Pekerjaan tidak ada habis-habisnya. Padatnya jadwal membuat mereka semua lupa dengan rutinitas mengisi tenaga yaitu makan.
Hari sudah beranjak siang. Jalanan mulai agak padat karena para pegawai kantoran akan beristirahat untuk makan siang. Di dalam perjalanan Hans memutuskan untuk pergi ke restoran terlebih dahulu.
“Pak kita mampir ke resto sebentar ya...cari yang terdekat.” Ucapnya ramah kepada sopir pribadi keluarga itu. Pak Yanto telah bekerja di rumah mereka sebagai sopir hampir setengah dari umurnya. Jadi Hans menghormati laki-laki ini.
“Baik tuan muda.” Jawab pak Yanto sembari mengulas senyum di wajahnya yang mulai mengeriput karena termakan usia.
Ini adalah hal yang Juga Angel kagumi dari bosnya itu. Meskipun terkesan dingin tapi Hans memiliki sopan santun yang begitu tinggi. Laki-laki ini pintar dalam bersikap. Tidak merendahkan mereka yang rendah.
Oh...Mendengar kata resto membuat mata Angel berbinar. Perutnya dari tadi sudah minta diisi sejak tadi.
Sesampainya di depan restoran.
“Ayo pak kita makan dulu.” Ajak Hans pada sopir pribadinya itu. Matanya juga melirik Angel yang tampak sudah tergesa ingin masuk ke dalam restoran. Hampir saja dia tergelak dengan raut wajah yang tak bisa ditutupi oleh Angel.
Dimana lagi bisa menemukan atasan sebaik tuan mudanya ini. Bahkan sopir pribadi di ajak masuk ke restoran. Pak Yanto merasa sungkan jadi dia menolak dengan halus ajakan tuan mudanya itu.
“Tidak usah tuan muda, saya tidak terbiasa dengan tempat yang seperti ini. Silahkan Anda bersama nona Angel saja masuk ke dalam.”
“Sesekali pak, ayo dicoba.”
“Ndak perlu tuan muda,” Kembali menolak.
Hans Berdecak.
Dengan sedikit berat hati Hans mengiyakan penolakan itu. Ya apa gunanya mengajak seseorang makan ditempat yang bagus jika, orang itu tidak nyaman, karena itu Hans tidak memaksa pak Yanto lagi.
***
Angel berjalan agak lebih cepat terlebih dahulu untuk mereservasi tempat makan, untuk ia dan Hans. Karena ia sudah terbiasa untuk melakukan ini, terkadang ia harus mereservasi tempat untuk bertemu klien. Setelah mereservasi, mereka ditunjukkan tempatnya oleh pelayan restoran tersebut. Hans berjalan terlebih dahulu dikuti oleh Angel.
“Silahkan duduk pak Bu.”
“Mau pesan apa?” Pelayan tersebut mengeluarkan sebuah not.
Hans mengambil buku menu
di depannya dan membacanya sekilas.
“Steike dan ini,” Menunjuk pada salah satu minuman.
Belum juga ditanya Angel sudah menyambar memesan makanan yang di inginkannya. Hans memiringkan wajahnya melihat Angel dia menatap Angel dengan tatapan hendak meledakkan gelak tawa.
Sekretaris Angel memang sangat jujur jika menyangkut makanan, Haha Lucu sekali sikapnya. Hahaha
“Ehm ini karena saya tidak mau mengundur waktu pak, bukan karena saya tergesa.”
Angel mencoba melakukan pembelaan. Dia menyadari Hans yang menahan tawa.
“Benarkah?” Tanya Hans dengan bibir yang mengulas senyum tipis. Sudah memasang wajah jenaka. Sial, lihat sembarangan sekali melempar senyum jenaka itu. Jika saja yang di posisi Angel saat ini adalah wanita pengagum Hans mungkin Hans akan kelabakan karena mendapat respons histeris.
“Te-tentu saja!” Tidak sadar hampir berteriak.
“Haha tidak perlu setegas itu Angel. Aku juga tidak mengatakan hal lain kan.”
Angel seketika tersadar matanya melotot kesal.
Tapi mata Anda seperti hendak tertawa Pak. Haishh...Sial ini karena aku sangat kelaparan jadinya tergesa-gesa. Tenang Angel tebalkan muka seperti biasanya.
Angel pun memilih menatap sekitar.
Melihat wajah merah padam Angel memiliki efek tersendiri untuk Hans.
Keheningan tercipta sesaat, Angel melihat Hans yang sudah sibuk berselancar dengan ponselnya. Matanya kemudian menatap sekitar. Restoran ini begitu ramai dengan para pengunjung.
“Pasti ini tempat yang populer .” Bergumam kecil dengan satu tangan menumpu dagunya.
