Wanita Sang CEO
Suara percikan peraduan air dan lantai terdengar dari dalam kamar mandi. Sesosok mungil sedang berdiri di bawah pancuran air yang terus mengalir. Matanya terpejam, sembari menyelami rasa nyaman akibat air hangat yang membasahi tubuh. Mata yang tadinya berkabut kantuk, sekarang nampak sudah sadar sepenuhnya.
“Hari ini tampaknya aku harus bekerja keras.” Gumam-gumam kecil sembari membalutkan handuk ke tubuhnya.
Dia bersenandung sibuk ke sana kemari. Rumah berukuran minimalis itu menghubungkan segala ruangan. Hanya kamar tidur yang memiliki dinding penyekat. Dapur dan ruangan tamu langsung berhubungan.
Setelah mengeringkan rambut dengan hair drayer. Langkahnya kemudian tertuju pada lemari pakaian. “Hem, pakai yang mana ya. Oke pakai yang pink.” Mengambil blus berwarna pink.
“Bagus-bagus memang pilihan yang tepat.” Berputar di depan cermin. Dia mengaplikasikan make up tipis, juga sedikit sentuhan lipstik .
Langkah segera mengambil tas kecil berlogo merek pasaran. Menggantungkannya di bagian bahu. Senyumnya merekah melihat tampilan yang sangat siap untuk memulai hari.
“Siap saatnya bekerja Angel.”
Menyerukannya dengan begitu ceria.
Oh iya namanya Angel. Dia adalah orang yang paling beruntung di dunia ini. Sejak dulu dia tidak pernah terpikir bisa lolos dalam wawancara kerja dan menjadi orang kepercayaan dari sosok Hans Prasetyo.
Sosok atasan sekaligus CEO dimana tempatnya bekerja. Kemampuannya yang luar biasa menyampaikannya pada kedudukan ini. Kedudukan yang sulit untuk dicapai karena harus bersaing ketat.
Angel dikenal sebagai sosok cekatan dan begitu mumpuni. Kadang kala ada para pendengki yang iri karena keberhasilan Angel. Siapa yang tidak iri, coba? Angel berada pada posisi yang diinginkan oleh semua orang. Yaitu selalu berada disisi seorang Hans Prasetyo.
Sosok CEO yang menjadi atasan, dan menjadi wajah perusahaan. Para pendengki itu ingin menggantikan posisi Angel. Ingin mencoba berada disisi sosok laki-laki yang menjadi incaran menantu oleh para ibu mertua. Namun semua itu tidak pernah terealisasi. Mereka tidak bisa menggeser posisi Angel.
Angel memiliki hidung mancung, bibir tipis, dan matanya indah, dinaungi sepasang alis yang melengkung. Tipe ideal untuk para pria. Namun sosok ini masih betah berada pada zona kesendirian.
Masih tidak pernah terpikir menjalin hubungan dengan pria mana pun. Entahlah apa yang membuatnya nyaman dengan kehidupannya itu, mungkin pula karena rasa syukur yang ia miliki dalam segala hal.
Satu kali hentakan menandakan Angel sudah selesai dengan ritual memasang alas kakinya. Segera digapainya kunci mobil. Melangkah keluar.
Dirinya terbiasa mandiri, hanya Angel sendiri yang menghuni rumah minimalis itu. Alasan tidak tinggal bersama orang tuanya karena tuntutan pekerjaan. Ia bekerja di kota, berjauhan dengan tempat tinggal orang tuanya.
Awalnya semuanya terasa susah mencari pekerjaan sana sini. Beruntunglah sekarang ia menjadi sekretaris memiliki gaji tetap. Angel bisa memperbaiki perekonomian keluarga. Bangga sangat dirasa oleh orang tua.
Keluar dari rumah matanya menangkap Bu Mina tetangganya yang selalu ramah kepadanya.
“Pagi Bu.” Sapa Angel.
Wanita paruh baya tadi mengalihkan fokusnya dari menyiram tanaman. Ulasan senyum wanita itu lesatkan ke arah Angel. “Pagi nak. Waduh udah gelis bener pagi-pagi .”
Angel tersipu malu.
“Ini mau kerja Bu, jadi harus rapi.” Balas Angel.
“Malah sepertinya lebih cantikan bu Mina kalo dandan.” Angel balas memuji.
Bu Mina langsung senyum malu merekah. Tertawa terbahak ciri khas ibu-ibu sekali.
“ Haduh cantik dari mana nak, ini sudah berumur udah punya anak.” Sanggah Bu Mina, namun bibir Bu Mina tidak bisa berhenti tersenyum.
“Ya cantik tidak mematok umur Bu. Pokoknya ibu tetap cantik menurut Angel. Nah Loh, keterusan ngobrolnya, Angel pergi kerja dulu ya bu.” Angel melangkah menuju mobil yang selalu ia bawa untuk ke kantor.
“Eh Iya nak.” sahut Bu Mina lagi masih dengan kadar ramah seperti tadi.
