NovelToon NovelToon

Wanita Sang CEO

CH 1~Permulaan

Suara percikan peraduan air dan lantai terdengar dari dalam kamar mandi. Sesosok mungil sedang berdiri di bawah pancuran air yang terus mengalir. Matanya terpejam, sembari menyelami rasa nyaman akibat air hangat yang membasahi tubuh. Mata yang tadinya berkabut kantuk, sekarang nampak  sudah sadar sepenuhnya.

“Hari ini tampaknya aku harus bekerja keras.” Gumam-gumam kecil sembari membalutkan handuk ke tubuhnya.

Dia bersenandung sibuk ke sana kemari. Rumah berukuran minimalis itu menghubungkan segala ruangan. Hanya kamar tidur yang memiliki dinding penyekat. Dapur dan ruangan tamu langsung berhubungan.

 

Setelah mengeringkan rambut dengan hair drayer. Langkahnya kemudian tertuju pada lemari pakaian. “Hem, pakai yang mana ya. Oke pakai yang pink.” Mengambil blus berwarna pink.

“Bagus-bagus memang pilihan yang tepat.” Berputar di depan cermin. Dia mengaplikasikan make up tipis, juga sedikit sentuhan lipstik .

Langkah segera mengambil tas kecil berlogo merek pasaran. Menggantungkannya di bagian bahu. Senyumnya merekah melihat tampilan yang sangat siap untuk memulai hari.

“Siap saatnya bekerja Angel.”

Menyerukannya dengan begitu ceria.

Oh iya namanya Angel. Dia adalah orang yang paling beruntung di dunia ini. Sejak dulu dia tidak pernah terpikir bisa lolos dalam wawancara kerja dan menjadi orang kepercayaan dari sosok Hans Prasetyo.

Sosok atasan sekaligus CEO dimana tempatnya bekerja. Kemampuannya yang luar biasa menyampaikannya pada kedudukan ini. Kedudukan yang sulit untuk dicapai karena harus bersaing ketat.

Angel dikenal sebagai sosok cekatan dan begitu mumpuni. Kadang kala ada para pendengki yang iri karena keberhasilan Angel. Siapa yang tidak iri, coba? Angel berada pada posisi yang diinginkan oleh semua orang. Yaitu selalu berada disisi seorang Hans Prasetyo.

Sosok CEO yang menjadi atasan, dan menjadi wajah perusahaan. Para pendengki itu ingin menggantikan posisi Angel. Ingin mencoba berada disisi sosok laki-laki yang menjadi incaran menantu oleh para ibu mertua.  Namun semua itu tidak pernah terealisasi. Mereka tidak bisa menggeser posisi Angel.

Angel memiliki hidung mancung, bibir tipis, dan matanya indah, dinaungi sepasang alis yang melengkung. Tipe ideal untuk para pria. Namun sosok ini masih betah berada pada zona kesendirian.

Masih tidak pernah terpikir menjalin hubungan dengan pria mana pun. Entahlah apa yang membuatnya nyaman dengan kehidupannya itu, mungkin pula karena rasa syukur yang ia miliki dalam segala hal.

Satu kali hentakan menandakan Angel sudah selesai dengan ritual memasang alas kakinya. Segera digapainya kunci mobil. Melangkah keluar.

Dirinya terbiasa mandiri, hanya Angel sendiri yang menghuni rumah minimalis itu. Alasan tidak tinggal bersama orang tuanya karena tuntutan pekerjaan. Ia bekerja di kota, berjauhan dengan tempat tinggal orang tuanya.

Awalnya semuanya terasa susah mencari pekerjaan sana sini. Beruntunglah sekarang ia menjadi sekretaris memiliki gaji tetap. Angel bisa memperbaiki perekonomian keluarga. Bangga sangat dirasa oleh orang tua.

Keluar dari rumah matanya menangkap Bu Mina tetangganya yang selalu ramah kepadanya.

“Pagi Bu.”  Sapa Angel.

Wanita paruh baya tadi mengalihkan fokusnya dari menyiram tanaman. Ulasan senyum wanita itu lesatkan ke arah Angel. “Pagi nak. Waduh udah gelis bener pagi-pagi .”

Angel tersipu malu.

“Ini mau kerja Bu, jadi harus rapi.” Balas Angel.

“Malah sepertinya lebih cantikan bu Mina kalo dandan.” Angel balas memuji.

Bu Mina langsung senyum malu merekah. Tertawa terbahak ciri khas ibu-ibu sekali.

“ Haduh cantik dari mana nak, ini sudah berumur udah punya anak.” Sanggah Bu Mina, namun bibir Bu Mina tidak bisa berhenti tersenyum.

“Ya cantik tidak mematok umur Bu. Pokoknya ibu tetap cantik menurut Angel. Nah Loh, keterusan ngobrolnya, Angel pergi kerja dulu ya bu.” Angel melangkah menuju mobil yang selalu ia bawa untuk ke kantor.

“Eh Iya nak.” sahut Bu Mina lagi masih dengan kadar ramah seperti tadi.

Mata Angel menangkap sosok laki-laki kecil mengemaskan. Si Reno anak Bu Mina sedang lalu lalang bersepeda pipi gembulnya begitu menggemaskan untuk Angel cubit namun Angel menahannya sebab harus segera bekerja .

Mobil mulai melaju membelah jalanan.

Memulai hari penuh perjuangan.

“Anak ramah itu ya, ck. Kalo dibilang cantik gini kan jadi nggak mau mandi, orang udah cantik ngapain mandi.” Bu Mina tertawa renyah sembari mengusap rambutnya.

Angel kamu harus bertanggung jawab sepertinya. Bu Mina sudah begitu melambung karena pujianmu.

***

Seorang laki-laki terlihat sedang sibuk memilih kemeja. Satu persatu kemeja disisipkannya asal. Matanya menatap kosong kegiatan pagi yang selalu berulang memilih kemeja, memasang dasi, jas, lalu kemudian aksen jam tangan.

Ia mengelus dagunya meraih satu jam tangan. Bibirnya mengulas senyum dengan alis yang terangkat. Berdiri di depan sebuah cermin besar menampilkan keseluruhan tampilan, lalu tersenyum lebar .Tanda dia puas dengan penampilannya.

“Nice.” Menunjuk diri di depan cermin.

Inilah dia Hans Prasetyo sang CEO berkarisma, sekaligus atasan dari Angel. Laki-laki dengan rahang tegas dan hidung mancung seta sifat dingin. Laki-laki dengan segudang pesona otak cerdas, kaya semua ada dalam dirinya. Hans dia CEO termuda dengan kemampuan luar biasa.

Langkah kaki menggiringnya lekas turun ke bawah melihat wajah Mama Rina sang Ibu, sedang menampilkan ekspresi pura-pura yang tertuju ke arah dirinya.

Hans hanya terkekeh menanggapi sorot mata Mamanya itu. Lalu matanya beralih ke arah papa Fadli.

“Matanya dikondisikan dong mah. Nggak pernah liat laki-laki ganteng apa?” Senyum jahil terukir di bibir Hans. Mama Rina memutar bola matanya.

“Muka kamu biasa aja. Nggak ada yang wow mamah bosen liat wajah kamu.” Mama Rina berucap santai namun pedas, membuat Hans tergelak lepas.

Bayangkan saja jika itu terdengar oleh para pengagum Hans. Maka Mama akan dikritik habis-habisan karena bicara sembarangan. Hans Prasetyo tidak pernah bisa di nilai biasa saja, dia selalu mendapat predikat luar Biasa.

“Heh cuma ini nih hasilnya yang sedari tadi kebanyakan ngaca.” Papa Fadli tampak menampilkan sorot menggoda anak sulungnya itu.

Sontak saja hal itu langsung membuat alis Hans bertautan. Tahu anaknya akan adu banding dengan berbagi argumen Fadli Prasetyo langsung mengangkat tangan sebelum Hans mulai bicara.

“Apa?...”

“Cuma becanda kok .” gelak papa Fadli memenuhi ruang makan.

Baiklah Hans tidak jadi adu banding dia mulai duduk dengan nyaman dan menyantap sarapan paginya.

 

Selipan obrolan-obrolan kecil mewarnai sarapan pagi mereka. Selalu saja yang paling heboh dalam pembicaraan adalah Mama Rina .

Selesai makan segera keluar dilihat Hans pak Yanto sang sopir pribadi keluarganya bergerak cepat membukakan pintu untuknya. Hans segera masuk ke dalam mobil.

Ahh saatnya bekerja.

***

Adma Wijaya Group

Hans menutup pintu mobil. Melangkah dengan santai masuk melalui pintu depan perusahaan. Guratan wajah tanpa ekspresi terlihat jelas. Meski tidak banyak ekspresi namun ia menilai situasi. Jika saja ada yang perlu diperingatkan maka ia akan berhenti. Namun ternyata semuanya bagus.

Semua karyawan merasa baru bisa menghela nafas ketika Hans masuk ke dalam lift. Jujur saja mereka berusaha tampil sebaik mungkin agar tidak mendapat teguran cara berpakaian yang benar oleh petinggi perusahaan itu.

Perusahaan ini dulunya dikelola oleh sang Papa. Namun sekarang Hans dilimpahkan tanggungjawab. Terberkatilah Hans yang dengan sangat sukses menjalankan perusahaan. Karirnya sebagai CEO begitu mulus, tidak ada batu sandungan.

Lift berdenting, segera membuat langkah Hans keluar. Hanya beberapa langkah sebelum matanya segera menangkap sosok sang sekretaris.

 

“Selamat pagi pak.” Angel menyapa. Mereka selalu dipertemukan untuk bekerja dan bekerja. Rutinitas membosankan.

“Ya .” Hans menyahut pendek. Mengambil langkah lebar masuk ke dalam ruangan.

Hans melewati Bram lalu memulai mendudukkan tubuhnya di meja dengan papan nama CEO Hans Prasetyo yang terpampang jelas.

Sejenak hanya terdiam tak seberapa lama kemudian Angel masuk dengan membawa iped. Angel semakin profesional saja semakin hari. Hans sungguh memuji setiap pekerjaan yang dilakukan Angel sangat bagus.

“Selamat pagi pak. Saya akan membacakan Agenda hari ini. ” Angel mulai membacakan segala agenda sampai —,pada satu agenda Hans mulai berkomentar.

“Terakhir Anda menerima undangan untuk menghadiri acara perayaan ulang tahun Group K.”

“Undangan ya?”

Angel mengangguk, mengalihkan arah pandang ke mana pun yang penting tidak bertatapan dengan atasannya itu.

“Untuk acara ini ku harap kamu bisa mendampingiku, Angel.”  Hans dapat menangkap keraguan dari wajah Angel. Iped tadi sudah turun dan di apit di dekat lengan nya.

Ulasan senyum dipaksakan tampak menghiasi bibir Angel. “Baik pak akan saya usahakan yang terbaik .” Sahutan itu terdengar penuh penekanan. Hans hanya mengulas senyum tipis menanggapi Angel.

Ada beban tersendiri bagi Angel untuk mendampingi sang CEO ke acara besar seperti menghadiri acara ulang tahun perusahaan lain.

Selalu saja Angel mencatat hal yang tidak baik saat menghadiri acara seperti itu entah itu membuat kecerobohan lah—,membuat sedikit perselisihanlah. Angel menggelengkan kepala, mengusir bayangan-bayangan buruk.

***

 

Flash Back Onn

Pada tahun pertama, Hans mengajak Angel  untuk ikut jamuan makan malam dengan perusahaan lain dan tidak sengaja Angel menumpahkan minumannya dan mengenai dirinya sehingga ia harus berlama -lama pergi ke toilet untuk membersihkan bajunya. Angel mengacaukan suasana, sampai membuat dirinya sendiri merasa bersalah. Karena setelah itu ia meninggalkan jamuan bersama sang bos. Ya itu di tahun pertama.

Pada tahun kedua, saat Angel mendampingi Hans pergi untuk menemui klien penting. Angel terburu-buru berjalan hingga tidak memperhatikan sekitarnya dan tertabrak sepeda motor, dan alhasil...hah lagi-lagi mereka harus menunda pertemuan, karena Hans merasa bahwa Angel harus segera diobati terlebih dahulu dan untuk masalah klien bisa menyusul nanti. Saat itu Angel mendapat ceramah panjang dari bosnya.

“Bagaimana kamu bisa tidak berhati-hati! Seharusnya kamu melihat sekitar, langkahmu salah. Kamu bukannya harus terburu-buru melainkan bercepat-cepat!”

Angel tertunduk ia merasa takut dengan nada Hans yang begitu tinggi.

"Maafkan saya pak, Saya kurang berhati-hati tadi.” Angel mengakui kesalahannya.

“Hufft.”

Hanya itu kata-kata yang bisa dia ucapkan.

Dari tadi atasannya ini marah bukan karena Angel telah menggagalkan pertemuan bisnis. Lebih menuju ke arah Angel yang lalai dalam menjaga dirinya.

Pada tahun ketiga dan ke empat ada saja insiden-insiden yang membuat Angel merasa tak pantas menjadi bawahan atasanya itu. Memang dia hanya seorang yang beruntung bisa menjadi sekretaris CEO.

Di awal bekerja dia tidak bisa membaca raut wajah Hans Prasetyo apalagi tatapan mata yang begitu menghunjam dalam itu, otaknya seakan dibuat bergejolak dan dihujani berbagai spekulasi.

Ada kalanya dia merasa lelah dan ingin berhenti tapi ketika membayangkan keluarganya, niat itu seketika menghilang. Tinggal sendirian mandiri di kota orang membuat Angel menjadi pribadi yang tegar. Jika suatu saat nanti ia dipecat dari pekerjaannya maka ia akan kembali ke desa tempat asalnya. Uang yang dikumpulkan sudah sangat banyak dan keluarganya juga sudah mulai memiliki perekonomian yang cukup stabil.

Flash Back off

Ingatan akan dirinya yang ceroboh, buyar seketika saat dia menyadari ketukan meja Hans .

“Angel, apa yang sedang kamu pikirkan?!” Alis Hans terangkat satu.

Mata Angel mengerjap. Lalu mulai tersadar.

“Eh, ma-maaf pak saya hanya teringat sesuatu tadi.” Angel meringiskan senyumnya.

Tatapan mata Hans seperti tak percaya. Membuat Angel mengalihkan pandangannya ke arah Iped.

“Ehm, ka-Kalau begitu untuk sekarang Anda harus melakukan meeting pak.” Angel sudah mulai melaksanakan tugas berulangnya. Awal dari kerja keras hari ini akan dimulai.

CH 2~Niat baik Yang tidak mau ditolak

Adma Wijaya Group

~Ruang meeting

Hans masuk ke dalam ruang meeting. Sosoknya yang disegani segera membuat semua yang tadi masih krasak krusuk bicara sekarang diam.

Tanpa mengulur waktu Hans pun mendudukkan diri. Melihat Angel yang sudah duduk pula ia pun memberikan kode kepada presentator. Tangannya memberikan kode mempersilahkan tanpa suara.

Apa artinya itu? Presentator heran dan tidak paham. Hans sekarang ganti mengerjapkan mata sekali.

“Silakan dimulai meetingnya.” Angel bersuara karena nampaknya presentator tadi tidak paham dengan kode yang diberikan Hans. Melihat sikap sang presentator membuat Hans mendengus.

Oh...Presentator menggaruk tekuknya.

Anda benar-benar sebegitu malasnya berucap ya pak,  sampai-sampai memberikan kode melalui mata. Tidak semua manusia memahami kode Anda, Pak. Angel menggeleng pelan.

“Ba-baik, Bu.”

Dengan tergesa sang presentator menyiapkan diri dan memulai meeting itu.

Telinga Hans dengan saksama mendengarkan setiap detail yang dilontarkan oleh presentator. Semua orang fokus pada presentator sesekali juga mereka mengangguk paham .

Apa aku melakukannya dengan baik? Wajah pak Hans datar sekali. Ba-bagaimana jika beliau tidak puas dengan data yang disajikan. Astaga mohon bantuannya kepadamu ya tuhan.

Bergumam dalam benak. Sang presentator sungguh tersiksa dengan senyapnya situasi. Hans tidak membuka suara sedari tadi, karena hal itu sang presentator menerka-nerka suasana hati sang atasan mungkin sedang buruk.

Semua hal mengenai detail mengenai produk kecantikan, serta kandidat yang cocok untuk menjadi Brand Ambassador telah tersusun rapi di Iped Angel. Ia dengan cepat dan tanggapnya mencatat segala hal bahkan detail terkecil pun.

Jari tangan Hans menekan pegas bolpoin beberapa kali, namun tak menghilangkan fokusnya.

“Kenapa pak Hans terlihat sangat tampan .”

“Lihat itu, dalam mode serius pun beliau masih terlihat begitu mengagumkan .”

“Oh... tolong dikondisikan ketampananmu”

Batin-batin para kaum hawa berteriak histeris.

Mereka hanya bisa membatin. Hans paling tidak suka ada orang yang membuat keributan dalam sebuah pertemuan penting. Dia lebih suka orang yang bisa bicara handal, singkat tanpa bertele-tele.

Sesekali mata Hans mengedar memantau raut wajah keseriusan anggota meeting. Hans mendengus ketika melihat para wanita yang acap kali melirik ke arahnya. Matanya kemudian melirik ke arah samping posisi Angel berada. Angel tak tampak mencuri-curi pandang ke arahnya sedikit pun.

Aku heran. Kenapa Angel tidak bersikap seperti kebanyakan wanita itu ya? Dia malah santai ketika berdekatan denganku. Apa karena dia bosan? karena setiap hari melihatku?!! Hah? Tapi wajahku bukan tipe yang mudah membuat orang bosan ketika melihatnya.

Hans jadi bergulat batin, tidak sadar matanya melotot ke arah Angel.

Bibirnya menekuk, manik mata legamnya menyorot ke arah Angel. Mata mereka saling dipertemukan saat itu juga bibir Angel mengulas senyum. Hans langsung berdehem.

Dia malah tersenyum!

“Ehm” Dehemannya yang spontan membawa arus ketakutan pada sang presentator. Setiap detiknya sang presentator merasakan tekanan karena tidak ada komentar sedikit pun. Namun sekarang dehemannya Hans terasa bagaikan hal yang menakutkan baginya.

“A-ada apa pak? Apa ada yang ingin Anda sampaikan? Si-silakan pak sampaikan pendapat  Anda,” Ucap si presentator dengan gugup. Semua orang mendengar deheman Hans di senyapnya situasi, mata Hans mengerjap.

 

Lihatlah Angel juga melihat ke arahnya. Hans merutuki tingkah anehnya.

“Tidak ada lanjutkan. ”Hans menjawab dengan sikap tenang. Presentator tadi bernafas lega.

“Ini dia para calon Brand Ambassador yang kami seleksi ...”

Presentator terus saja menyajikan hal yang perlu dibahas di meeting ini.

Sejenak Angel mengalihkan pandangannya dari presentator, dia menggapai sebuah botol kemasan yang berisi air. Tangannya berusaha memutar botol minuman agar terbuka.

“Haishh kenapa susah sekali membukanya .” gerutunya dengan suara pelan. Tenggorokan Angel terasa kering, namun botol kemasan di depannya sulit sekali dibuka, padahal hanya sebuah botol kemasan plastik bukannya besi.

Menyerah dia menghela nafas kasar hanya bisa meneguk salivanya. Dikembalikannya botol minuman tadi ke posisi awal .

Kembali berusaha memperhatikan presentator lagi .

“Kriett...”

Mata Angel menangkap pergerakan sang atasan membuka botol minuman dengan begitu mudah  Angel memasang raut wajah masam. Berdecak kecil.

“Eh?”

Mata Angel melihat botol dan sang atasan bergantian. Botol minuman tadi diletakan di depannya. Mengerjapkan mata berkali-kali. Sang atasan tampak fokus melihat presentator.

Astaga kami semua memang perlu minum. Bahkan pak Hans salah meletakan botol minuman yang baru dibukanya. Ini kesempatan Angel minum bukannya kau haus. Tidak-tidak itu punya bosmu. Heh ...aku haus sekali .

Dengan berat hati Angel menggeser minuman tadi tepat di dekat siku sang atasan. Lalu matanya beralih fokus lagi.

Sudut mata Hans menangkap pergerakan Angel. Dahinya mengernyit, sorot matanya menatap Angel .

Digeser Hans kembali botol minuman tadi.

“Minum sekretaris Angel, Bukannya kamu sulit membuka nya, Aku membantumu .” Tutur Hans.

“Untukku jadi ini memang untukku.” Angel menatap Hans serius.

Mulut Angel terbuka belum memproses hal yang terjadi .“Te- terima kasih pak .”

“Ya biar kamu fokus...tidak meneguk saliva lagi.”

Malu! Angel malu hampir dia tersedak minuman tadi. Apalagi melihat senyum kecil di wajah sang atasan .

Pfttt lucu sekali.

Tentu saja interaksi antara mereka berdua menimbulkan sedikit rasa iri pada diri-diri kaum hawa yang terus mencuri pandang ke arah Hans .

Hans kembali melarikan arah matanya ke presentator yang berada di depan .

“Lanjutkan dengan artis Gusi Hadid sebagai Brand Ambassador produk kita. Segera diproses.” Keputusan telak Hans berikan .

Wajah yang tadinya menentang menunggu jawaban mulai mengendur lega .“Rapat selesai .” Kode matanya langsung ditangkap Angel ,bahwa memasukkan semua kegiatan dalam sebuah laporan detail.

Hans terlebih dahulu meninggalkan rumah meeting dengan tangan yang berada di saku celana .

***

~Ruangan CEO Hans Prasetyo

Ruangan yang begitu nyaman dengan fasilitas terbaik itu milik seorang Hans Prasetyo. Kenikmatan ini tentu saja tak didapat dengan mudah. Ada sebuah kerja keras dibaliknya hingga dia bisa mencapai titik ini.

Pendengarannya menangkap sebuah ketukan dari arah luar. Hans mempersilahkan siapa pun yang masuk .

Matanya langsung dipertemukan dengan si mata polos. Selalu saja senyum di wajah Angel tak pernah memudar.

“Ini waktunya lanjut ke agenda selanjutnya pak. Sekarang Anda harus berangkat ke lokasi.

“Baiklah.” Jawab Hans singkat dia berdiri dan mengambil jas nya. Angel sigap mendekat dan membantu Hans memasang jas. Layaknya kebiasaan, Elusan membuat Angel berikan.

langkahnya dan Angel kemudian  segera menuju pintu.

Mereka masuk ke dalam lift khusus untuk para petinggi .

Ting

Pintu lift terbuka dan mereka sudah berada di lantai dasar perusahaan, para karyawan yang lewat menyapa Hans, dan hanya di balas anggukan. Sedangkan Angel dibelakangnya menampilkan senyum, saat para karyawan menyapa mereka .

Hah ini yang disapa siapa? yang tersenyum siapa ? Batin Angel

Mungkin saat pak Hans membalas sapaan dengan senyum itu akan menjadi kegemparan di perusahaan. Mahal sekali senyum Anda pak.

Mobil pribadi Hans sudah berada di depan perusahaan. Pria paruh baya yang sudah mulai memiliki keriput di wajah menyambut mereka. Dia adalah pak Yanto supir pribadi keluarga Prasetyo.

Seperti biasa pak Yanto akan membukakan pintu untuk Hans. Bukannya naik Hans malah menahan daun pintu mobil. Melihat langkah Hans yang urung masuk juga menghentikan langkah Angel. Langsung saja Angel mengulas senyum dan bertanya dari matanya.

“Ayo masuk.” Angel dibuat terkesiap, seorang CEO mempersilahkannya lebih dulu masuk ke dalam mobil. Dia bahkan tersenyum meringis .

“Iya pak saya akan masuk, sebaiknya Anda Lebih dulu .” Angel menolak dengan cara halus mengutamakan Hans lebih dulu .

Angel sudah memasang wajah waspada saat kedua tangan Hans terlipat di depan dada. Itu tandanya sang atasan akan berlama-lama dengan situasi dan akan melakukan adu argumentasi yang panjang.Dia sering melihat sikap ini.

“Kau menolak niat baik ku?” Benar seperti dugaannya.

Tidak mau memperpanjang situasi Angel lebih baik menurut.

“Ka-kalau begitu saya terima niat baik Anda, Terima kasih.”

Hans mengulas senyum tipis di bibir nya .Laki-laki itu berputar ke bagian kiri mobil diikuti oleh pak Yanto yang membukakan pintu mobil. Terukir sebuah senyum di wajah pak Yanto. Mobil melaju menuju tempat agenda selanjutnya. 

CH 3~Mampir Ke Restoran

Pekerjaan tidak ada habis-habisnya. Padatnya jadwal membuat mereka semua lupa dengan rutinitas mengisi tenaga yaitu makan.

Hari sudah beranjak siang. Jalanan mulai agak padat karena para pegawai kantoran akan beristirahat untuk makan siang. Di dalam perjalanan Hans memutuskan untuk pergi ke restoran terlebih dahulu.

“Pak kita mampir ke resto sebentar ya...cari yang terdekat.” Ucapnya ramah kepada sopir pribadi keluarga itu. Pak Yanto telah bekerja di rumah mereka sebagai sopir hampir setengah dari umurnya. Jadi Hans menghormati laki-laki ini.

“Baik tuan muda.” Jawab pak Yanto sembari mengulas senyum di wajahnya yang mulai mengeriput karena termakan usia.

Ini adalah hal yang Juga Angel kagumi dari bosnya itu. Meskipun terkesan dingin tapi Hans memiliki sopan santun yang begitu tinggi. Laki-laki ini pintar dalam bersikap. Tidak merendahkan mereka yang rendah.

Oh...Mendengar kata resto membuat mata Angel berbinar. Perutnya dari tadi sudah minta diisi sejak tadi.

Sesampainya di depan restoran.

“Ayo pak kita makan dulu.” Ajak Hans pada sopir pribadinya itu. Matanya juga melirik Angel yang tampak sudah tergesa ingin masuk ke dalam restoran. Hampir saja dia tergelak dengan raut wajah yang tak bisa ditutupi oleh Angel.

Dimana lagi bisa menemukan atasan sebaik tuan mudanya ini. Bahkan sopir pribadi di ajak masuk ke restoran. Pak Yanto merasa sungkan jadi dia menolak dengan halus ajakan tuan mudanya itu.

“Tidak usah tuan muda, saya tidak terbiasa dengan tempat yang seperti ini. Silahkan Anda bersama nona Angel saja masuk ke dalam.”

“Sesekali pak, ayo dicoba.”

“Ndak perlu tuan muda,” Kembali menolak.

Hans Berdecak.

Dengan sedikit berat hati Hans mengiyakan penolakan itu. Ya apa gunanya mengajak seseorang makan ditempat yang bagus jika, orang itu tidak nyaman, karena itu Hans tidak memaksa pak Yanto lagi.

***

Angel berjalan agak lebih cepat terlebih dahulu untuk mereservasi tempat makan, untuk ia dan Hans. Karena ia sudah terbiasa untuk melakukan ini, terkadang ia harus mereservasi tempat untuk bertemu klien. Setelah mereservasi, mereka ditunjukkan tempatnya oleh pelayan restoran tersebut. Hans berjalan terlebih dahulu dikuti oleh Angel.

“Silahkan duduk pak Bu.”

“Mau pesan apa?” Pelayan tersebut mengeluarkan sebuah not.

Hans mengambil buku menu

di depannya dan membacanya sekilas.

“Steike dan ini,” Menunjuk pada salah satu minuman.

Belum juga ditanya Angel sudah menyambar memesan makanan yang di inginkannya. Hans memiringkan wajahnya melihat Angel dia menatap Angel dengan tatapan hendak meledakkan gelak tawa.

Sekretaris Angel memang sangat jujur jika menyangkut makanan, Haha Lucu sekali sikapnya. Hahaha

“Ehm ini karena saya tidak mau mengundur waktu pak, bukan karena saya tergesa.”

Angel mencoba melakukan pembelaan. Dia menyadari Hans yang menahan tawa.

“Benarkah?” Tanya Hans dengan bibir yang mengulas senyum tipis. Sudah memasang wajah jenaka. Sial, lihat sembarangan sekali melempar senyum jenaka itu. Jika saja yang di posisi Angel saat ini adalah wanita pengagum Hans mungkin Hans akan kelabakan karena mendapat respons histeris.

 

“Te-tentu saja!” Tidak sadar hampir berteriak.

“Haha tidak perlu setegas itu Angel. Aku juga tidak mengatakan hal lain kan.”

Angel seketika tersadar matanya melotot kesal.

Tapi mata Anda seperti hendak tertawa Pak. Haishh...Sial ini  karena aku sangat kelaparan jadinya tergesa-gesa. Tenang Angel tebalkan muka seperti biasanya.

Angel pun memilih menatap sekitar.

Melihat wajah merah padam Angel memiliki efek tersendiri untuk Hans.

Keheningan tercipta sesaat, Angel melihat Hans yang sudah sibuk berselancar dengan ponselnya. Matanya kemudian menatap sekitar. Restoran ini begitu ramai dengan para pengunjung.

 

“Pasti ini tempat yang populer .” Bergumam kecil dengan satu tangan menumpu dagunya.

“Kamu benar ini tempat populer.” Jawaban Hans membuat kening Angel mengernyit padahal dia tadi hanya bergumam kecil.

Pak Hans memang memiliki Indra pendengaran yang tajam ternyata. Batin Angel.

“Begitu ya pak, Haha tidak disangka ya bisa mampir di tempat populer begini.” Angel menanggapi dengan asal, mana berani dia menjawab dengan kata ohhh. Konsekuensinya dia bisa di lempar ke kantor cabang bahaya dua belas.

Senyum penuh keangkuhan teulas di bibir  Hans.

“Tempat yang tidak disangka, bersama orang yang tidak disangka.” Memundurkan tubuh, Angel masih berusaha mencerna perkataan Hans.“Kamu merasa beruntung kan. Bisa makan di tempat populer dengan pria paling populer di abad ini.”

Memasang pose tampan dengan mengelus dagu.

Angel menatap tajam ke arah Hans, matanya lekas beralih pada mode senyum bersahabat saat Hans menatap ke arahnya.

“Haha sepertinya benar yang Anda katakan pak. Saya merasa beruntung sekali di sini bisa bersama dengan Anda, ha ha.”

Bibir Angel tersenyum dia sudah pandai berakting untung menyenangkan atasannya itu. Tanpa menjatuhkan tingkat kepercayaan diri atasannya .

Kamu selalu aja berekspresi aneh Angel. Jangan kamu pikir aku tidak bisa membaca raut wajahmu.

Sunggingan bibirnya melukis di sudut bibir.

Sekitar 15 menit mereka duduk dan pesanan pun akhirnya datang. Angel sudah berbinar melihat makanan yang datang.

“Selamat menikmati makanannya.” Ucap pelayan restoran tersebut. Sambil agak melirik ke arah Hans yang memancarkan aura tampannya

Angel mengikuti arah pandang sang penyaji makanan, wajahnya tersenyum simpul lalu menggelengkan kepala pelan. Memang kebanyakan wanita yang dia lihat selalu tak bisa berpaling dari yang namanya Hans Prasetyo, padahal laki-laki ini hanya diam tanpa banyak bicara.

“Terima kasih. ”Hanya Angel yang menjawab diiringi senyum, sedangkan Hans ia memainkan ponselnya tanpa memedulikan sekitarnya. Pelayan tersebut pergi dengan senyum merekah.

“Pak makanannya.” Hans melihat ke depannya, di meja sudah tersedia pesanan yang ia minta beberapa saat lalu.

“Ohh iya.”

Mereka makan  dalam keadaan hening, hingga Angel memecahkan keheningan tersebut, ia membicarakan tentang pekerjaan dan agenda yang akan mereka lakukan. Ternyata itu tidak menarik minat Hans .

“Jika sedang makan jangan banyak berbicara masalah pekerjaan, fokus makan.” Angel tidak tahu Hans menyunggingkan senyum sinis diwajahnya tadi, namun sepersekian detik ia merubah raut wajahnya menjadi datar.

Anggap itu sebagai pembalasan karena kekesalanku dengan ekspresimu.

Hans merasa menang sambil mengiris daging Steike dan menyuapnya masuk ke dalam mulutnya

“Ahh i-iya pak. Maafkan saya.” Angel menurut lemah, niatnya memecah keheningan tidak diterima Hans.

Matanya memincing sebal menatap Hans ,yang ditatap tidak menyadari sama sekali.

Santuy aja pak Bos...untung Anda atasan saya kalau sampai  Anda Adek saya udah  saya bawa bertarung !

Jadilah sekarang di meja makan mereka hanya terdengar bunyi setingan sendok dan piring. Hans melirik Angel yang makan dengan lahap.

Merasa diperhatikan beberapa kali Angel berpikir apakah ada sesuatu diwajahnya .

“Kenapa pak? ”Angel memberanikan diri untuk bertanya.

Alis Hans tertarik ke atas, proses memotong dagingnya terhenti sesaat.

“Tidak ada” Jawab Hans sambil mengalihkan pandangannya

"Oh saya kira mungkin ada sesuatu di wajah saya. Silahkan pak lanjutkan makan Anda"

Angel dan Hans sudah menyelesaikan

makan siang mereka, ternyata pak Yanto

juga sudah makan siang karena ia tidak

mau ikut masuk restoran.

Hans meminta bukan lebih mirip kalimat perintah agar  pak Yanto untuk tetap makan, kalaupun tidak ikut naik ke dalam,

pak Yanto mengiyakan perintah tersebut.

Pak Yanto makan di sekitar restoran tersebut ternyata ada penjual bakso keliling dan ia makan bakso.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!