Mereka selesai mengisi tenaga. Sekarang dua anak manusia itu terlihat keluar dari restoran.
Wah sudah setengah satu ternyata, Kami harus cepat. Angel mengalihkan sorot matanya.
Seperti biasa Hans selalu yang membayar makanan mereka. Selama bekerja dengan Hans tak sekalipun Angel diperbolehkan membayar makanan. Bahkan Hans juga memberitahu pin kartu kredit nya .
Mungkin ini ujian yang diberikan bos kepada bawahannya. Jadi Angel menjaga sekali kepercayaan Hans. Tidak pernah sekalipun ia berpikir untuk menyimpan kartu kredit Hans jika Hans lupa. Bahkan Hans sering kali acuh dengan keberadaan kartu kreditnya.
Saat di perjalanan menuju keluar restoran.
“Ini pak kartu kredit Anda, terima kasih atas makanannya, pak.” Angel mengucapkan rasa terima kasihnya.
Bukannya menerima Hans malah menyodorkan jas nya.
“Masukan sendiri.” Serunya begitu santai. Angel hanya menelan salivanya melihat dompet sang atasan. Ia berdecak iri banyak sekali kartu kredit milik Hans. Untuk apa coba pikirnya.
Aku bahkan hanya punya satu. Huwaa...Kartuku tersayang . Angel
“Kemari kau menghalangi mereka .” Tiba-tiba menarik Angel yang berdiri di samping kanannya. Si perempuan sudah merasa salah tingkah dengan perhatian kecil Hans yang selalu saja di dapat .
“Sudah makan siang, pak?” Tanya Hans pada pak Yanto sang sopir pribadi keluarga. Angel menangkap sikap sopan Hans sebelum masuk ke dalam mobil.
“Sudah tuan muda .” Sahut pak Yanto.
Baguslah Hans menanggapi dengan senang. Padahal Hans tidak butuh rasa hormat pak Yanto. Dia hanya ingin diperlakukan dengan sewajarnya. Tidak ada embel-embel tuan muda namun pak Yanto tidak mau menuruti, menurut pak Yanto ia memang harus memanggil Hans dengan sebutan tuan muda karena itu sebagai pengingatnya bahwa tuan mudanya ini adalah majikannya, dan ia tidak lalai dalam bekerja karena sudah diperlakukan dengan baik.
Tuan muda kami memang rendah hati .Semoga perasaan Anda segera disadari gadis manis ini, tuan muda.
Pak Yanto membatin melirik ke arah Angel. Gadis itu mengulas senyum ke arahnya. Entah ini hanya spekulasi Simpang pak Yanto atau memang sebuah kenyataan? Hanya waktu yang dapat menjawab semuanya.
***
Hans mengunjungi cabang perusahaan yang harus diresmikan. Ia diundang secara resmi ke acara tersebut .
Benar-benar begitu bersinar. Hei matahari ! Berhentilah menyinari laki-laki ini. Dia semakin berkilau. Wajah tegasnya kembali terlihat. Sorot mata dingin dan tak terbaca pun selalu melekat dalam dirinya.
Angel berlari-lari kecil menyamai langkah kaki Hans. Meskipun ia sudah bekerja cukup lama dengan Hans, ia masih belum bisa menyamai langkah kaki Hans yang begitu lebar.
Merasa tidak ada siapa pun di sampingnya, Hans berhenti dan mencari keberadaan Angel.
Merasakan Hans yang berhenti Angel pun ikut berhenti.
Eh ada apa ini? Pikirnya.
“Kemari langkahmu kecil sekali .” Mendengar hal itu Angel terdiam, seruan itu tersisip nada menggemaskan. Tentu saja Angel tak menangkap nada itu .
“Maafkan saya pak. Saya akan lebih cepat.” Menyusul Hans dan mereka baru sejajar. Langkah Angel tak lagi tergesa.
Ini terasa lebih nyaman, sesuai standar langkahku ya begini. Melirik ke arah sang atasan yang tampak bersedekap sembari berjalan menyesuaikan ritme langkah dirinya.
***
“Wah lihat itu CEO Adma Wijaya gorup .”
Sudah terdengar bisik-bisik. Saat Hans baru saja terlihat beberapa detik.
“Iya benar Hans Prasetyo kan.”
Sahut yang lain lagi.