Mata Angel menangkap sosok laki-laki kecil mengemaskan. Si Reno anak Bu Mina sedang lalu lalang bersepeda pipi gembulnya begitu menggemaskan untuk Angel cubit namun Angel menahannya sebab harus segera bekerja .
Mobil mulai melaju membelah jalanan.
Memulai hari penuh perjuangan.
“Anak ramah itu ya, ck. Kalo dibilang cantik gini kan jadi nggak mau mandi, orang udah cantik ngapain mandi.” Bu Mina tertawa renyah sembari mengusap rambutnya.
Angel kamu harus bertanggung jawab sepertinya. Bu Mina sudah begitu melambung karena pujianmu.
***
Seorang laki-laki terlihat sedang sibuk memilih kemeja. Satu persatu kemeja disisipkannya asal. Matanya menatap kosong kegiatan pagi yang selalu berulang memilih kemeja, memasang dasi, jas, lalu kemudian aksen jam tangan.
Ia mengelus dagunya meraih satu jam tangan. Bibirnya mengulas senyum dengan alis yang terangkat. Berdiri di depan sebuah cermin besar menampilkan keseluruhan tampilan, lalu tersenyum lebar .Tanda dia puas dengan penampilannya.
“Nice.” Menunjuk diri di depan cermin.
Inilah dia Hans Prasetyo sang CEO berkarisma, sekaligus atasan dari Angel. Laki-laki dengan rahang tegas dan hidung mancung seta sifat dingin. Laki-laki dengan segudang pesona otak cerdas, kaya semua ada dalam dirinya. Hans dia CEO termuda dengan kemampuan luar biasa.
Langkah kaki menggiringnya lekas turun ke bawah melihat wajah Mama Rina sang Ibu, sedang menampilkan ekspresi pura-pura yang tertuju ke arah dirinya.
Hans hanya terkekeh menanggapi sorot mata Mamanya itu. Lalu matanya beralih ke arah papa Fadli.
“Matanya dikondisikan dong mah. Nggak pernah liat laki-laki ganteng apa?” Senyum jahil terukir di bibir Hans. Mama Rina memutar bola matanya.
“Muka kamu biasa aja. Nggak ada yang wow mamah bosen liat wajah kamu.” Mama Rina berucap santai namun pedas, membuat Hans tergelak lepas.
Bayangkan saja jika itu terdengar oleh para pengagum Hans. Maka Mama akan dikritik habis-habisan karena bicara sembarangan. Hans Prasetyo tidak pernah bisa di nilai biasa saja, dia selalu mendapat predikat luar Biasa.
“Heh cuma ini nih hasilnya yang sedari tadi kebanyakan ngaca.” Papa Fadli tampak menampilkan sorot menggoda anak sulungnya itu.
Sontak saja hal itu langsung membuat alis Hans bertautan. Tahu anaknya akan adu banding dengan berbagi argumen Fadli Prasetyo langsung mengangkat tangan sebelum Hans mulai bicara.
“Apa?...”
“Cuma becanda kok .” gelak papa Fadli memenuhi ruang makan.
Baiklah Hans tidak jadi adu banding dia mulai duduk dengan nyaman dan menyantap sarapan paginya.
Selipan obrolan-obrolan kecil mewarnai sarapan pagi mereka. Selalu saja yang paling heboh dalam pembicaraan adalah Mama Rina .
Selesai makan segera keluar dilihat Hans pak Yanto sang sopir pribadi keluarganya bergerak cepat membukakan pintu untuknya. Hans segera masuk ke dalam mobil.
Ahh saatnya bekerja.
***
Adma Wijaya Group
Hans menutup pintu mobil. Melangkah dengan santai masuk melalui pintu depan perusahaan. Guratan wajah tanpa ekspresi terlihat jelas. Meski tidak banyak ekspresi namun ia menilai situasi. Jika saja ada yang perlu diperingatkan maka ia akan berhenti. Namun ternyata semuanya bagus.
Semua karyawan merasa baru bisa menghela nafas ketika Hans masuk ke dalam lift. Jujur saja mereka berusaha tampil sebaik mungkin agar tidak mendapat teguran cara berpakaian yang benar oleh petinggi perusahaan itu.
Perusahaan ini dulunya dikelola oleh sang Papa. Namun sekarang Hans dilimpahkan tanggungjawab. Terberkatilah Hans yang dengan sangat sukses menjalankan perusahaan. Karirnya sebagai CEO begitu mulus, tidak ada batu sandungan.
Lift berdenting, segera membuat langkah Hans keluar. Hanya beberapa langkah sebelum matanya segera menangkap sosok sang sekretaris.
“Selamat pagi pak.” Angel menyapa. Mereka selalu dipertemukan untuk bekerja dan bekerja. Rutinitas membosankan.
“Ya .” Hans menyahut pendek. Mengambil langkah lebar masuk ke dalam ruangan.
Hans melewati Bram lalu memulai mendudukkan tubuhnya di meja dengan papan nama CEO Hans Prasetyo yang terpampang jelas.
