungsi selamanya?" Dia mengerang lagi sambil memegangi bagian itunya.
"Lalu, apa yang harus kulakukan??" tanya Bianca dengan nada kuatir. Dobel kuatir, tentang keselamatan si 'anu' dan keselamatannya sendiri.
"Panggil Felix, suruh dia menelepon lalu menjemput dokter! Cepat!"
Bianca segera mengambil ponsel Key lalu menelepon Felix.
"Felix, tolong kemari, ee ... tuan muda sedang sakit, tolong kamu panggilkan dan jemput dokter pribadinya!"
"Sakit apa, Nona?" kata Felix di seberang sana.
"Anunya Felix, anunya sakit ...."
Anu adalah pengganti segala sesuatu! Sekarang ada dua orang yang tidak jelas dalam hidupku!
Felix menggerutu.
Tak urung, dia pun segera memanggil dokter lalu menjemputnya ke kediaman tuannya.
"Kamu ini, tendanganmu kuat sekali saat tidak sadar! Bagaimana kalau aku tidak bisa memiliki keturunan karena ini semua? Bagaimana perusahaanku, siapa yang meneruskannya? Aaargh!" Pria itu mengerang sambil mencerocos kesal, tapi tak dapat bangun.
Berlebihan sekali sih makhluk bernyawa satu ini?
Bianca hanya memijit lengan pria itu, merasa bersalah.
"Yang sakit ini Bianca, bukan lenganku! Apa fungsinya kamu memijiti lenganku!"
Ugh, rasanya ingin mendepaknya saja!
Bianca berhenti memijitnya lalu hanya duduk menunggui di samping pria yang sedang merintih kesakitan.
"Kenapa kamu diam saja?"
Ini orang maunya gimana sih?
Suara ketukan pintu membuat Bianca merasa sangat lega. Setidaknya dia selamat dari omelan Key. Gadis itu segera berdiri dan membukakan pintu.
"Felix!"
Bianca seperti menemukan seseorang yang menyelamatkannya dari situasi darurat lalu mendekap Felix sebagai ungkapan kegembiraan.
Pria yang didekap Bianca merasa kebingungan, "Dokter tolong tuan muda segera diperiksa!" Dia melihat tuan mudanya sedang membungkuk di lantai.
"Baik," jawab dokter sembari melangkah masuk mencoba membangunkan Key.
"Sebenarnya ada kejadian apa, Nona?"
Bianca melepas dekapannya dan mulai menjelaskan apa yang telah terjadi pada Felix. Felix meringis mendengarnya. Membayangkan betapa sakitnya bagian itu terkena sebuah tendangan.
"Felix! Tolong bangunkan aku!" teriak Key.
Pria yang setia pada tuannya itu segera masuk dan membantu memapahnya ke tempat tidur. Ternyata, keributan itu membangunkan seluruh anggota rumah. Mereka berkumpul di depan kamar Key, kecuali mama tiri Key dan Susan.
Para pelayan berbisik-bisik, mereka menyangka Tuan Key sakit saat melakukan hubungan suami istri dengan Nona Bianca.
"Kok kebalik, ya? Yang sakit malah Tuan Key??" bisik mereka heran.
Papa Key masuk juga ke kamar melihat keadaan anaknya.
Sementara itu, Bianca sedang menggigit bibir menunggu di depan pintu, cemas. Dia tidak mencemaskan Key, tapi lebih ke nasibnya setelah malam ini. Pasti dia akan mendapat surprise karena kejadian itu.
Setelah beberapa saat, dokter keluar dari ruang kamar Key lalu menunduk pada Bianca kemudian pergi dari situ.
Jantung gadis itu berdegup kencang. Papa Key dan Felix keluar dari kamar. Felix meminta para pelayan untuk kembali ke kamar mereka, sedangkan papa Key langsung masuk ke kamarnya kembali. Kondisi itu meyakinkan Bianca bahwa Key tidak apa-apa. Namun, dia bertanya juga pada Felix.
"Bagaimana keadaannya, Felix?"
"Kata dokter tidak apa-apa, dikompres saja. Hanya dia harus tenang. Besok dia harus istirahat supaya lebih baik."
"Lalu, aku?" Gadis itu menunjuk hidungnya menggunakan telunjuk.
"Anda masuk saja, Nona. Tidur saja."
Felix menguap, malam itu dia lelah sekali setelah tidurnya diganggu oleh suara panggilan telepon Nona Bianca.
"Baiklah," kata Bianca lemas.
Aku harap bisa diusir dari rumah ini.
Gadis itu masuk, lalu mendapati suami galaknya sedang tertidur pulas di samping laptop yang masih menyala dengan screen wajah seorang wanita paruh baya.
Apakah itu ibunya Key?
Gadis itu mematikan laptop kemudian meletakkannya ke atas meja, lalu kembali berbaring di sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Eko Mujiyono
yang belum pernah kena tendang, atau terantuk besi sepeda gak bakal paham betapa ngilunya.
2022-03-04
2
Min Asih
Aduh... bikin sakit peruutt...
karena ketawa...
2022-01-13
0
Novita Elen Mahmud
🤣🤣🤣🤣
2022-01-02
0