“Benar-benar tampilannya tak main-main tampak begitu sempurna .”
Memuji dengan sangat bersemangat.
Suara-suara itu di dengar dengan jelas di pendengaran Hans. Langkahnya tak terhenti sedikit pun .
Hem memang visual pak Hans tak main-main. Aku jadi penasaran bagaimana sosok kedua orang tuanya. Batin Angel mengusik.
Melirik ke arah Hans yang berada di podium. Hans menjabat satu persatu wajah-wajah yang akan diberikannya sebuah tanggung jawab.
Peresmian segera dilakukan. Sebelum itu Hans nampak berbicara kritis di depan para Wajah-wajah yang baru baginya .
“Saya hanya menekankan satu hal ! Yaitu jujurlah! bekerja tak menyangkut mengenai penghasilan namun jalur menuju penghasilan itu. Saya berharap kalian bersikap jujur agar berada pada jalur yang benar .” Kata-kata Hans begitu menekan dalam. Melihat tegasnya Hans suara-suara memuji tadi tampak hilang tak berbekas .
Mereka dibuat bungkam dengan sosok tampan tegas dan berwibawa ini .
Hans kemudian menutup bicara singkatnya . Dia sudah berada tepat ditengah-tengah para pemimpin. Pita Sudah terbentang dan dipegang di posisi masing-masing. Ada yang sudah tertawa senang. Ada juga yang tampak bersikap biasa namun hati sudah memuncak senang .
Alis Hans saling bertautan merasa kesal .
“Kenapa gunting belum diserahkan,
Kenapa semua orang lambat sekali ?!” Decak Hans
Dibalik panggung Angel sedang berdiri siap. Dirinya tidak melakukan apa-apa namun...
“Akh.” Angel terjatuh. Mata Hans dibuat membulat tidak segera melangkah setengah berlari.
“Kau tidak punya mata!” Sentaknya dengan kasar pada wanita yang tampaknya pembawa pita.
Hans sudah merengkuh pinggang Angel bawanya berdiri. Memang akibat menggunakan rok Angel sedikit merasa sulit bergerak.
“Ma-maaf sa-saya tidak sengaja.” Lontaran kata maaf itu begitu gugup penuh ketakutan. Tentu saja si wanita ketakutan pasalnya ia dibentak dengan nada begitu dingin. Membuatnya menelan ludah dengan begitu kasar.
“Iya, tidak masalah.” Sahut Angel lekas. Ia memegang tangan Hans satunya menahan laki-laki itu agar tidak lagi bergerak dan banyak bicara. Sudah cukup insiden dirinya jatuh dan bentakan Hans mendapat sorotan penuh dari semua orang.
“Anda bisa lanjut berjalan.” Angel mengulas senyum. Sementara ekor matanya melirik ke sekitar yang masih terfokus ke arahnya. Oh mungkin ini sebabnya juga pinggangnya masih direngkuh sang boss dengan begitu erat.
“Se-sekali lagi saya minta maaf.” Si wanita berlalu. Masih sempat mendapatkan sorot mata tajam dari Hans.
Ceroboh sekali!
“Saya baik pak, tadi hanya terjatuh.” Bisik Angel. Seakan tau yang di sampingnya masih belum meredam amarah.
“Terjatuh tapi berteriak!”
Suara Hans yang meninggi kembali membuat Angel meringis. Apa perlu sampai sebegininya.
“Itu karena saya terkejut pak, hanya itu. Tolong jangan dibahas lagi, Anda harus segera bergabung untuk memotong pita.” Angel menunjukkan arah para petinggi yang terdiam disana menunggu Hans.
Hans berdecak. “Kau turun, jangan berdiri di sini.” Perintah Hans. Meski Angel mengerutkan kening namun tak urung ia mengikuti dan turun dari atas panggung.
Kurasa teriakan ku tidak senyaring itu, sampai membuat pak Hans datang dengan tergesa. Astaga memang telinga pak Hans sangat tajam.
Entah telinga laki-laki itu yang tajam, atau memang punya sorot perhatian pada Angel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Bastard_🗡️
hehe lucu
2024-02-01
0
runma
seneng aku baca nya ada seru2 anya ada sisi romantis nya juga 😘😘😘😘😍
2021-09-11
0
Har Tini
lanjut thor masih nyimak
2021-08-16
0