Sejenak hanya terdiam tak seberapa lama kemudian Angel masuk dengan membawa iped. Angel semakin profesional saja semakin hari. Hans sungguh memuji setiap pekerjaan yang dilakukan Angel sangat bagus.
“Selamat pagi pak. Saya akan membacakan Agenda hari ini. ” Angel mulai membacakan segala agenda sampai —,pada satu agenda Hans mulai berkomentar.
“Terakhir Anda menerima undangan untuk menghadiri acara perayaan ulang tahun Group K.”
“Undangan ya?”
Angel mengangguk, mengalihkan arah pandang ke mana pun yang penting tidak bertatapan dengan atasannya itu.
“Untuk acara ini ku harap kamu bisa mendampingiku, Angel.” Hans dapat menangkap keraguan dari wajah Angel. Iped tadi sudah turun dan di apit di dekat lengan nya.
Ulasan senyum dipaksakan tampak menghiasi bibir Angel. “Baik pak akan saya usahakan yang terbaik .” Sahutan itu terdengar penuh penekanan. Hans hanya mengulas senyum tipis menanggapi Angel.
Ada beban tersendiri bagi Angel untuk mendampingi sang CEO ke acara besar seperti menghadiri acara ulang tahun perusahaan lain.
Selalu saja Angel mencatat hal yang tidak baik saat menghadiri acara seperti itu entah itu membuat kecerobohan lah—,membuat sedikit perselisihanlah. Angel menggelengkan kepala, mengusir bayangan-bayangan buruk.
***
Flash Back Onn
Pada tahun pertama, Hans mengajak Angel untuk ikut jamuan makan malam dengan perusahaan lain dan tidak sengaja Angel menumpahkan minumannya dan mengenai dirinya sehingga ia harus berlama -lama pergi ke toilet untuk membersihkan bajunya. Angel mengacaukan suasana, sampai membuat dirinya sendiri merasa bersalah. Karena setelah itu ia meninggalkan jamuan bersama sang bos. Ya itu di tahun pertama.
Pada tahun kedua, saat Angel mendampingi Hans pergi untuk menemui klien penting. Angel terburu-buru berjalan hingga tidak memperhatikan sekitarnya dan tertabrak sepeda motor, dan alhasil...hah lagi-lagi mereka harus menunda pertemuan, karena Hans merasa bahwa Angel harus segera diobati terlebih dahulu dan untuk masalah klien bisa menyusul nanti. Saat itu Angel mendapat ceramah panjang dari bosnya.
“Bagaimana kamu bisa tidak berhati-hati! Seharusnya kamu melihat sekitar, langkahmu salah. Kamu bukannya harus terburu-buru melainkan bercepat-cepat!”
Angel tertunduk ia merasa takut dengan nada Hans yang begitu tinggi.
"Maafkan saya pak, Saya kurang berhati-hati tadi.” Angel mengakui kesalahannya.
“Hufft.”
Hanya itu kata-kata yang bisa dia ucapkan.
Dari tadi atasannya ini marah bukan karena Angel telah menggagalkan pertemuan bisnis. Lebih menuju ke arah Angel yang lalai dalam menjaga dirinya.
Pada tahun ketiga dan ke empat ada saja insiden-insiden yang membuat Angel merasa tak pantas menjadi bawahan atasanya itu. Memang dia hanya seorang yang beruntung bisa menjadi sekretaris CEO.
Di awal bekerja dia tidak bisa membaca raut wajah Hans Prasetyo apalagi tatapan mata yang begitu menghunjam dalam itu, otaknya seakan dibuat bergejolak dan dihujani berbagai spekulasi.
Ada kalanya dia merasa lelah dan ingin berhenti tapi ketika membayangkan keluarganya, niat itu seketika menghilang. Tinggal sendirian mandiri di kota orang membuat Angel menjadi pribadi yang tegar. Jika suatu saat nanti ia dipecat dari pekerjaannya maka ia akan kembali ke desa tempat asalnya. Uang yang dikumpulkan sudah sangat banyak dan keluarganya juga sudah mulai memiliki perekonomian yang cukup stabil.
Flash Back off
Ingatan akan dirinya yang ceroboh, buyar seketika saat dia menyadari ketukan meja Hans .
“Angel, apa yang sedang kamu pikirkan?!” Alis Hans terangkat satu.
Mata Angel mengerjap. Lalu mulai tersadar.
“Eh, ma-maaf pak saya hanya teringat sesuatu tadi.” Angel meringiskan senyumnya.
Tatapan mata Hans seperti tak percaya. Membuat Angel mengalihkan pandangannya ke arah Iped.
“Ehm, ka-Kalau begitu untuk sekarang Anda harus melakukan meeting pak.” Angel sudah mulai melaksanakan tugas berulangnya. Awal dari kerja keras hari ini akan dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
sweetie belle
😮💨😮💨 kelar jg 1 bab, pjg bgt ✌✌
2024-09-10
0
Sustika Ekawati
aku mampir kak author...🤗
2024-08-12
0
Qaisaa Nazarudin
Umur Angel berapa thor??
Mampir 🙋🏻♀️🙋🏻♀️
2023-05-04
0