Bram mendekat menghampiri posisi Angel dan Hans. Ia melihat dua raut wajah yang berbeda. Wajah si perempuan bertekuk sedangkan wajah si pria tersenyum kecil.
“Jadi kita akan lanjut ikut partisipasi di lomba kan pak?” Angel memastikan, takut jika saja dia yang sejak tadi menurut menemani sang atasan makan tidak mendapatkan hasil. Atau nihil.
“Hmm.” Sahutan singkat.
Yes! Lega
Mata Angel mengendar melambai pada temannya Vina. Tadi Vina menjauh tidak mau bergabung dengan Angel dan Hans.
Vina memegang kameranya dengan canggung saat Hans melihat ke arahnya pula. Dia tidak seperti Angel yang sering berkomunikasi dengan Hans Prasetyo. Dia hanya bawahan yang bisa melihat dari jarak jauh.
“Kalau begitu saya permisi dulu ya, pak.” Angel tersenyum lebar ingin melangkah lebar juga menikmati jalan-jalan dulu. Hans juga sudah menyelesaikan sarapannya.
“Kita pergi bersama-sama.” Ucapan Hans membuat Angel berhenti dan menoleh. Hans sudah mendekatinya setelah selesai meminum satu gelas air putih tadi.
Angel menahan diri agar tidak melayangkan tatapan kesal pada Hans. Padahal tadi Angel ingin lebih dulu jalan-jalan bersama Vina. Tapi...
“Ayo Bram.” Tanpa meminta persetujuan Angel, laki-laki itu mengajak Bram agar juga mulai bergerak.
Setidaknya berikan kami waktu untuk bernafas lega pak. Kami mau berpotret ria dulu. Hanya bisa membatin.
Dengan langkah gontai Angel menghimpit Vina dan mereka mulai berjalan menuju luar vila.
Belum langkah mereka sempurna keluar. Suara Dina mengehentikan langkah mereka.
“Angel...Vina...”
Dia tadi hanya cepat-cepat ketika melihat punggung temannya tidak menyangka bahwa Angel dan Vina bersama dengan Hans dan Bram. Dia langsung bungkam dan memasang senyum dengan langkah hati-hati mendekati Angel dan Vina.
Hans melihat ke arah Dina dengan posisi tangan di saku celana depannya, ia mengerutkan keningnya.
Merasa malas ia pun tak melihat ke arah Dina lagi.
Astaga Dina. Angel membatin.
Mulut yang terbuka lebar tadi tertutup dengan rapat dan mengulas senyum canggung.
“Se-selamat pagi pak .” Menyapa Hans namun matanya Dina melirik ke arah Angel dan Vina. Mati pikirnya, dia sudah sangat tidak sopan.
“Ya.” Menyahut singkat dengan datar. Huh syukurlah Hans tidak menceramahi sikapnya.
“Lima belas menit lagi acara akan dimulai, pak.” Info Bram kemudian.
“Apa? Secepat itu?!” Dina terkejut, menutup mulutnya karena terasa tidak sopan berbicara didepan atasannya seperti itu.
Hans hanya bisa mengerjap melihat tingkah wanita di depannya itu. Lirikan Bram juga terkesan singkat melihat ke arah Dina .
“Sebaiknya kita langsung berangkat sekarang Angel.”Hans menatap Angel.
Mendengar seruan sang atasan membuat Angel menatap Hans. Tidak tau bahwa yang ditatap sempat tergugup dengan manik mata itu.
“Walaupun ini hanya acara biasa, tapi seorang Hans tidak boleh kalah. Apalagi sampai dikualifikasi hanya karena terlambat datang.” Hans kembali lanjut bicara. Dengan wajah yang berwibawa.
Wah jiwa kompetisi pak Hans memang luar Biasa.Vina mengagumi Hans .
Angel hampir saja tergelak, di-diskualifikasi siapa yang berani melakukannya. Bahkan mungkin saja mereka akan menunda waktu demi menunggu Hans sebagai bintang utama .
“Tentu saja itu tidak boleh terjadi, pak.” Memasang senyum palsu.
Tangan Angel terkepal ke depan menyemangati diri.“Saya akan berusaha sebaik mungkin. Semoga kita mendapat hadiah utama. Dari lapotop, iped, ponsel...kita sabet semuanya pak.” Angel mencerocos supaya terlihat bahwa dia benar-benar bersemangat. Sudah memaki terlama siku yang menyeret pula tadi.
Apa aku berlebihan?
Melirik ke arah semua wajah. Berdehem sekilas.
Astaga Hans itu sudah punya segalanya. Dan Angel malah menyemangati dengan embel-embel akan dapat hadiah. Maka dari itu mereka saja terdiam.
Bram hampir saja tergelak melihat tingkah Angel.
“Maaf pak jiwa serakah saya keluar tadi.” Angel mengatupkan bibirnya.
Hans sedari tadi menahan gelak tawa yang akan pecah.
“Baiklah karena jiwa keserakahan dan semangat kamu berkobar. Maka, akan kutunjukkan seberapa luar biasanya kelihaian ku.” Hans mengulas senyum tipis.
“Siap pak.”
“Ayo semangat.” Sudah reflek ingin mengajak Hans bertepuk tangan. Namun gerakan terhenti.
Vina Dina dan asisten bram terdiam, karena hanya Angel yang berani seperti itu dengan boss mereka. Melihat suasana yang kembali hening membuat Angel hanya ingin mengakhiri hidupnya. Ia sudah merasa malu karena tangannya tak kunjung disambut dengan tepukan dari Hans.
Ia ingin menurunkan tangannya, namun ternyata...
Puk
Hans memberikan tangannya untuk high five dengan Angel.
“Semangat, begini kan?” Tanya Hasan ragu-ragu.
“Benar pak.” Angel memberi jempol terharu
Hans kemudian memasang kacamata. Membuat tubuhnya yang tinggi semakin serasa sulit untuk dijangkau. Kode kepalanya membawa semua orang agar segera bergerak.
“Woah.” Dina mengangumi tanpa segan.
Salahkan saja Hans yang tampak begitu memakau, padahal hanya memasang kacamata.
Vina menutup mulut Dina yang ternganga di sampingnya.
“Haha, Din kalau mengantuk jangan dibuka lebar, semua rongga mulut kamu terlihat jelas.”
Vina melirik takut ke arah sang CEO.
“Apaan orang lagi mengagumi pak Hans ,upss maaf pak.”Dina ceplas-ceplos berbicara.
Bram melirik sekilas ke arah Dina, dia mengerutkan keningnya, tidak suka.
“Tidak masalah.”Hans berbicara secukupnya.
Kagumi sjaa namun tidak bisa memiliki.
Sebelum melangkah keluar villa Angel berbisik di dekat telinga Dina.
“Inget jadi pesuruh sath hari penuh, Siap-siap ya .” Angel berlalu dengan tawa renyah.
Kemudian meninggalkan Dina dan Vina ,ia berjalan beriringan dengan Hans dibelakang mereka aisisten Bram.
Saat melangkah keluar villa. Hal yang pertama Angel lihat adalah banyaknya bodyguard yang berjaga, tidak seperti hari pertama dan kedua di villa ,walaupun merasa heran, Angel berusaha tidak memikirkannya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Abdul Muntholib Suwarto
hm...
2021-08-17
0
Asih Setiawan
seruuuu😂
2021-05-23
1
Yuni MamaRizky
lucu bNget ya
2021-05-21
2