Ternyata menikmati melihat keramaian cukup menyenangkan juga. Hans bisa menangkap hal positif mengapa banyak orang menyukai menikmati keramaian. Tidak seperti dia yang tidak terlalu menyukainya.
Keramaian baginya bagikan kerumunan para wajah-wajah palsu. Wajah-wajah palsu yang bermulut manis dan bermuka dua. Dunia bisnis membuat nya memiliki pertahanan tersendiri. Membentengi diri dengan tak banyak bicara dan menilai dengan teliti berbagai situasi.
Cuaca sesuai yang diucapkan Angel bahwa terik. Mereka memutuskan untuk kembali ke villa. Matahari juga sudah mulai berada di atas kepala. Mereka akan istirahat dan mengisi tenaga.
Bram sudah dengan siap siaga mengurus segala keperluan Hans .Para koki sudah diarahkannya untuk menyajikan berbagai makanan.
Hans duduk dan hendak menyantap makanannya. Sayup-sayup Indra pendengarannya menangkap suara yang familier.
Angel, Vina dan Dina berjalan bersamaan .Satu wajah terus memandang wajah masam sedangkan yang lain begitu puas.
“Ya udah dinikmati aja sih Dina. Gak usah ngambek kaya gitu,”Suara familier Angel yang tertawa membuat Hans berhenti menyendok makanan. Manik matanya beralih menatap ke arah sumber suara namun batang hidung Angel masih belum terlihat.
Cara bicara Angel sangat berbeda saat dengannya .Saat dengannya berbicara sopan dengan teman-temannya itu berbicara santai.
“Haha, iya ih Kaya anak kecil aja main ngambek ngambekan .”Seru Vina ikut nimbrung. Suara itu semakin mendekat. Dan Hans menanti dalam diam. Melihat atasannya yang diam Bram mengerutkan kening dalam.
“Nikmatin! nikmatin! Aku tersiksa tau, coba aja kalian yang ada di posisiku. Pasti kalian juga bakal marah-marah.” Sudah mencerocos kesal.
Bram berjingkat ditempatnya, suara Dina cukup melengking untuk dia dengar sedangkan sumber suara belum terlihat juga ujung rambutnya. Wah benar-benar .
“Eh Eh gak boleh ngomong kayak gitu, siapa tau si Tito memang akan menjadi pasangan kamu nantinya.' Jodoh Yang dikirim tuhan'.” Ucapan Angel sukses membuat Dina melototkan matanya.
“Tidak! Dalam mimpi pun aku tidak mau! Kau jangan bicara yang tidak-tidak, Angel!” Dina kesal ke Angel.
“Suaramu sungguh memekikkan telinga, Bisa tidak volumenya dikurangi sedikit, Din!” Angel dan Vina sama-sama menutup telinga.
“Haha, Gak bisa ini udah kebiasaan. Kalian tunggu pembalasanku!” Dina mengambil langkah lebar meninggalkan kedua temannya dengan hati dongkol karena sudah dikerjai habis-habisan.
“Dina suaranya cempreng” Seruan Vina membuat Dina menghentikan langkahnya. Bersedekap dada menatap dua sahabatnya itu yang tampak tertawa. Mereka sudah mulai masuk ke dalam villa.
“Wah wah ,suara emas jebolan Indosiay ini .”
Salah satu Channel tv yang selalu menyajikan sinetron penuh luka dan hiburan dangdut .
Dua sahabatnya itu semakin tergelak kencang bahkan saling memukuli satu sama lain.
“Haha Din, bangun dari mimpi .Cuma ada 2 kemungkinan saat seorang Dina Humaira bisa lolos .”
“Wah-wah apa itu?” Tanya Vina antusias, ia sudah menangkap gelagat Angel yang ingin menggoda Dina.
“Kemungkinan pertama yang jadi juri gak merhatiin dia lagi audisi. Kemungkinan ke 2 yang jadi juri agak budek jadi ngira suara dia bagus.” Ucap Angel kemudian tertawa terpingkal pingkal diikuti oleh Vina juga tertawa.
