Karina sangat malu setelah dirinya memberikan syal pada ibu Reyvan tetapi di tolak dengan alasan sudah memiliki syal yang sama pemberian Mahira.
Karina akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain pamit mencari nenek Reyvan.
"Tante, aku pergi mencari Nenek, pagi ini nenek menelpon dan mengatakan ingin bertemu denganku." Ujar Karina.
"Pergi lah," ibu Reyvan tidak menghalangi Karina, sikapnya jelas menunjukan tidak panas ataupun dingin, dan Karina pergi setelah melihat sikap ibu Reyvan.
Setelah kepergian Karina, Ibu Reyvan menjadi tidak bahagia, seketika moodnya hancur dan tidak lagi nyaman tinggal di rumah.
Ibu Reyvan menghubungi nomor Mahira.
...----------------...
Di sisi lain Mahira tidur kembali setelah perjalanan panjang dari Spanyol, dia bahkan tidak sempat mengantar Reyvan bekerja, dia sangat mengantuk dan tidak ingat kapan terakhir dia berbaring.
(Ponsel berdering~)
Mahira kaget, dia segera membuka matanya dan mencari ponselnya, Mahira mendapatkan ponselnya tergeletak di nakas samping tempat tidur, ibu mertuanya menelpon.
"Hallo mom," Mahira menguap.
Ibu Reyvan merasa bersalah memanggil Mahira saat sedang tidur.
("Sayang, apa kamu sedang tidur?")
"Tidak apa apa Mom, sebentar lagi aku juga harus bangun."
("Mahira, apa mom boleh menginap di rumahmu untuk beberapa hari?")
Mahira kaget, tidak biasanya ibu mertuanya ingin menginap di rumahnya.
("Mom sedang tidak mood tinggal di rumah, karena Karina akan tinggal di sini untuk satu minggu, orangtuanya pergi keluar negri dan nenek meminta Karina untuk tinggal di rumah.")
Mahira menyipitkan matanya, dia berpikir nenek Reyvan pasti memiliki rencana untuk membuat Reyvan lebih dekat dengan Karina.
Nenek sepertinya tidak kapok. Batin Mahira.
("Mahira apa kamu keberatan?")
Mahira tersadar, dia segera menggeleng tetapi menyadari ibu mertuanya tidak di depannya Mahira segera menjawab. "Tidak Mom, aku senang kamu bisa tinggal bersama kami sampai kapanpun, ini juga rumah kalian."
Ibu Reyvan sangat senang, dia buru buru meninggalkan gazebo sambil menelpon beliau akan segera berkemas dan meninggalkan rumah.
("Oke, karena Mahira sudah setuju Mom akan segera berkemas.")
Mahira tersenyum. "Tentu Mom,"
panggilan pun berakhir, Mahira menutup matanya sejenak lalu membukanya lagi, dia menatap langit langit.
Kapan aku bisa kembali ke duniaku, meskipun di sini menyenangkan aku tetap ingin kembali, aku merindukan kakek. Batin Mahira.
Menurut alur novel yang Mahira baca, ibu Reyvan bersikap dingin walaupun tidak se menjengkelkan nenek Reyvan, tetapi kenapa beliau begitu baik, terkadang Mahira heran. Apa kemungkinan alur novel berubah setelah dirinya masuk.
Tokk...tokk...tokk...
"Nyonya, ada bingkisan dari Tuan Reyvan untuk anda."
Mahira mengerjap, Mahira bingung mengapa Reyvan mengirim bingkisan untuknya, aneh sekali tidak biasanya.
"Bawa masuk saja."
"Baik."
Pelayan memasuki kamar Mahira dengan kotak besar yang di bungkus dengan kertas kado berwarna ungu. Pelayan meletakannya di depan Mahira setelah itu dia pergi.
"Ini bukan bom kah?" Mahira bertanya pada dirinya.
Agak was was Mahira tidak berani membukanya dia mengambil ponsel dan menghubungi nomor Reyvan.
...---------------...
Di sisi lain Reyvan sedang melakukan rapat bersama pemegang saham, aura mencekam dan serius terasa lebih horor dari pada rumah kosong, bahkan beberapa pemegang saham kecil tidak berhenti berkeringat dingin.
"Jadi seseorang sedang mengejar kalian untuk membeli saham kalian di sini?" Reyvan memutar pena di atas meja.
"Benar," jawab salah satu pemegang saham.
Reyvan mengangkat alisnya tertarik. "Perusahaan mana? Atau siapa itu?"
Pemegang saham menunduk.
"Katakan?" lanjut Reyvan.
"Tuan Wilson, dari Wil.corporation." ujar salah satu pemegang saham.
Reyvan mengetuk ngetuk meja dengan jarinya, keningnya berkerut menandakan dia kesal.
"Tuan Elvin, apa anda berniat menjual saham kecilmu pada Tuan Wilson?"
Tuan Elvin yang merasa dirinya di panggil tersentak. "Ttt..tidak, saya tidak akan menjualnya."
"Yang lain?" Reyvan bertanya lagi.
Para pemegang saham saling melirik, mereka menggelengkan kepala bersamaan.
Reyvan Presdir killer yang di takuti banyak orang, saat dalam mode serius membut semua orang hampir jatuh pingsan, tidak ada yang berani bermain trik di bawah meja padanya, adapun seseorang yang seperti itu mereka akan menghilang dalam sekejap dan tidak akan bisa berbaur di lingkaran atas lagi.
"Jika salah satu dari kalian ingin menjual saham datang padaku dan aku akan membelinya dengan harga yang pantas."
