~H 2
Hari ini adalah hari kedua perayaan ulang tahun perusahaan, dan akan kembali diadakan kegiatan dengan berbagai hadiah.
Kegiatan yang akan diadakan hari ini yaitu lomba panco dan lomba makan.
Meja dan kursi untuk peserta panco sudah disiapkan.
Untuk lomba makan diadakan dalam satu meja panjang dan di meja tersebut sudah diletakan makanan dengan porsi besar.
Angel, Vina, dan Dina mereka bertiga bagaikan serangkai yang tidak dapat dipisahkan. Kemana-mana mereka selalu bersama, seperti saat ini tentunya.
“Ngel liat deh itu.” Dina menunjuk ke arah seorang laki-laki.
Vina dan Angel menoleh ke arah sumber tunjukkan Dina.
“Siapa ya? Kayak baru lihat lumayan ganteng itu” Lanjut Dina dengan semangat.
“Jangan mulai deh Din...” Angel jengah sama halnya dengan Vina mereka selalu geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya itu yang mudah sekali tertarik dengan sesuatu yang indah.
“Kalo mau cari pasangan itu, jangan cuma liat dari penampilan aja, liat isi dompetnya, liat mobilnya.” Angel menghitung point menggunakan jarinya, sudah dengan menjawab tawa.
“Liat rumahnya juga gede apa nggak.” Angel mengakhiri bicaranya sambil tertawa.
“Aelah, kalo yang kayak gitu mah aku ngerti Ngel.” Sahut Dina dengan nada canda pula.
“Ehhh, tapi kok kayak pernah liat gitu ya.” Angel berusaha mengingat.
“Ya kan sekarang posisinya lagi ngeliat tu orang, pasti pernah ngeliat kan.” Ucapan Vina ada benarnya juga.
Sudahlah dia mengenyahkan pikirannya itu.
“Ayok lah kita lanjut aja.” Kalo kelamaan bisa jadi pak boss menganggu. Hiks...kenapa sih pak Hans belum pulang, malah betah di sini.
“Cuss yok.” Sambut Vina.
Dina tidak menyadari bahwa teman-temannya sudah meninggalkan dia sendirian yang masih melihat ke arah laki laki tersebut.
“Ei bantuin dong, mau kenalan sama tu orang...” Tidak ada sahutan, Dina pun berbalik perasaannya dibuat jengkel. “ Astaga kebiasaan banget kalian ni orang berdua, main tinggal-tinggalin aja!” Menghentak kaki dan menyusul sahabatnya.
***
Sementara itu di dalam kamar Hans dan asisten pribadinya sedang sibuk dengan pekerjaan dadakan.
Di saat para karyawan mereka sedang bersenang-senang boss mereka sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Hans sangat ingin menunda pekerjaan tersebut namun, karena terdesak jadi ia harus segera mengerjakannya.
Setelah hampir dua jam mereka sibuk dengan layar laptop akhirnya pekerjaan selesai.
Bram meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku.
“Huff... akhirnya selesai juga ya pak.” Bram menghembus nafas lega. Mata nya kemudian menatap sang atasan.
“Kalau begitu saya permisi dulu pak ,mau refreshing diluar.” Seru Bram bersemangat.
“Tunggu! enak saja kau ini Bram! Kau meninggalkan sendirian disini Bram!!” Serunya cepat.
“Tidak pak, ayo kita keluar sekarang. Kalau perlu saya akan jadi seperti sekretaris Angel semalam, menjadi pemandu Anda.” Ucap Bram dengan semangat.
“Kau tidak akan bisa menggantikan Angel, karena...” Hans mengantungkan ucapannya karena tampaknya dia hampir kelepasan.
“Karena?” tanya Bram sembari mengulas senyum tipis.
“Ka-karena kalian berbeda!” Ucap Hans datar sembari mengembalikan mode muka datarnya. “Sudah cepat jalan, kau mau terus di sini Bram!” Menukas dengan wajah datar.
Bram menggeleng pelan menahan ulasan senyumnya.
“Tidak pak, ayo.” Bram mempersilahkan.
Hans berdecak merutuki responnya yang tadi serasa terlalu berlebihan.
Hans dan Bram pun berjalan beriringan keluar menuju halaman vila. Saat mereka keluar sudah terdengar kebisingan yang dihasilkan dari suara orang-orang yang berkicau seperti burung.
Mereka berdua terus berjalan, sampai mata Hans menangkap sosok sekretarisnya, Angel sedang bersemangat memberikan dukungan.
“Ayo... ayo... ayo...” Angel berteriak diikuti oleh teman temannya Vina dan Dina.
“Yes menang!” Angel mengangkat tangannya pertanda kemenangan.