Berbeda dengan yang menjadi bahan olokan, Dina nampak cemberut mendengar mereka berdua berbicara.
“Udah puas.” Tanya Dina dengan tatapan tajam.
“Belum” Sahut Angel dan Vina bersamaan, diiringi tawa yang pecah karena puas menggoda Dina.
Karena dua sahabatnya itu tidak ada habisnya mengisinya Dina memilih melanjutkan jalannya. Saat Angel dan Vina menyusul Dina menuju kamar, Dina berhenti tepat di depan mereka, hingga mereka menabrak tubuh Dina .
“Aduh, kenapa berhenti mendadak sih.” Angel memprotes dengan mengusap dahinya.
Syuttt isyarat Dina dengan mulut, hal itu mendapatkan tatapan heran dari Vina dan Angel. Mengikuti arah pandang Dina, Angel dan Vina pun seketika tersenyum ramah.
Saat Angel dan Vina mengedarkan pandangannya, di meja makan ada CEO mereka sedang makan siang didampingi oleh asisten pribadinya, sungguh pemandangan yang menyenangkan. Melihat bagaimana cara mereka makan.
Mata Vina tak bertemu dengan manik mata Hans sedetikpun, mata laki-laki itu tertuju ke arah Angel itulah pikir Vina.
Yang mendapat tatapan intens pun segera menyapa dengan sopan.
“Selamat siang pak,” Sapanya.
Dina dan Vina sudah kikuk dibelakang, lupa untuk berbicara.
“Hem.” Sahut Hans. Angel menyembunyikan raut wajah manyunnya.
“Maaf mengganggu pak, silahkan lanjutkan makan siangnya. Kami permisi.” Menunduk dan ingin berlalu, namun...
“Angel.” Panggil Hans.
Angel menghentikan langkahnya dan berbalik sempurna menatap sang atasan.
“Iya pak, ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya sembari mendekat.
“Duduklah dan ikut makan bersama.” Ajak Hans
“Eh..,Tidak pak, Kami akan makan setelah Anda selesai makan.” Sahut Angel menolak halus, nampak sungkan jika harus makan bersama sang atasan.
Namun Dina sudah menyerobot duduk di dekat Bram. Angel dan Vina terpaku ditempat malu melihat teman mereka yang satu itu .
“Iya terima kasih atas kemurahan hati Anda pak, Saya ikut makan juga.” Tak tau malu malah mengangkat dagu menatap datar ke arah dua temannya.
Astaga si Dina memang selalu bar-bar. Makan bersama pak Hans tidak ada baiknya. Nanti kita hanya akan fokus makan tanpa bisa bicara, hanya terdengar dentingan sendok yang saling beradu. Angel
Kamprett, muka Dina tebel banget, gak ada malunya. Mana berani makan sama pak Hans. Vina begitu segan.
“Tunggu apa lagi?” Suara Hans kembali terdengar, rutukan ke Dina berhenti.
“Iya pak, terima kasih karena kebaikan hati Anda.” Angel pun terpaksa menerima ajakan baik sang atasan.
Namun ia memilih duduk menjaga jarak dari Hans, karena banyak sekali kursi yang ada ,ia berpikir supaya duduk agak jauhan dari posisi Hans.
Belum sempat ia duduk di kursinya, sudah terdengar suara Hans yang setengah kesal
“Aduhh kenapa lagi ini, Angel.” Gumam kecil Angel.
Vina melirik takut.
“Kenapa kamu mengambil posisi duduk di sana?! ” Suara berat Hans menginterupsi Angel dan mengurungkan langkahnya untuk duduk. Siku Hans bertopang ke ke meja makan dan merapatkan jarinya.
Angel hanya diam tidak tau untuk menjawab apa, tidak mungkin ia menjawab bahwa ia ingin duduk jauh dari bosnya itu kan.
“Duduk disini.” Titah Hans menunjukkan kursi yang dekat dengan posisinya.