“Kamu benar ini tempat populer.” Jawaban Hans membuat kening Angel mengernyit padahal dia tadi hanya bergumam kecil.
Pak Hans memang memiliki Indra pendengaran yang tajam ternyata. Batin Angel.
“Begitu ya pak, Haha tidak disangka ya bisa mampir di tempat populer begini.” Angel menanggapi dengan asal, mana berani dia menjawab dengan kata ohhh. Konsekuensinya dia bisa di lempar ke kantor cabang bahaya dua belas.
Senyum penuh keangkuhan teulas di bibir Hans.
“Tempat yang tidak disangka, bersama orang yang tidak disangka.” Memundurkan tubuh, Angel masih berusaha mencerna perkataan Hans.“Kamu merasa beruntung kan. Bisa makan di tempat populer dengan pria paling populer di abad ini.”
Memasang pose tampan dengan mengelus dagu.
Angel menatap tajam ke arah Hans, matanya lekas beralih pada mode senyum bersahabat saat Hans menatap ke arahnya.
“Haha sepertinya benar yang Anda katakan pak. Saya merasa beruntung sekali di sini bisa bersama dengan Anda, ha ha.”
Bibir Angel tersenyum dia sudah pandai berakting untung menyenangkan atasannya itu. Tanpa menjatuhkan tingkat kepercayaan diri atasannya .
Kamu selalu aja berekspresi aneh Angel. Jangan kamu pikir aku tidak bisa membaca raut wajahmu.
Sunggingan bibirnya melukis di sudut bibir.
Sekitar 15 menit mereka duduk dan pesanan pun akhirnya datang. Angel sudah berbinar melihat makanan yang datang.
“Selamat menikmati makanannya.” Ucap pelayan restoran tersebut. Sambil agak melirik ke arah Hans yang memancarkan aura tampannya
Angel mengikuti arah pandang sang penyaji makanan, wajahnya tersenyum simpul lalu menggelengkan kepala pelan. Memang kebanyakan wanita yang dia lihat selalu tak bisa berpaling dari yang namanya Hans Prasetyo, padahal laki-laki ini hanya diam tanpa banyak bicara.
“Terima kasih. ”Hanya Angel yang menjawab diiringi senyum, sedangkan Hans ia memainkan ponselnya tanpa memedulikan sekitarnya. Pelayan tersebut pergi dengan senyum merekah.
“Pak makanannya.” Hans melihat ke depannya, di meja sudah tersedia pesanan yang ia minta beberapa saat lalu.
“Ohh iya.”
Mereka makan dalam keadaan hening, hingga Angel memecahkan keheningan tersebut, ia membicarakan tentang pekerjaan dan agenda yang akan mereka lakukan. Ternyata itu tidak menarik minat Hans .
“Jika sedang makan jangan banyak berbicara masalah pekerjaan, fokus makan.” Angel tidak tahu Hans menyunggingkan senyum sinis diwajahnya tadi, namun sepersekian detik ia merubah raut wajahnya menjadi datar.
Anggap itu sebagai pembalasan karena kekesalanku dengan ekspresimu.
Hans merasa menang sambil mengiris daging Steike dan menyuapnya masuk ke dalam mulutnya
“Ahh i-iya pak. Maafkan saya.” Angel menurut lemah, niatnya memecah keheningan tidak diterima Hans.
Matanya memincing sebal menatap Hans ,yang ditatap tidak menyadari sama sekali.
Santuy aja pak Bos...untung Anda atasan saya kalau sampai Anda Adek saya udah saya bawa bertarung !
Jadilah sekarang di meja makan mereka hanya terdengar bunyi setingan sendok dan piring. Hans melirik Angel yang makan dengan lahap.
Merasa diperhatikan beberapa kali Angel berpikir apakah ada sesuatu diwajahnya .
“Kenapa pak? ”Angel memberanikan diri untuk bertanya.
Alis Hans tertarik ke atas, proses memotong dagingnya terhenti sesaat.
“Tidak ada” Jawab Hans sambil mengalihkan pandangannya
"Oh saya kira mungkin ada sesuatu di wajah saya. Silahkan pak lanjutkan makan Anda"
Angel dan Hans sudah menyelesaikan
makan siang mereka, ternyata pak Yanto
juga sudah makan siang karena ia tidak
mau ikut masuk restoran.
Hans meminta bukan lebih mirip kalimat perintah agar pak Yanto untuk tetap makan, kalaupun tidak ikut naik ke dalam,
pak Yanto mengiyakan perintah tersebut.
Pak Yanto makan di sekitar restoran tersebut ternyata ada penjual bakso keliling dan ia makan bakso.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
mulai seru
2021-12-21
0
runma
🥰🥰🥰🥰
2021-09-11
0
Har Tini
enggel ga engeh dengan tatapan hans
2021-08-10
0