“Haha Kalah nih ya Din. Siap-siap jadi pelayanan satu hari. Mengikuti titah dan kemauan si majikan dong ya...” Tertawa keras sebab melihat wajah Dina yang masam.
Tentu saja Dina pasang wajah masang niat tadi ingin belas dendam dengan mengajak Angel taruhan di lomba panco itu. Dan yang menang bisa menjadikan yang kalah sebagai pelayan. Lah sekarang malah dia yang jadi pelayan!
Ini ceritanya balas dendam yang tertukar atau gimana ini, kok malah diri sendiri yang terkena jebakan. Batin Dina meringis sebal.
Mereka sedang menyaksikan lomba panco.
Belum sempat Dina menjawab kata-kata Angel, Hans dan Bram sudah berada didepan mereka dan memotong pembicaraan.
“Mengikuti apa?” tanya Hans
Dina terkesiap karena kehadiran CEO mereka.
"Astaga kaget... "Dina terkejut sambil mengelus dadanya.
Kenapa saat pak Hans datang aku malah selalu berbicara asal sih. Ini juga pak Hans kenapa datang selalu mengejutkan seperti itu.
“Pak Hans selamat pagi, pak.” Dina sedikit menunduk takut akan dimarahi karena berperilaku tidak sopan di hadapan sang atasan.
“Ya.” Hans menjawab datar, ternyata Hans tidak mempermasalahkan keterkejutan Dina tadi bahkan dia tidak peduli.
Hans melihat Angel pertanda menunggu jawaban. Vina menyenggol lengan Angel yang tidak paham akan kode dari Hans.
“Eh kenapa?” Angel berbicara pelan seperti berbisik dengan Vina.
“Ditanya sama pak Hans itu, ngel.” Bisik Vina tak kalah pelan.
“Kenapa kalian malah berbisik?" Tanya Hans sambil sedikit meninggikan suaranya. Terdengar kesal.
Hans masih setia melihat Angel. Vina sampai melirik hari-hari pada Hans.
Apa berbisik di depan pak bos bisa kena SP ya?
“Ahh ini pak, tadi itu mau mengikuti...” Angel memikirkan sesuatu untuk menjadi jawaban. Tidak mungkin kan dia menjawab bahwa itu maksudnya Dina jadi pelayan dia satu hari.
“Mengikuti acaranya pak! Iya ikut! Saya em...besok mau ikut acara naik jet Sky...Nan sekarang saya mau mencari pasangan dulu supaya, besok tinggal ikut partisipasi.” Wah berhasil mencari alasan. Masih merasa dah dugaan an juga.
Angel menarik-narik baju lengan Vina ingin memberi kode untuk menjauh.
“Memangnya kamu bisa menggunakan jet sky?” Tanya Hans skepstis.
Angel berusaha sebisa mungkin pasang senyum.
“Tidak bisa pak, tapi saya bisa mencari pasangan pria kok pak.” jawab Angel memperhatikan orang di sekitar yang sekiranya cocok untuk jadi pasangan dia.
Hans mengikuti arah pandang Angel. Kemudian ia mengernyitkan dahinya.
“Jangan mencari lagi. Orang yang tepat ada di depanmu.” Ucap Hans Datar, namun dengan penuh keyakinan.
Angel membulatkan matanya. Hans secara tidak langsung mengatakan bahwa dirinyalah orang yang tepat.
“Kamu pasti tidak bisa menemukan pasangan lain sesempurnaku kan?” Hans berkata sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Auranya ...kok cuma ngelipet tangan kedepannya aja auranya luar biasa sih, gimana ceritanya kalo pak CEO ngelipet baju.
Dina asik dengan pikirannya sambil mengkhayal Hans melipat pakaian
Pak boss mulai lagi sombongnya haduhh
Angel mencibir atasannya di dalam hatinya.
"Ahahaha"Dina tertawa dipaksakan ingin mencairkan suasana.
"Iya bener itu Angel, kamu sama pak Hans saja dan saya bisa dengan pak Bram. Iya kan pak Bram ..?"Ucap Dina tiba-tiba menjadi kan Bram sasaran empuknya ,dia juga berbicara formal karena didepan boss mereka.
“Tidak!” Bram langsung menyahut menolak keras.
"Loh kenapa?" Tanya Dina sedikit kecewa.
"Apa saya perlu memberikan alasan.” Ucap Bram ketus.
Dina hanya terdiam. Hans masih setia melihat ke arah Angel, menunggu respons Angel.
Mata mereka saling bertemu dan Angel memasang senyum palsu.
"Te-tentu saja pak, kalau Anda tidak Masalah dan mau menjadi pasangan saya, maka saya akan sangat berterima kasih."
"Wah pasti acaranya nanti akan sangat menyenangkan...haha "Angel tertawa dan berjingkrak supaya menambah feel akting kesenangannya.
Ini kenapa jadi kayak gini situasinya, tadi cuma mau cari alasan biar nggak ketahuan lagi taruhan sama Dina, malah ke jebak sama pak boss.
"Bagus kalau begitu "Hans tersenyum penuh kemenangan hingga mata Angel dibuat membulat sempurna melihat itu.
"Kamu ikut masuk ke vila sekarang. Ada beberapa urusan yang harus kita kerjakan hari ini ."
Bram mengernyit heran
Bantuan apa lagi ,bukannya pekerjaan hari ini sudah selesai ya,ohoo pak boss bisa aja modusnya.
Bram mengulas senyum tipis ke arah Hans.
"Ya tentu saja pak, mari pak” Tutur Angel mempersilahkan Hans terlebih dahulu berjalan.
Sementara itu dari kejauhan ada orang yang terus melihat ke arah mereka, lebih tepatnya orang itu menatap ke arah Angel. Matanya tak lepas dari Angel yang berjalan beriringan dengan Hans.
***
Sepeninggal Hans Bram memilih berlalu berjalan asal dan melihat keramaian acara. Getaran dari saku celana membuat dia segera merogohnya.
Dia menatap vila dan ponsel secara bergantian. Keningnya mengernyit penuh tanda tanya. Terdapat pesan dari Hans.
”Cek daftar karyawan yang hadir di vila .Bawa secepatnya data !” Bubuhan tanda seru, Tandanya ini adalah tugas urgen.
“Ada perlu apa pak Hans dengan daftar karyawan? Sungguh Aneh. ” Bram meninggalkan lokasi kerumunan dan memilih untuk menemukan yang diminta Hans.
Meskipun otaknya masih penuh akan tanda tanya namun dia masih melanjutkan perintah Hans.
Dirinya tersentak tak kala melihat raut wajah penuh senyum menghadangnya. Dia bergeser ke kanan wajah ini ikut juga ke kiri ikut juga.
“Apa yang Anda lakukan saya sedang terburu-buru.”
Bram sudah berdecak kesal. Wanita di depannya ini ialah Dina yang menghalang langkahnya .“Saya cuma mau menawarkan untuk kedua kalinya.”
“Anda yakin pak tidak mau menjadi partner saya naik jet sky .”
“Dan untuk yang kedua kalinya juga...” Kata kedua kalinya ditekankan. “Saya tetap tidak berminat sama sekali. Permisi .” Bram berlalu meninggalkan Dina yang dipenuhi akan kebisuan.
“Nasib memang nasib jadi begini ...Kemana-mana pun tak ada yang mau apa lagi naik jet ski sama ku ...”
“Woy lirik lagu asal yang menyindir. Mau adu jotos vin.” Berlari mengejar Vina yang tertawa terbahak.
***
Di dalam ruangan yang didominasi akan warna putih dan segala perabotan lengkap Hans dan Angel masuk ke dalamnya.
Angel langsung menuju meja yang tampak laptop di sana.
Kerja lagi. Kesenanganku huuu tunggu aku ...aku akan segera menyelesaikan ini.
Angel bergerak dengan wajah cemberut. Gerakan tangannya nampak cepat namun masih tak selesai saja. Hans terus memberikannya pekerjaan yang tak berkesudahan. Baiklah akhirnya dia lemas sendiri dan laju tangannya sudah berkurang.
Lama Angel berkutat dengan laptopnya menimbulkan rasa kantuknya, semakin lama rasa kantuknya semakin menjadi akhirnya Angel tertidur berbantalkan lengan tangannya di atas meja.
"Sudah selesai?" Tanya Hans namun tidak ada jawaban. Hans mengangkat kepalanya menghadap Angel.
"Oh tidur rupanya."Hans hanya tersenyum minat Angel.
Hans mengambil selimut dan meletakkannya ke tubuh Angel yang tertidur di atas meja. Kemudian ia berjalan ke arah balkon melihat ke arah bawah dimana perlombaan masih berlangsung.
Siapa itu?
Hans berpikir ada yang seseorang yang aneh yang terus melihat ke arah mereka saat ia dan Angel berbicara di keramaian waktu itu. Maka dari itu ia menyuruh Angel mengerjakan sesuatu, agar Angel tetap berada di bawah pengawasannya sampai ia menemukan siapa orang itu.
.
Happy reading
~Tyatyut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Tinna Augustinna
Kalah dong emak emak
2022-07-13
0
Cicih Sophiana
ohh ternyata pak bos cuma modus...dasar😂
2021-12-21
0
Hanifah Ifah
cwo yg wktu itu ktmu angel bkn ya..yg jogging mlm2😄
2021-08-10
1