“I-iya pak.” Angel segera mendekat dan mendudukkan tubuhnya dengan sempurna.
Posisinya Hans duduk di tengah meja dengan Angel dan Vina di sisi kanan dan Bram dan Vina di sisi kiri.
Mereka mulai makan ,Angel sudah mengambil nasi untuknya, namun ia terlalu gugup untuk mengambil lauk pauk yang ada .
“Makan ini, ini juga...Ini juga.” Hans sambil mengambilkan lauk untuk Angel dan meletakkannya di piring Angel. Banyak sekali sampai mata Angel dibuat melotot.
“Cukup pak, cukup...Terima kasih, saya bisa mengambilnya sendiri.” Angel kesal dengan porsi makannya yang tampak menumpuk akibat ulah Hans.
Dina melihat Hans yang perhatian dengan Angel dan ia berpikir ini kesempatan dia untuk mendekati Bram yang tidak kalah tampannya dari CEO mereka itu.
“ini Pak silahkan dimakan.” Dina sambil mengambilkan udang yang ada di meja
“Tidak usah, saya alergi udang.”Ujar Bram sambil menggerakkan tangannya ke depan tanda penolakan dan menjauhkan piringnya.
“Oh,maaf maaf." Seru Dina penuh kekecewaan, kemudian meletakkan udang tersebut di piring miliknya.
Ia tidak langsung putus asa, Dina kembali mengambilkan makanan untuk Bram.
“Ini Pak silahkan.” Dina mengambilkan cumi-cumi yang terlihat menggugah selera di meja makan mereka.
“Tidak, saya tidak terlalu suka dengan cumi.” Tolak Bram lagi
Terus seperti itu, sampai bukannya ia bisa memberikan makanan ke Bram, malah piring ia yang sudah penuh dengan berbagai macam lauk pauk.
Eh ini kenapa banyak banget porsi makan ...ini babang Bram kenapa susah banget dideketin sih. Batin Dina lesu.
Rasain tuh Din ,ganjen banget jadi cewek ....makan tuh nasi Sampe perut kembung haha haha. Angel
Vina menatap Dina dengan mengulum senyumnya.
Aduh si Dina, Muka asisten Bram yang sebegitu datar mau di goda... Milih-milih Napa Din. Mengasihani Dina yang diabaikan, namun juga tergelak.
Angel masih bergelut dengan pikirannya ,sampai ia tidak dapat menahan tawanya, namun karena ia tertawa ia terbatuk batuk.
“Uhuk-uhuk...” Angel menggerakkan tangan menepuk dadanya.
Hans terkaget dan segera mengambil gelas yang berisi air putih.
“Hati-hati, kenapa kamu tertawa saat makan. apa ada yang lucu?” Hans bertanya sambil menyerahkan gelas yang berisi air putih ke arah Angel.
"Terima kasih pak.” Ucap Angel hanya itu yang dijawabnya kemudian meminum air yang diberikan Hans.
“Apa ada yang lucu?” Tanya Hans lagi, tampak begitu penasaran.
"I-itu...saya cuma ingat sesuatu saja pak.” Jawab Angel.
Hans mengernyitkan dahinya, ia ingin mengetahui apa yang membuat Angel tertawa seperti itu. Angel kembali makan sambil melihat ke arah Dina dengan senyum jenaka. Ia menggerakkan bibirnya tanpa bersuara ke arah Dina dan Dina memperhatikan hal tersebut.
"Abisin ya makannya.“Ucap Angel dengan gerakan bibir tanpa suara.
hehhhh tunggu pembalasan ku ya, asik-asik aja kalian ketawa. Batin Dina kesal, penuh dendam.
Vina duduk di dekat Angel dengan menahan tawanya.
.
Happy reading
~Tyatyut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
so sweet pak bos...😘
2021-12-21
0
FeBry Rsher
lucunya mereka ber3 terutama Dina😂😂😂
2021-12-15
0
🦅HagiaShofia🦘
tak kuasa lah q thor🤣🤣
2021-08-05
0