Tentu saja setelah Reyvan mengeluarkan dekritnya tidak ada yang berani membantah.
Drrrrttttt.....Drrttttt....Drrrtttt....
Reyvan melirik ponselnya yang bergetar, semua orang yang ada di ruangan menahan nafasnya mengasihani siapa pun yang menelpon Presdir Killer pada saat seperti ini.
Reyvan mengambil ponselnya dan menngeser tombol hijau.
"Sayang." panggilnya lembut.
Semua orang seketika merasakan tikaman di jantung mereka,
panggilan lembut Reyvan pada seseorang di sebrang telfon membuat mereka terdiam anta percaya dan tidak.
"Apakah Presdir Reyvan tersambar petir?" Tanya salah satu pemegang saham berbisik pada rekannya.
"Entahlah, mungkin Presdir sedang berbicara pada istrinya," jawab salahsatu yang mengetahui pernikahan tiba tiba Reyvan.
("Reyvan, kado ini apakah kamu yang mengirimnya.")
"Iya aku yang mengirimnya, kenakan nanti malam. Jam tujuh malam nanti sakian akan menjemputmu."
("Iya, maaf aku mengganggu mu karena aku takut ini dari orang iseng yang mengatasnamakanmu.")
Reyvan suka dengan kehati hatian Mahira, dia tersenyum seolah Mahira ada di depannya, tetapi ketika sadar dimana keberadaan dirinya Reyvan segera menghentikan senyumnya.
"Kalau begitu aku kembali bekerja, sampai jumpa nanti malam."
Reyvan menaruh kembali ponselnya, dia melihat ke semua orang dengan tatapan dinginnya.
"Presdir, selamat atas pernikahan anda." Tuan Elvin mengulurkan tangannya.
Reyvan membalas ukuran tangan Tuan Elvin.
"Terimakasih atas berkat anda." jawab Reyvan.
Semua orang mengikuti apa yang di lakukan Tuan Elvin, meskipun mereka terlambat tetapi ucapan selamat di Terima baik oleh Reyvan.
"Pertemuan di tutup, terimakasih atas waktu kalian semoga hari kalian menyenangkan." Reyvan beranjak pergi di ikuti Sakian dan sekretaris Reyvan.
Reyvan seorang boss yang bijak sana dan cerdas, apapun keputusan yang di ambilnya itu berdampak baik bagi perusahaan.
"Boss, restoran untuk kencan anda nanti malam sudah siap,." lapor Sakian.
"Bagus. Jam enam nanti aku akan berangkat, aku menugaskan mu untuk menjemput nyonya."
"Baik Boss."
Reyvan memasuki ruangannya meninggalkan Sakian bersama sekretaris nya.
"Asisten Sakian, apa boss akan berkencan dengan istrinya?" Tanya Sekretaris.
Sakian melirik Sekretaris.
"Nona Starla, sebaiknya anda kembali pada pekerjaan dari pada bergosip denganku karena aku tidak tertarik." Ujar Sakian sambil berjalan pergi.
Nama Sekretaris itu adalah Starla dan dia adalah Sekretaris paling cakap di perusahaan Reyvan.
Starla mengerucutkan bibirnya, melihat punggung Sakian yang perlahan menjauh. "Boss dan Asisten sama sama kulkas berjalan." Dengus Starla.
...----------------...
Rumah Reyvan.
"Nyonya besar selamat datang.." Dua pelayan menyambut Ibu Reyvan yang baru saja tiba.
"Nyonya biar saya yang membawakan kopernya."
Ibu Reyvan dengan senang hati menyerahkan koper miliknya.
"Dimana menantuku?"
Mahira yang sedang berjalan menuruni tangga, mendengar ibu mertuanya sudah datang Mahira segera berlari dan menghampiri ibu Reyvan.
"Mom..." Ibu Reyvan merentangkan tangannya bersiap memeluk Mahira.
Mahira memeluk ibu Reyvan.
"Mom, aku senang kamu datang ke rumah kami." ungkap Mahira terharu.
"Umh,,, biasanya seorang menantu tidak menyukai ibu mertua datang ke rumah mereka."
Mahira tertawa. "Pengecualian untukmu mom,"
Ibu Reyvan sangat suka di sanjung dia bahagia mendapat pujian ibu mertua yang baik dari menantunya. "Ayo, malam ini Mom akan membuatkan masakan khusus untukmu dan Reyvan, dan ayah Reyvan juga akan datang ke sini dan tinggal bersama kita."
Mahira terdiam ketika mendengar ayah Reyvan akan datang juga, jujur saja Mahira sedikit takut dengan ayah Reyvan.
"Mm..mom, Reyvan mengajakku makan malam di luar malam ini, kita tidak bisa makan malam di rumah."
Ibu Reyvan tidak marah dia tersenyum lebar. "Itu bagus, kalian pengantin baru harus sering pergi bersama."
"Mom tidak marah?" Tanya Mahira.
"Kenapa harus marah, Mom juga pernah muda."
Ibu Reyvan tidak ingin mempersulit menantunya, karena dirinya pernah merasakan ketika seorang mertua mempersulit kehidupan pernikahan menantunya.
Mahira merasa beruntung, dia akrab dengan ibu mertuanya.
"Mom akan membantumu bersiap, Sekarang Mahira mandi jangan sampai terlambat, atau anak itu akan bosan menunggu istrinya datang."
Mahira mengangguk, dia berlari menuju kamarnya.
"Hati hati Mahira!!! Kau akan jatuh jika berlari seperti itu." Teriak Nyonya Daguezze.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments