Cahaya mentari mulai bersinar. Udara sejuk menyambut di pagi hari. Acara yang akan dinanti akan segera berlangsung. Saling bergotong-royong mempersiapkan acara.
Seorang laki-laki yang selalu mendampingi Hans tampak sudah bangun. Ia tidak sedang bersantai, melainkan mengarahkan segala sesuatu sesuai dengan keperluan acara. Suara beratnya menginterupsi para pekerja dengan teratur.
Bram sampai di vila pada dini hari .Ada beberapa pekerjaan yang harus diurusnya lebih dulu. Tepatnya pekerjaan dadakan yang diberikan oleh sang bos.
“Ya bagus-bagus bagian ini tolong di geser sedikit .”Masih mengarahkan. Kesibukan sudah mulai menyeruak di pagi yang sejuk. Mereka mengejar waktu.
***
Kamar Hans .
Hans Berbaring dengan posisi yang masih sama saat malam tadi mulai tidur. Posisi tidur yang begitu indah. Dia bergumam merasa terusik dengan suara-suara dari luar. Menggeliat ke kiri lalu tidur kembali.
Sungguh jika para wanita melihat bagaimana cara Hans tidur, pasti para wanita makin jatuh ke dalam jurang pesona Hans.
Merasa sudah tidak berminat lagi tidur ia perlahan bangun dan meregangkan ototnya.
“Apa yang berisik dari tadi.” Membuka gorden, kakinya melangkah lebih jauh ke pembatas balkon. Sorot matanya jatuh ke arah bawah vila. Oh pantas saja berisik pikirnya.
“Sebaiknya aku segera mandi.” Meregangkan otot leher, lalu kemudian masuk sempurna ke dalam kamar mandi.
Tidak memakan waktu lama, Hans sudah selesai dengan ritual mandinya. Wangi sabun menyerbu Indra penciuman, hal itu membuat suasana hatinya menjadi lebih damai. Ia memakai kaos dengan luaran jas. Setelah dirasa penampilannya sempurna ia pun beranjak keluar dan menutup pintu kamar.
Ia berjalan santai menuruni satu demi satu anak tangga. Langkahnya mulai melambat tata kala berada di pijakan anak tangga terakhir. Dia melihat seorang Angel Rasinta yang tidak lain adalah sekretarisnya sedang berada di dapur.
Kenapa dia memasak makanan ,bukannya ada koki disini?
Hans mendekat ke arah Angel yang sibuk memasak. Yang di dekati masih tidak menyadari kehadiran Hans .
“Apa yang kau lakukan?”
Angel terlonjak kaget, spatula yang ia pegang terangkat di udara.
“Astaga Anda mengejutkan saya pak.” Seru Angel, dengan satu tangan lain mengelus dada.
“Saya sedang memasak nasi goreng pak.” Sahutnya kemudian pada pertanyaan Hans yang pertama. Mendengar jawaban Angel, membuat laki-laki di depannya menatap heran. Sorot mata Hans mengedar mencari sosok yang seharusnya mengurus makanan di vila.
“ Kenapa memasak sendiri? Bukannya ada chef yang dipekerjakan?” Angel menggaruk lehernya.
Sembari mengaduk nasi agar tercampur rata dengan bumbu, Angel kembali menarik arah matanya. Menatap atasannya yang terlihat heran.
“Haha tidak masalah pak, saya hanya tidak mau merepotkan, mereka yang sudah memiliki banyak permintaan. Jadi saya berinisiatif memasak sendiri. Lagi pula makanannya mudah dibuat pak, tidak memakan waktu banyak.” Jelas Angel dengan tangan yang mulai kembali bekerja mencampur rata nasi goreng.
Hampir saja Hans berteriak di vila sepagi ini. Ia pikir tadi para chef tidak bekerja dengan semestinya. Ia kemudian mendudukkan diri dengan tangan yang berlipat di meja makan.
“Apa Anda ingin sarapan juga pak? Saya akan memberitahu chef sekarang.” Angel melepas apron yang tadi ia pakai sekarang nasi goreng telah selesai dan tinggal disajikan. Kompor juga tak lupa ia matikan.
Jawaban yang tidak disangka-sangka keluar dari mulut Hans Prasetyo.
“ Tidak perlu memanggil chef, sajikan makanan yang baru saja kau buat.”
“Eh i-ini.” Melirik sekilas ke nasi goreng yang masih hangat karena baru saja matang. Anggukan Hans terlihat mantap tanpa ragu.
Angel melirik ke arah nasi goreng yang baru saja dia buat. Padahal tadi dia tidak membuat banyak, hanya untuk kursi dirinya dan sekarang malah harus dibagi dua dengan Hans.
“Anda yakin pak? Saya takut Anda menyesal dengan rasa masakan saya.” Ayo tolak saja pak, jangan meminta makanan saya.
“Kalau kau takut makanan itu tidak layak dimakan, aku jadi cemas.” Bergaya menilai. Angel malah bersyukur dengan ucapan Hans yang tampak jadi tak berminat. “ Sebaiknya jangan makan itu , kita makan yang dibuat chef saja. Panggil chef-nya sekarang.”
Duarr Angel malah mendapatkan tamparan.
“Ja-jangan pak, se-sekarang saya yakin makanan saya layak dimakan.” Tidak boleh membuang makanan, nanti akan mubazir.
Dengan langkah gontai dan pertimbangan pembagian yang sama rata Angel sudah membawa dua piring nasi goreng. Satu untuk Hans dan satu untuknya.
Ia membawa dua porsi makan dengan paksaan ulasan senyum .“Ini pak silahkan .” Meletakan satu piring yang berisi nasi goreng .
“Selamat makan .” Serunya lalu mulai memasukkan satu suapan besar ke dalam mulutnya.
Angel memperhatikan dengan harap-harap cemas. Takut jika nasi goreng buatannya tidak sesuai selera atasannya itu. Tidak ada tanggapan dari Hans ,hanya gerakan tangan yang terus menerus menyendokkan nasi .
“Kenapa?” Hans menyadari Angel memperhatikannya.
“Eh?” Angel menatap Hans dengan hati-hati.
“Kenapa kau memperhatikan makanku?”
Angel gelagapan.
“Bukan begitu saya hanya ingin tau apa nasi gorengnya sesuai dengan selera Anda?”
Merutuki kebodohannya.
“Ya—,cukup untuk bisa dimakan.”
Angel mencebikkan bibirnya mendengar jawaban Hans.
Ini maksudnya enak apa nggak sih, nggak bisa langsung to the poin ya ,tapi kalo to the point terus dia bilang nggak enak kan aku juga yang nyesek.
“Jangan terus menggerutu, makanan tidak akan masuk ke dalam mulutmu jika kau terus bersikap begitu.” Sontak saja hal itu membuat mata Angel melotot.
“Baik pak.” Sahut lemah.
Mereka mulai kembali makan, Angel ingin bermain ponselnya namun itu terasa tidak sopan jika dia bersikap seperti itu. Jadi dia menahan diri dengan fokus makan.
Para karyawan banyak yang memilih pergi ketika melihat mereka makan berdua. Tidak berani mengusik sedikit pun.
Hans meletakan sendok ya kemudian meneguk gelas yang berisi air putih.
Melihat itu Angel segera mendekat dan ingin menarik piring Hans membawanya menuju ke tempat pencucian piring.
“Akan saya bereskan, pak.”
Saat mengambil piring tanpa sengaja Angel menyentuh tangannya Hans. Tidak ada respon malu-malu disana untuk Angel seperti kebanyakan reaksi wanita ketika melihat Hans, Hanya ada reaksi terkejut dan sedikit takut dari raut wajah Angel .
“Ah maaf pak.”
Hans hanya menetap dalam. Bibirnya mengulas senyum tipis.
“Setelah cuci piring tolong panggilkan, Bram”
“Suruh dia Segera menemuiku.” Imbuhnya lagi
“Iya pak akan saya sampaikan.” Sahut Angel.
Ngapain yaa, ahh udahlah si boss masih sibuk aja. Ingin ku mengatakan, ayo bersenang senang boss nanti aja mikirin kerjaannya...tapi itu hanya di dalam hatiku, kalo langsung ya nggak berani lah.
***
EPILOGE
Hans sedang berada di rumahnya seharunya ia pergi ke Bandung untuk menyelesaikan pekerjaannya, namun ia malah melimpahkan pekerjaannya itu ke Bram, asisten pribadinya, entah apa alasannya.
Ternyata ia melihat status di aplikasi WhatsApp ia melihat Angel memfoto koper yang didalamnya banyak makanan ringan.
“Besok berangkat tidak sabar yuhuu #ulangtahunperusahaan#anggepajaliburan
Itu lah caption Angel di statusnya
Hans yang melihat hal tersebut tersenyum. Ia langsung menghubungi asistennya.
“Bram untuk masalah di Bandung, tolong kamu gantikan keberangkatan ku.”
“Tapi pak, saya mau berangkat ke acara perayaan ulang tahun perusahaan ini.” Tolak Bram
“Tidak ada tapi tapian, kalau menolak gaji kamu sebagai taruhannya Bram!”
Mendengar kata gaji membuat tubuh Bram bereaksi ,dia tau atasannya ini tidak main-main. “Jangan pak, iya saya berangkat!”
“Ambil berkas yang perlu dibawa ke rumah.”
Ucap Hans sebelum mengakhiri sesi telepon .
Bram mendengus kesal padahal dia sudah siap dengan koper ditanya namun mendapat panggilan dari atasannya itu jadi mengurungkan niatnya.
“nasib jadi bawahan mah ini”
.
.
.
Happy reading
~Tyatyut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Har Tini
gengsi si bos 🤭
2022-01-22
0
runma
🤣🤣🤣
2021-09-11
0
Ihsan Kamil
visual nya ga ada ya thoorrr
2021-07-27
0